PASUKAN PANJI HITAM THE BLACK BANNER

Wednesday, December 26, 2012

Memang Ada Makar, tapi Bukan terhadap Basyar…

Pada saat banyak syubhat (keraguan) menyelimuti gejolak di Suriah, yang kita perlukan ialah pandangan lurus yang langsung bersandar kepada al-Qur`an dan as-Sunnah.
Kita memerlukan para pewaris Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam (ulama) mengarahkan kita kepada pandangan lurus yang mantap itu. Dari wawancara kami dengan beberapa ulama Suriah –yang untuk alasan keamanan namanya tidak disebutkan di sini– dapatlah diambil kesimpulan:
Memang ada makar, tetapi bukan terhadap Presiden Basyar Al-Assad. Yang ada adalah makar terhadap Muslimin Sunni (Ahlussunnah wal Jama’ah) yang merupakan penduduk mayoritas di bumi Suriah (73,9%).

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para Muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, pasti akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (Al-Anfaal [8]: 73)

Sudah lebih dari 40 tahun rakyat Suriah berada di bawah kekuasaan rezim minoritas Nushairiyah-Alawiyah pimpinan keluarga Al-Assad dan Partai Sosialis Ba’ath.
Sejak Maret 2011, rakyat turun ke jalan menuntut kehidupan yang lebih adil dan bebas. Rezim Al-Assad merespon dengan penangkapan dan penembakan. Tapi, keberhasilan negeri-negeri tetangga yang berhasil menggulingkan para diktator di Tunisia, Libya, Mesir, dan Yaman, malah membuat gelombang rakyat semakin besar.
Rezim Al-Assad memberlakukan pelarangan ke masjid, memutus listrik dan air, menembaki, menangkap, menyiksa dan membunuh. Tindakan ini justru mengkristalkan perlawanan rakyat dalam bentuk Tentara Suriah Merdeka (Free Syrian Army). Dari manapun kelompoknya mereka selalu disebut sebagai Jaisyul Hurr (Tentara Kemerdekaan).
Sebagian besar tentara rakyat ini terbentuk dari brigade-brigade Mujahidin, sebagian lainnya bekas tentara-tentara Suriah yang berubah sikap lalu bergabung dengan rakyat. Para ulama Suriah menegaskan, mereka semua adalah Muslimin Ahlussunnah wal Jama’ah.
Rezim Al-Assad merespon perlawanan ini dengan menggunakan tank, jet dan helikopter tempur, serta artileri pembunuh masal untuk menggempur para Mujahidin dan rakyat di kota-kota seperti Dar’a, Homs, Hama, Aleppo, Idlib, dan Damaskus.
Sudah lebih dari 20 ribu orang Muslimin terbunuh. Sebanyak 250 ribu orang mengungsi ke berbagai negara tetangga. Sedikitnya 2 juta orang di dalam Suriah terpaksa hidup berpindah-pindah mencari tempat berlindung.
Selama dua tahun ini, Muslimin Suriah menjadi bulan-bulanan dua kelompok negara yang saling “jadi pelindung bagi sebagian yang lain”. Di satu sisi ada kelompok Rusia-Cina, di sisi lain ada kelompok Amerika Serikat-Inggris-Prancis-Uni Eropa.

Pada saat yang sama, penguasa Syi’ah Iran membantu rezim Al-Assad mempertahankan kekuasaannya lewat bantuan intelijen dan militer. Kenapa? Karena rezim Al-Assad berasal dari trah Nushairiyah-Alawiyah yang menganut Syi’ah, dan Suriah adalah sekutu terpenting Iran di kawasan ini. Kejatuhan Basyar adalah kerugian besar bagi Iran.
Berbagai kelompok besar tadi mungkin tampak berselisih mengenai sikap terhadap Basyar, namun mereka “bersatu padu” (bahkan juga dengan Iran dan rezim Basyar) dalam satu hal: melemahkan, menghancurkan, dan mencegah bangkitnya kekuatan Muslimin Ahlussunnah wal Jama’ah Suriah yang merindukan kehidupan yang lebih baik dengan Al-Islam di bumi para Nabi itu.
Salah seorang ulama menegaskan, makar ini belum akan berakhir, meskipun Basyar kelak jatuh dari singgasananya. “Sebab, negara-negara kafir harus memastikan, bahwa pengganti rezim Al-Assad bukanlah kekuatan Muslimin multazimin yang berpegang teguh terhadap kebaikan hidup berdasarkan Al-Islam.”

No comments:

Post a Comment

Popular Posts