PASUKAN PANJI HITAM THE BLACK BANNER

Tuesday, August 30, 2011

Segenap Crew pasukan panji hitam mengucapkan



"SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1432 H"
"MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN"
"HAPPY IED, MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN"

Thursday, August 25, 2011

Kadhafi Kemungkinan Bersembunyi di Bunker Rahasia

[TRIPOLI] Keberadaan orang kuat Libia Moamer Kadhafi masih belum diketahui, setelah kompleks kediamannya berhasil dikuasai pasukan pemberontak. Tidak ada jejak keberadaan Kadhafi di Bab al Azizya.

Para pemberontak menawarkan amnesti dan hadiah bagi siapa saja yang menangkap atau membunuh Kadhafi. Dewan Transisi Nasional memberikan hadiah US$ 1,7 juta sebagai hadiah bagi yang menangkap atau membunuh Kadhafi.

Banyak kabar beredar terkait spekulasi keberadaan penguasa Libia selama empat dekade itu. Spekulasi liar berkembang bahwa Kadhafi melarikan diri dari Bab al Aziya mencari perlindungan ke kampung halamannya Sirte atau mengasingkan diri di Venezuela atau Afrika Selatan.

Amerika Serikat berdasarkan laporan Pentagon meyakini Kadhafi masih berada di Libia. Beberapa menyatakan Kadhafi kemungkinan berada di negara tetangga Aljasair atau daerah terpencil di selatan Libia.

Konfirmasi terbaru tentang keberadaan Kadhafi diungkapkan oleh seorang ahli bedah plastik Brazil Liacyr Ribeiro yang mengoperasi mata Moamer Kadhafi pada tahun 1994.

Ribeiro dipanggil Kadhafi dan melakukan kunjungan ke bunker luar biasa tempat penguasa Libia itu berada.

Ribeiro seorang ahli bedah terkemuka yang memiliki kantor di Rio De Janeiro, Brazil, hadir dalam konferensi medis di Tripoli ketika Menteri Kesehatan Libia meminta dia untuk memeriksa orang tersayangnya.

Dokter berusia 70 tahun itu mengira bahwa orang yang dimaksud adalah istrinya. Lalu, diceritakannya, ia mengikuti Mohammed Hijazi ke dalam mobilnya. “Tapi ketika kami tiba saya menyadari bahwa yang dimaksud Kadhafi. Pintu masuk bunker itu dalam bentuk berliku, dan mereka meminta saya menunggu di perpustakaan,” katanya.

Kemudian, mereka membawa Ribeiro ke sebuah tenda, di mana ia menemukan Kadhafi. “Di sana Kadhafi menyambut saya. Saya mengatakan padanya terlalu gelap untuk memeriksa dirinya di situ, kemudian dia membawa saya ke sebuah kantor klinik gigi sangat modern,”  lanjutnya.

Diungkapkannya, bunker tempat Kadhafi bersembunyi memiliki sebuah pusat kebugaran dengan sebuah kolam renang berukuran Olimpiade. “Sangat menakjubkan! Saya sama sekali tidak menduga melihat sesuatu seperti itu. Pada saat ini Kadhafi berada dalam kondisi fisik yang baik,” katanya.

Diutarakannya, semua personil di sana adalah orang asing. Dokternya warga negara Pakistan, ada dua ahli anestesi, orang Rusia dan Mesir, dan seorang perawat Yugoslavia.

“Saya kira dia takut rakyat Libia akan membunuhnya. Enam belas tahun lalu, kami tidak memperlakukan dia sebagai seorang diktator jahat, dia terbuka kepada barat dan dia seorang kepala negara,” tambahnya.

Ribeiro menggambarkan Kadhafi sebagai seorang yang dididik dengan baik dan mampu berbahasa Inggris dengan Lancar. Namun, ketika berinteraksi Kadhafi tidak pernah bertatap muka langsung melihat kepada Ribeiro.

Kadhafi lahir pada 7 Juni 1949 di sebuah tenda di padang pasir dekat kota Sirte, sekitar 450 kilometer sebelah timur Tripoli.

Para pemberontak yang klaim menguasai 90 persen wilayah Libia mengatakan Kadhafi hanya memiliki tiga tempat untuk bersembunyi. Pertama di padang pasir Al Jufrah, daerah oasis Traghen di selatan dekat perbatasan Nigeria atau di Serte, kampung halamannya.

Qaddaffi bunker




Bunker Qaddafi Picture at Bab Aziziyah



















Wednesday, August 24, 2011

Amerika Dan Satanisme (Part 2)

Plan burung hantu di US Capitol



Setiap orang pernah mendengar perkataan ”Wise as an Owl…” (bijaksana seperti burung hantu). Tetapi tahukah anda dari manakah asalnya frasa ini? Frasa ini berasal dari ”goddess of wisdom” yang juga digambarkan sebagai seekor burung hantu.

Berita Kedatangan Nabi Muhammad Dalam Pelbagai Kitab Purba


Sebenarnya, terutusnya Nabi Muhammad ke dunia ini dah dirakamkan di dalam pelbagai kitab purba.Allah swt telah berfirman di dalam al-quran bahawa tiada satu kaum pun yang tidak menerima ajaran tauhid. Oleh itu tidak mustahil jika kedatangan nabi Muhammad telah dirakamkan dalam pelbagai kitab purba pelbagai kaum.

Nabi Muhammad dalam Agama Hindu

Salah satu ramalan kedatangan nabi Muhammad yg sangat terkenal yang juga telah membuat seorang professor bahasa dari Alahabad University India mengajak umat Hindu untuk segera memeluk agama Islam, adalah terdapatnya sebuah ramalan penting dalam kitab suci Hindu tentang kedatangan yg ditunggu-tunggu dari seorang Kalki Avtar. “av” bermaksud turun. “tr” bermaksud melewati. Jadi maksud perkataan Avtar adalah “diturunkan atau diutus untuk turun”. Kalki Avtar artinya adalah “utusan terakhir”.

Sunday, August 21, 2011

"One-Eye" Valhalla Rising : Hollywood Makin Berani Dedahkan Biografi Dajjal

 "The boy said he was from hell...His name is one-eye...heading to Jerusalem to reconquer the Holy Land..."

Barangsiapa mengkaji dengan teliti dan ceramat kesemua hadis-hadis sahih Nabi Muhammad S.A.W mengenai biografi Dajjal, khususnya hadis Tamim Ad-Dari (hadis Dajjal ditambat di sebuah pulau Misteri) dan hadis mengenai Ibnu Shayyad, nescaya akan mendapati kronologi filem "Valhalla Rising" ini hampir 90 % membiografikan sejarah Dajjal yang wujud sejak zaman berzaman di sebalik peradaban misteri dan ajaib, menghala ke Jerusalem untuk memerintah dunia dengan kefasadan dari sana.

Saturday, August 20, 2011

Mantan agen CIA: "Israel berniat serang Iran pada September tahun ini"

TEL AVIV  Robert Baer, seorang perwira CIA yang telah menghabiskan 21 tahun masa tugasnya di Timur Tengah berpendapat bahwa Israel akan membom Iran di musim gugur, yang pastinya akan menyeret Amerika Serikat ke “perang besar” lain dan membahayakan militer AS dan warga sipil di seluruh Timur Tengah dan sekitarnya.
Awal pekan ini, Robert Baer muncul di acara provokatif KPFK di Los Angeles dengan pembawa acara Masters Ian. Di sanalah ia memprediksikan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemungkinan besar akan memicu perang dengan Iran dalam waktu dekat.
Robert Baer telah merintis “karir” dalam CIA, termasuk bertugas di Irak pada 1990-an di mana ia mengadakan oposisi terhadap Saddam Hussein. (Dia ingat setelah dituduh mencoba untuk mengatur pembunuhan Saddam). Setelah pensiun, ia menerima penghargaan atas jasanya tersebut.
Baer adalah agen CIA biasa. George Clooney meraih Oscar untuk memerankan karakter berdasarkan profil Baer dalam film Syriana.

Tuesday, August 16, 2011

Mungkinkah UFO Sudah Pernah Dikuasai Pada Zaman Nabi Sulaiman?

Pada artikel ini Penulis ( Jonathan Simamora ) mencoba memberikan kajian Ilmiah yang dikumpulkan dalam bentuk analisa yang mungkin saja bakal menimbulkan perbincangan serius.

Admin merasa bahwa kajian yang diberikan Penulis dengan beberapa analisa dan tafsirannya yang berhubungan dengan Al-Quran dan science dapat membuka sedikit cara pandang kita mengenai teknologi Piring Terbang atau biasa kita sebut UFO.


Beberapa penjelasan ataupun kutipan, telah admin coba sarikan dengan mengurangi dan atau menambahkan beberapa bagian analisa untuk lebih mempermudah dalam pemahaman analisanya, namun tetap tidak menghilangkan inti dan maksud yang ingin disampaikan oleh Penulis.



http://koranbaru.com/wp-content/uploads/1e53_111.jpg
Coba kita fikirkan, bukankah Alquran adalah informasi penting yang sangat bagus untuk dikaji? Peradaban yang sangat modern, gedung-gedung yang dibangun dengan sangat tinggi, pemindahan istana dilakukan dalam waktu sekejap pada zaman Nabi Sulaiman dan pastinya lebih banyak lagi hal-hal yang kita rasa tidak mungkin untuk dilakukan dengan teknologi yang ada pada masa itu.

Monday, August 15, 2011

Rahsia Pemilihan Semenanjung Arab Sebagai Tapak Permulaan Islam


Sebelum kita memperkatakan sesuatu tentang sejarah hidup Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam dan Semenanjung 'Arab di mana baginda hidup dan dipilih sebagai Rasul, ada baiknya kalau kita cuba menyingkap hikmat-hikmat Allah, mengapa terpilihnya Rasulullah dari bumi ini dan bangsa 'Arab pula sebagai pembawa obor da'wah Islamiyyah.

Untuk mengetahui segala-segalanya, pertama kita mesti mengetahui keistimewaan bangsa 'Arab dan perangai serta tata penghidupannya sebelum Islam dan keadaan muka bumi (geografi) dan persekitarannya. Kemudian barulah kita membuat perbandingan dengan bangsa-bangsa yang hidup sezaman de-ngannya seperti Romawi, Greek dan India termasuk adat resam, tatasusila dan keistimewaan tamadun mereka.

Sejadah 'Berdiri' di Rumah Saya!



Gambar : Ini pula adala dua sejadah di rumah saya di UK, yang berdiri (saya yang mendirikannya, ini sejadah yang dah lama, jika baru beli, lagi tinggi ‘berdiri', sama tak?)

Di ketika saya menulis artikel ini, di Malaysia khabarnya sedang agak hangat dengan peristiwa pelik sejadah ‘berdiri' di surau-surau. Mungkin disebabkan minat yang tinggi manusia kepada perkara luar biasa dan pelik, lalu hal ini menjadi tarikan media. Tersiarlah gambar-gambar sejadah berdiri di pelbagai akhbar dan media.

RAHASIA MA'RIFAT bagian 5 tamat


Apabila Allah SWT, membiarkan seorang hamba masih terbelenggu dengan nafsunya dan terikat dengan kemauannya sendiri, maka selamanya ia tidak akan bisa sampai kehadhirat Allah SWT. Tetapi apabila menghendaki hamba-Nya memberikan karunia untuk bisa sampai sampai kehadhirat-Nya, maka ia akan menanggalkan ketergantungan dan keterkaitan hamba itu dengan dirinya sendiri dan dengan urusan keduniaanya. Lalu Allah memunculkan dan menampakkan sifat-sifat kesucian yang menanggalkan sifat-sifat kemanusiaan yang rendah pada hamba itu dan memberinya anugerah untuk bisa sampai kehadhirat-Nya. Bila hal demikian terjadi pada seorang hamba, maka itu sebagai tanda dari sebuah anugerah besar baginya, yaitu memperoleh kecintaan Allah SWT. Sebagaimana diisyaratkan dalam sabda Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman:

“ Apabila Aku ( Allah )mencintai seorang hamba, maka pendengarannya adalah pendengaran untuk-Ku, penglihatannya adalah penglihatan-Ku, tangannya ( kekuasaanya ) adalah kekuasaan-Ku. Perjalanan kakinya adalah perjalanan untuk-Ku.”

Sunday, August 14, 2011

Pahala Shalat Tarawih Dari Hari Pertama – Terakhir

Hadits diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib R.A, suatu hari Rasullullah SAW ditanya oleh sahabatnya, tentang keistimewaan shalat tarawih pada bulan Ramadan. Maka Rasullullah SAW bersabda; Siapa yang melaksanakan shalat tarawih pada :
Malam ke-1: Terlepaslah ia dari dosa-dosanya seperti ketika ia baru dilahirkan oleh ibunya.
Malam ke-2: Allah swt memberi pengampunan kepadanya dan kepada kedua orang tuanya jika keduanya mukmin (orang yang beriman)
Malam ke-3: Malaikat berseru dari bawah Arsy ; mulailah beramal semoga allah swt mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu.

Tata Cara Sholat yang Benar, Disertai dengan Gambar

Pengertian Dan Tata Cara Sholat Yang Benar; Dua Dimensi Shalat
Oleh: DR. Amir Faishol Fath
Shalat adalah ibadah yang terpenting dan utama dalam Islam. Dalam deretan rukun Islam Rasulullah saw. menyebutnya sebagai yang kedua setelah mengucapkan dua kalimah syahadat (syahadatain).
Rasullulah bersabda, “Islam dibangun atas lima pilar: bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berhajji ke ka’bah baitullah dan puasa di bulan Ramadlan.” (HR. Bukhari, No.8 dan HR. Muslim No.16).
Ketika ditanya Malaikat Jibril mengenai Islam, Rasullah saw. lagi-lagi menyebut shalat pada deretan yang kedua setelah syahadatain (HR. Muslim, No.8). Orang yang mengingkari salah satu dari rukun Islam, otomatis menjadi murtad (keluar dari Islam). Abu Bakar Ash Shidiq ra. ketika menjabat sebagai khalifah setelah Rasullulah Saw. wafat, pernah dihebohkan oleh sekelompok orang yang menolak zakat. Bagi Abu Bakar mereka telah murtad, maka wajib diperangi. Para sahabat bergerak memerangi mereka. Peristiwa itu terkenal dengan harbul murtaddin. Ini baru manolak zakat, apalagi menolak shalat.
Ketika menyebutkan ciri-ciri orang yang bertakwa pada awal surah Al-Baqarah, Allah menerangkan bahwa menegakkan ibadah shalat adalah ciri kedua setelah beriman kepada yang ghaib (Al-Baqarah: 3). Dari proses bagaimana ibadah shalat ini disyariatkan –lewat kejadian yang sangat agung dan kita kenal dengan peristiwa Isra’ Mi’raj– Rasulullah saw. tidak menerima melalui perantara Malaikat Jibril, melainkan Allah swt. langsung mengajarkannya. Dari sini tampak dengan jelas keagungan ibadah shalat. Bahwa shalat bukan masalah ijtihadi (baca: hasil kerangan otak manusia yang bisa ditambah dan diklurangi) melainkan masalah ta’abbudi (baca: harus diterima apa adanya dengan penuh keta’atan). Sekecil apapun yang akan kita lakukan dalam shalat harus sesuai dengan apa yang diajarkan Allah langsung kepada Rasul-Nya, dan yang diajarkan Rasulullah saw. kepada kita.
Bila dalam ibadah haji Rasulullah saw. bersabda, “Ambillah dariku cara melaksanakan manasik hajimu”, maka dalam shalat Rasullah bersabda, “shalatlah sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Untuk menjelaskan bagaimana cara Rasullulah saw. melaksanakan shalat, paling tidak ada dua dimensi yang bisa diuraikan dalam pembahasan ini: dimensi ritual dan dimensi spiritual.

Dimensi Ritual Shalat

Dimensi ritual shalat adalah tata cara pelaksanaannya, termasuk di dalamnya berapa rakaat dan kapan waktu masing-masing shalat (shubuh, zhuhur, ashar, maghrib, isya’) yang harus ditegakkan. Dalam hal ini tidak ada seorang pun dari sahabat Rasulullah saw, apa lagi ulama, yang mencoba-coba berusaha merevisi atau menginovasi. Umpamanya yang empat rakaat dikurangi menjadi tiga, yang tiga ditambah menjadi lima, yang dua ditambah menjadi empat dan lain sebagainya.
Dalam segi waktu pun tidak ada seorang ulama yang berani menggeser. Katakanlah waktu shalat Zhuhur digeser ke waktu dhuha, waktu shalat Maghrib digeser ke Ashar dan sebagainya (perhatikan: An-Nisa’: 103). Artinya shalat seorang tidak dianggap sah bila dilakukan sebelum waktunya atau kurang dari jumlah rakakat yang telah ditentukan. Dalam konteks ini tentu tidak bisa beralasan dengan shalat qashar (memendekkan jumlah rakaat) atau jama’ taqdim dan ta’khir (menggabung dua shalat seperti dzhuhur dengan ashar: diawalkan atau diakhirkan) karena masing-masing dari cara ini ada nashnya (baca: tuntunan dari Alquran dan sunnah Rasullah saw.; An-Nisa’: 101), dan itupun tidak setiap saat, melainkan hanya pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan kondisi yang tercantum dalam nash.
Apa yang dibaca dalam shalat juga tercakup dalam tata cara ini dan harus mengikuti tuntunan Rasulullah. Jadi tidak bisa membaca apa saja seenaknya. Bila Rasullulah memerintahkan agar kita harus shalat seperti beliau shalat, maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menambah-nambah. Termasuk dalam hal menambah adalah membaca terjemahan secara terang-terangan dalam setiap bacaan yang dibaca dalam shalat. Karena sepanjang pengetahuan penulis tidak ada nash yang memerintahkan untuk juga membaca terjemahan bacaan dalam shalat, melainkan hanya perintah bahwa kita harus mengikuti Rasullulah secara ta’abbudi dalam melakukan shalat ini.
Mungkin seorang mengatakan, benar kita harus mengikuti Rasullulah, tapi bagaimana kalau kita tidak mengerti apa makna bacaan yang kita baca dalam shalat? Bukankah itu justru akan mengurangi nilai ibadah shalat itu sendiri? Dan kita hadir dalam shalat menjadi seperti burung beo, mengucapkan sesuatu tetapi tidak paham apa yang kita ucapkan?
Untuk mengerti bacaan dalam shalat, caranya tidak mesti dengan membaca terjemahannya ketika shalat, melainkan Anda bisa melakukannya di luar shalat. Sebab, tindakan membaca terjemahan dalam shalat seperti tindakan seorang pelajar yang menyontek jawaban dalam ruang ujian. Bila menyontek, jawaban merusak ujian pelajar.
Membaca terjemahan dalam shalat juga merusak shalat. Bila si pelajar beralasan bahwa ia tidak bisa menjawab kalau tidak nyontek, kita menjawab Anda salah mengapa tidak belajar sebelum masuk ke ruang ujian. Demikian juga bila seorang beralasan bahwa ia tidak mengerti kalau tidak membaca terjemahan dalam shalat, kita jawab, Anda salah mengapa Anda tidak belajar memahami bacaan tersebut di luar shalat. Mengapa Anda harus dengan mengorbankan shalat, demi memahami bacaan yang Anda baca dalam shalat? Wong itu bisa Anda lakukan di luar shalat.
Pentingnya mengikuti cara Rasullah bershalat, ternyata bukan hanya bisa dipahami dari hadits tersebut di atas, melainkan dalam teks-teks Alquran sangat nampak dengan jelas. Dari segi bahasa dan gaya ungkap Alquran selalu menggunakan “aqiimush shalaata” (tegakkankanlah shalat) atau “yuqiimunash sahalat” (menegakkan shalat). Menariknya, ungkapan seperti ini juga digunakan Rasullulah saw. Pada hadits mengenai pertemuannya dengan Malaikat Jibril, Rasullah bersabda: “watuqiimush shalata“ (HR. Muslim No.8) dan pada hadits mengenai pilar-pilar Islam bersabda: “waiqaamish shalati“. (HR. Bukahri No.8 dan HR. Muslim No.16)
Apa makna dari aqiimu atau yuqiimu di sini? Mengapa kok tidak langsung mengatakan shallu (bershalatlah) atau yushalluuna (mereka bershalat)? Para ahli tafsir bersepakat bahwa dalam kata aqiimu atau yuqiimuuna mengandung makna penegasan bahwa shalat itu harus ditegakkan secara sempurna: baik secara ritual dengan memenuhi syarat dan rukunnya, tanpa sedikitpun mengurangi atau menambah, maupun secara spiritual dengan melakukannya secara khusyuk seperti Rasulullah saw. melakukannya dengan penuh kekhusyukan. Masalah khusyu’ adalah pembahasan dimensi spiritual shalat yang akan kita bicarakan setelah ini.

Dimensi Spiritual Shalat

Mengikuti cara Rasulullah saw. shalat tidak cukup hanya dengan menyempurkan dimensi ritulanya saja, melainkan harus juga diikuti dengan menyempurnakan dimensi spritualnya. Ibarat jasad dengan ruh, memang seorang bisa hidup bila hanya memenuhi kebutuhan jasadnya, namun sungguh tidak sempurna bila ruhnya dibiarkan meronta-meronta tanpa dipenuhi kebutuhannya. Demikian juga shalat, memang secara fikih shalat Anda sah bila memenuhi syarat dan ruku’nya secara ritual, tapi apa makna shalat Anda bila tidak diikuti dengan kekhusyukan. Perihal kekhusyukan ini Alquran telah menjelaskan, “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, dan sesungguhnya shalat itu sangat berat kecuali bagi mereka yang khusyu.” (Al-Baqarah: 45)
Imam Ibn Katsir, ketika menafsirkan ayat ini, menyebutkan pendapat para ulama salaf mengenai makna khusyu’ dalam shalat: Mujahid mengatakan, itu suatu gambaran keimanan yang hakiki. Abul Aliyah menyebut, alkhasyi’in adalah orang yang dipenuhi rasa takut kepada Allah. Muqatil bin Hayyan berpendapat, alkhasyi’in itu orang yang penuh tawadhu’. Dhahhaq mengatakan, alkhasyi’en merupakan orang yang benar-benar tunduk penuh ketaatan dan ketakutan kepada Allah. (Ibn Katsir, Tafsirul Qur’anil azhim, Bairut, Darul fikr, 1986, vol. 1, h.133)
Dan pada dasarnya shalat –seperti yang digambarkan Ustadz Sayyid Quthub– adalah hubungan antara hamba dan Tuhannya yang dapat menguatkan hati, membekali keyakinan untuk menghadapi segala kenyataan yang harus dilalui. Rasulullah saw. –kata Sayyid- setiap kali menghadapi persoalan, selalu segara melaksanakan shalat. (Sayyid Quthub, fii zhilalil Qur’an, Bairut, Darusy syuruuq, 1985, vol. 1, h. 69)
Dalam hal ini tentu shalat yang dimaksud bukan sekedar shalat, melainkan shalat yang benar-benar ditegakkan secara sempurna: memenuhi syarat dan rukunnya, lebih dari itu penuh dengan kekhusyukan. Karena hanya shalat yang seperti inilah yang akan benar-benar memberikan ketenangan yang hakiki pada ruhani, dan benar- benar melahirkan sikap moral yang tinggi, seperti yang dinyatakan dalam Alquran: “dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar ”. (Al-Ankabut: 45)
Jelas, bahwa hanya shalat yang khusyu’ yang akan membimbing pelaksananya pada ketenangan dan kemuliaan perilaku. Oleh sebab itu para ulama terdahulu selalu mengajarkan bagimana kita menegakkan shalat dengan penuh kekhusyukan. Imam As-Samarqandi dalam bukunya tanbihul ghafiliin, menulis bab khusus dengan judul: Bab itmamush shalaati wal khusyu’u fiihaa (Bab menyempurkan dan khusyuk dalam shalat). Disebutkan dalam buku ini bahwa orang yang sembahyang banyak, tetapi orang yang menegakkan shalat secara sempurna sedikit. (As Samarqandi, Tanbihul ghafiliin, Bairut, Darul Kitab al’Araby, 2002, h. 293)
Imam As-Samarqandi benar. Kini kita menyaksikan orang-orang shalat di mana-mana. Tetapi, berapa dari mereka yang benar-benar menikmati buah shalatnya, menjaga diri dari perbuatan keji, perzinaan, korupsi dan lain sebagainya yang termasuk dalam kategori munkar.

Antara Ritual dan Spritual

Ketika Rasulullah saw. memerintahkan agar kita mengikuti shalat seperti yang beliau lakukan, itu maksudnya mengikuti secara sempurna: ritual dan spiritual. Ritual artinya menegakkan secara benar syarat dan rukunnya, spiritual artinya melaksanakannya dengan penuh keikhlsan, ketundukan dan kekhusyukan.
Kedua dimiensi itu adalah satu kesatuan tak terpisahkan. Satu dimensi hilang, maka shalat Anda tidak sempurna. Bila Anda hanya mengutamakan yang spiritual saja, dengan mengabaikan yang ritual (seperti tidak mengkuti cara-cara shalat Rasulluah secara benar, menambahkan atau mengurangi, atau meniggalkannya sema sekali) itu tidak sah. Dengan bahasa lain, shalat yang ditambah dengan menerjemahkan setiap bacaannya ke dalam bahasa Indonesia, itu bukan shalat yang dicontohkan Rasullah. Maka, itu tidak disebut shalat, apapun alasan dan tujuannya.
Sebaliknya, bila yang Anda utamakan hanya yang ritual saja dengan mengabaikan yang spiritual, boleh jadi shalat Anda sah secara fikih. Tetapi, tidak akan membawa dampak apa-apa pada diri Anda. Karena yang Anda ambil hanya gerakan shalatnya saja. Sementara ruhani shalat itu Anda campakkan begitu saja. Bahkan bila yang anda abaikan dari dimensi spiritual shalat itu adalah keikhlasan, akibatnya fatal. Shalat Anda menjadi tidak bernilai apa-apa di sisi-Nya. Na’udzubillahi mindzaalika. Wallahu A’lam bish shawab.

Tata Cara Sholat yang Benar


















Popular Posts