Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita iman Islam kepada kita, sehingga kita tegak di dalam agama-Nya. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Utusan-Nya, Nabi Muhammad Rasulullah SAW, kepada keluarganya, para shahabatnya, para pengikutnya, termasuk kita semua, hingga akhir zaman.
Islam itu dibangun di atas dalil. Islam itu bersumber kepada dua hal, yaitu Al-Qur’an dan Hadits Shahih. Dua sumber inilah yang dikaji oleh ummat Muhammad SAW untuk dijadikan pegangan selama hidup di dunya. Mereka yang mengkaji Al-Qur’an dan Hadits Shahih sedalam-dalamnya sampai-sampai mereka mampu menafsirkan dalil-dalil serta bisa memberikan fatwa, dialah ulama, syaikh, atau imam.
Kebanyakan orang Islam jika ditanya: “Dimanakah surga dan neraka itu berada?” Mereka menjawab simpel: “Ada di dalam hati kita”. Ketahuilah, ini adalah jawaban yang salah. Sebab jika memang demikian, sama saja mereka menganggap bahwasanya surga dan neraka itu hanyalah imajinasi belaka. Jika ingin tahu, maka carilah jawabannya di dalam Al-Qur’an dan Hadits Shahih. Jika kurang jelas, maka bertanyalah kepada ‘ulama. Dan di postingan ana kali ini, ana akan menjelaskan mengenai lokasi keberadaan surga dan neraka berdasarkan ayat Al-Qur’an dan Hadits Shahih serta pendapat para ‘ulama Ahlussunnah wal Jama’ah. Ingatlah selalu, hindarilah semua bid’ah, sebab semua bid’ah itu sesat dan menyesatkan!
.
Mengenai lokasi neraka, terdapat beberapa pendapat ulama yang berbeda, yaitu:
– Neraka terdapat di langit, mengambil dalil hadits Hudzaifah tentang Nabi Muhammad SAW sewaktu mi’raj di langit melihat syurga dan neraka.
– Neraka terdapat di bawah bumi lapisan ke tujuh, mengambil dalil dari hadits riwayat Ibnu Abbas dan Mu’adz.
– Neraka terdapat di permukaan bumi tanpa diketahui lokasi persisnya, dikemukakan oleh Al-Qurthubi.
– Neraka pembahasannya mauquf, tidak bisa diketahui lokasinya dikarenakan semua hadits yang menyebutkan tempat neraka belum bisa dijadikan pegangan, ini adalah pendapat yang disepakati oleh banyak ulama seperti As-Suyuthi, Ad-Dahlawi, dan Shiddiq Hasan Khan.
.
MENURUT SEBAGIAN ULAMA, LOKASI NERAKA DAN SURGA ADANYA DI ATAS LANGIT!
Berdasarkan beberapa pendapat ulama, surga dan neraka berada di atas
langit, sebab menurut sejarah Isra’ Mi’raj, saat Rasulullah SAW naik ke
atas langit ketujuh, beliau SAW melihat neraka. Dan lokasi surga juga
berada di atas langit ketujuh di mana atap surga adalah ‘arsy Allah
Ar-Rahman, sebagaimana firman Allah dalam ayat muhkam-Nya:“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) Di Sidratul Muntaha’. Di dekatnya ada surga tempat tinggal”. (QS An-Najm: 13-15).Sedangkan telah diketahui bahwa sidratul muntaha terletak di atas langit ketujuh. Allah SWT berfirman:
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rizqimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu”. (QS Adz-Dzariyat: 22)..
Mujahid berkata: “Itu (Langit dalam QS Adz-Dzariyat: 22) adalah surga, Allah melimpahkan rizqi dari surga-Nya”. (Diriwayatkan dalam atsar oleh Ibnu Abi Nujaih).
Mujahid berkata: “Itu adalah surga dan neraka” (Ibnu Mundzir dalam Tafsirnya mengenai riwayat atsar lain dari Mujahid).
Dari Nabi SAW bersabda: “Aku diberikan buraq, namun kami (aku dan Jibril) belum berpindah sekejapan mata sebelum dihantarkan pada Baitul Maqdis terlebih dahulu, lalu dibukakan bagiku pintu langit dan kulihat surga dan neraka”. (Hadits Riwayat Ahmad).
Dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda: “Aku melihat pada malam yang kulalui surga dan neraka di langit”. Lalu beliau SAW membaca ayat “‘Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rizqimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu’ (QS Adz-Dzariyat: 22). Maka seakan aku belum membacanya”. (Hadits riwayat Ahmad, dari Hudzaifah).
Abdullah ibnu Salam berkata: “Sesungguhnya surga ada di langit”. (Atsar ini diriwayahkan oleh Abu Nu’aim).
Asy-Syaukani berkata: “Yang lebih utama adalah mengarahkan ucapan dalam atsar ini pada konsep umum. Mengingat balasan dari amal ditulis di langit, qadha dan qadar diturunkan dari langit, begitu juga surga dan neraka terletak di dalamnya (lokasi surga dan neraka pun adanya di langit)”. (Asy-Syaukani berkomentar di dalam Fath al-Qadir).
MENURUT SEBAGIAN ULAMA, LOKASI NERAKA ADANYA DI BAWAH PERMUKAAN BUMI, SEDANGKAN LOKASI SYURGA (JANNAH) ADANYA DI ATAS LANGIT!
Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya neraka jahannam diliputi oleh dunia dan surga ada di belakangnya, karena itu shirat terletak di atas neraka dan menjadi jalan menuju ke surga”. (Hadits riwayah Abu Nu’aim dalam Tarikh Ashbahan).Apa yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW: “Neraka Jahannam diliputi oleh dunia dan surga ada di belakangnya”??? Wallahu a’lam bi showwab. Hadits ini mengindikasikan bahwa neraka itu diliputi oleh dunya, dalam artian bahwa lokasi neraka itu adanya di dalam perut bumi (Dunya bisa ditafsirkan pula sebagai Bumi). Surga ada di belakangnya, dalam artian bahwa lokasi syurga (jannah) terletak di atas langit yang ketujuh. Alam semesta yang sangat luas, luar angkasa yang sangat luas, langit yang tujuh, di atasnya terdapat ‘alam jannah (syurga) yang luasnya seluas langit dan bumi. Dan Shirat terletak di atas neraka dan menjadi jalan menuju ke jannah.
Dalam ayat Al-Qur’an dan hadits shahih yang lain pun telah diterangkan, bahwa bumi itu ada tujuh lapis, langit pun ada tujuh lapis. Nah di atas langit ketujuh ada beberapa ‘alam (tempat) di antaranya: Ma’arij, Baitul Ma’mur, Sidratul Muntaha’, Kursiy Allah, serta ‘Arsy Allah. Dan Allah SWT bersemayam di atas ‘arsy-Nya. Ketahuilah ‘arsy adalah atap alam semesta. Sedangkan surga itu adanya di atas langit. Surga dan neraka sama-sama memiliki 8 tingkatan (delapan neraka dan delapan syurga), sedangkan atap surga Firdaus (surga tertinggi) adalah ‘arsy Allah. Jadi ‘arsy Allah adalah atap bagi alam semesta serta atap bagi syurga Firdaus.
Diriwayatkan dari ‘Ikrimah, dari ibnu ‘Abbar berkata: “Suatu ketika shahabat Umar kedatangan dua orang Yahudi yang kemudian bertanya: ‘Wahai Umar, di mana adanya surga dan neraka?’ Kemudian Umar menjawab: ‘Surga di atas langit dan neraka di bawah bumi'”.Diriwayatkan dari ‘Athiyah, dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata:
“Surga berada di langit yang ketujuh. Setelah itu, Allah meletakkannya sekehendak-Nya pada hari Kiamat kelak. Adapun Jahanam terletak di lapisan bumi yang ke tujuh”. (Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim).Menurut Al-Hafidz Ibnu Rajab, bahwa yang berada di atas (sebagai zharaf) adalah penglihatan Rasulullah SAW, sedangkan neraka yang dilihat tidak harus di atas, melainkan di bumi (dari atas melihat ke bawah).
Dari Yahya’ Al-Qatat, dari Mujahid, ia berkata: “Saya bertanya kepada Ibnu ‘Abbas: ‘Dimana surga berada?’ Ia menjawab: ‘Di atas tujuh langit’. Saya bertanya lagi: ‘Kalau Jahanam?’ Ia menjawab: ‘Di bawah Lapisan Bumi'”. (Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Mandah).
Dari Abu Az-Za’ra’, dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: “Surga berada di langit ke tujuh yang paling atas, sedangkan neraka berada di lapisan paling bawah bumi”. Kemudian, ia membaca ayat: “Kallaa inna kitaabal abraari lafii ‘illiyyiin [Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam ‘Illiyyin (‘Illiyyin adalah: nama kitab yang mencatat segala perbuatan orang-orang yang berbakti)]. Kallaa inna kitaabal fujjaari lafii sijjiinin [Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjin (Sijjin adalah: nama kitab yang mencatat segala perbuatan orang-orang yang durhaka)]. (QS Al-Muthaffifin [83]:7)”. (Hadits Dho’if riwayat Al-Baihaqi. Dalam sanadnya terdapat unsur kedho’ifan).
Diriwayatkan dari Muhammad bin ‘Abdullah bin Abi Ya’qub, dari Bisyr bin Saghaf, dari ‘Abdullah bin Salam, dia berkata: “Syurga berada di langit, sedangkan neraka berada di bumi”. (Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Abi Ad-Dunya).
Ibnu Abi Ad-Dunya meriwayatkan sebuah hadis dengan sanad meyambung kepada Qatadah, ia berkata: “Mereka mengatakan bahwa surga berada di langit yang ke tujuh, sedangkan Jahanam berada di lapisan bumi yang ke tujuh”. (Hadits Riwayat Ibnu Abi Ad-Dunya).
Diriwayatkan dari Warqa’, dari Abu Najih, dari Mujahid mengenai ayat: “Wafiissamaa-i rizqukum wamaa tuu’aduun [Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu (Yang dimaksud dengan ‘apa yang dijanjikan kepadamu’ ialah taqdir Allah terhadap tiap-tiap manusia yang telah ditulis di Lauhul mahfudz)]. (QS Adz-Dzaariyat: 22)”.
Mujahid berkata: “Surga berada di langit”. Mujahid menjelaskan bahwa sebagian ulama menjelaskan bahwa orang-orang kafir di ‘alam barzakh dihadapkan ke neraka setiap pagi dan sore. Diberitakan pula bahwa pintu langit tidak dibukakan untuk mereka. Ini menunjukkan bahwa neraka berada di bumi, Allah SWT, berfirman: “Kallaa inna kitaabal fujjaari lafii sijjiinin [Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjin] (QS Al-Muthaffif [83]: 7)”.
Dalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib, dari Nabi Muhammad SAW, dijelaskan tentang pencabutan ruh. Mengenai pencabutan ruh orang kafir disebutkan bahwa ketika sampai di atas, mereka minta dibukakan pintu langit, tetapi pintu langit tidak dibukakan. Rasulullah SAW kemudian membaca ayat: “Innalladziina kadzdzabuu bi- aayaatinaa wastakbaruu ‘anhaa laatufattahu lahum abwaabus-samaa-i walaa yadkhuluunal jannata hattaa yalijal jamalu fii sammil khiyaath wakadzaa lika najziil mujrimiin [Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan]”. (QS Al-A’raf: 40).
Allah Ta’ala berfirman dalam Hadis Qudsi: “Letakkanlah kitab mereka di Sijjin, di bumi paling bawah.” Maka, ruh orang kafir pun dilemparkan ke sana. (Hadits riwayat Ahmad dan lainnya).
Dari Abu Hurairah: Rasulullah SAW bersabda: “Fatakhruju ka-antani riihi jiifatin hattaa ya’tuuna bihi baabal ardhi. Fayaquuluun: Maa antani Haadzihir riihi hattaa ya’tuuna bihi arwaahal kuffaar [Begitu ruh ke luar dari jasad orang kafir, tercium bau busuk bangkai. Mereka (para malaikat) lalu membawa ruh itu ke pintu bumi. Para penjaganya berkata: ‘Betapa bau busuknya ruh ini!’ Begitu sampai ke bumi, mereka mencampakkan ruh itu hingga bergabung dengan ruh-ruh kafir lainnya]”. (Hadits riwayat Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan lainnya).
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-Ash RA berkata: “Arwah orang kafir berada di lapisan bumi yang ketujuh”.
Dari Mu’adz ibn Jabbal, bahwa Rasulullah SAW ditanya: “Dari arah mana neraka jahannam akan didatangkan pada hari kiamat?” Beliau SAW menjawab: “Akan didatangkan dari bumi yang ketujuh, pada neraka terdapat tujuh puluh ribu kendali, pada tiap kendali bergantungan tujuh puluh malaikat, neraka berseru: ‘Arahkan ke penghuniku, arahkan ke penghuniku!’. Ketika masih berjarak langkah seratus tahun dari manusia, neraka berkobar-kobar. Saat itu sudah tidak tersisa lagi para hamba, malaikat, dan utusan nabi, melainkan diriku yang bersimpuh pada kedua lututku dan berucap: ‘Wahai rabb, diriku, diriku'”. (Hadits ini dikeluarkan oleh Juwaibir dalam kitab Tafsirnya).
Dari Ibnu Abbas: “Sesungguhnya jannah ada di langit yang ketujuh, dan Allah menjadikan jannah sebagaimana yang Dia kehendaki di hari kiamat. Serta neraka jahannam ada di bumi yang ketujuh”. (Atsar).
Dari Ibnu Mas’ud RA berkata: “Jannah ada di langit yang ketujuh, dan ketika datang hari kiamat maka Allah menjadikan jannah sebagaimana yang Dia kehendaki. Serta neraka ada di bumi yang ketujuh, dan ketika datang hari kiamat maka Allah menjadikan neraka sebagaimana yang Dia kehendaki”. (Atsar ini dikeluarkan oleh Ibnu Mandah).
Mujahid berkata: “Aku bertanya pada Ibnu Abbas: ‘Di manakah surga?’, ‘Di atas langit yang tujuh’. ‘Lalu di mana neraka?’, ‘Di bawah tujuh keseluruhan samudera'”. (Diriwayahkan oleh Ibnu Mandah).
Dari Ya’la bin Umayyah, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda: “Lautan adalah neraka jahannam”. (Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad dan Baihaqi dengan sanad yang para rawinya tsiqah).
Dari Sa’id bin Abi Al-Husain berkata: “Lautan adalah wadah neraka jahannam”. (Atsar ini dikeluarkan oleh Ahmad dalam kitab az-Zuhd).
Dari Said bin Musayyab, dari Ali ibnu Abi Thalib berkata: “Aku tidak mengetahui orang yahudi yang lebih benar dari seseorang yang menduga bahwa sesungguhnya neraka agung Allah adalah lautan. Ketika tiba hari kiamat maka di lautan Allah mengumpulkan matahari, bulan, dan bintang, lalu mengirimkan angin barat yang menyalakan lautan itu”. (Atsar ini diriwayatkan oleh Abu Asy-Syaikh Ibnu Hayyan dalam kitab Al-‘Azhamah serta Baihaqi).
Allah SWT berfirman: “Dan laut yang di dalam tanahnya ada api”. (QS At-Thur: 6).
Dari Ka’ab, ketika menafsirkan ayat: [“Dan laut yang menyala”. (QS At-Thur: 6).], berkata: “Lautan menyala sehingga menjadi neraka jahannam”. (Atsar ini diriwayahkan oleh Abu Asy-Syaikh Ibnu Hayyan).
Dari Wahab bin Munabbih bahwasanya dia berkata: “Ketika kiamat terjadi, Allah berfirman pada cakrawala dan terkuak-lah neraka saqar yang mana langit semula menjadi tutupnya, lalu keluar api yang ketika sampai pada seluruh lautan -dimana laut menjadi tepi batas neraka jahannam- maka api itu mengeringkan lautan lebih cepat dari kedipan mata. Laut menjadi pembatas antara neraka jahannam dan tujuh bumi. Ketika mengering, maka laut menyala pada tujuh bumi dan meninggalkannya menjadi onggokan bara api”. (Atsar ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam Kitab Syu’ab Al-Iman).
Dari Nabi SAW bersabda: “Aku diberikan buraq, namun kami (aku dan Jibril) belum berpindah sekejapan mata sebelum dihantarkan pada Baitul Maqdis terlebih dahulu, lalu dibukakan bagiku pintu langit dan kulihat surga dan neraka”. (Hadits Riwayat Ahmad).
As-Safarini berkata: “Hadits itu (yang di atas barusan) dan sejenisnya belum bisa menjadi hujjah bahwa letak neraka di langit, sebab boleh jadi neraka itu terlihatnya ada di bumi sementara Rasulullah SAW berada di langit. Mayit diketahui bisa melihat surga dan neraka sementara mayit itu berada di dalam kuburan, padahal keberadaan surga tidaklah di bumi. Rasulullah saw juga diketahui pernah melihat surga dan neraka saat sholat kusuf (sholat gerhana) sedangkan sholat itu dilakukan di bumi”.
Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Hadits itu (yang diatas barusan), andaipun tsubut, maka kata ‘langit’ menjadi zharaf [keterangan waktu] dari penglihatan, bukan zharaf dari yang dilihat. Padahal hadits tentang Rasulullah SAW yang melihat surga dan neraka di atas beberapa lapisan langit itu statusnya sangat dho’if. Seandainya shahih pun akan diarahkan pada pemahaman yang telah disebutkan tadi. Sehingga kesimpulannya surga terletak di atas langit lapisan ketujuh, atapnya adalah ‘arsy Allah Ar-Rahman, dan neraka terletak di bumi lapisan ke tujuh, sesuai dengan pendapat shahih mu’tamad. Wabillahi taufiq”. (Itulah menurut Al-Hafidz Ibnu Rajab)..
Imam Al-Baghawi telah berkata: “Anas bin Malik RA ditanya tentang surga itu di mana? Apakah di langit atau di bumi? Beliau balik bertanya: ‘Langit dan bumi mana yang seluas surga?’ Beliau ditanya: ‘Dimana itu?’ Beliau menjawab: ‘Di atas langit ketujuh di bawah ‘Arsy'”. (Tafsir Al-Baghawi).
Qatadah berkata: “Mereka, para shahabat, meyakini bahwa surga itu ada di atas langit ke tujuh dan jahannam itu di bawah bumi yang ke tujuh”.
MENURUT SEBAGIAN ULAMA, LOKASI
SURGA DAN NERAKA TIDAK TAHU ENTAH DIMANA LETAKNYA, ENTAH ITU DI ATAS
LANGIT, ENTAH ITU DI MUKA BUMI INI, ENTAH ITU DI DALAM PERUT BUMI,
ATAUKAH MUNGKIN ENTAH ITU TERLETAK DI SUATU TEMPAT YANG LOKASINYA TIDAK
TERJANGKAU OLEH NALAR MANUSIA!
Ada juga, yaa akhi / yaa ukhti, sebagian ulama yang tidak menegaskan
bahwa lokasi surga dan neraka itu terletak di sebelah mana, sebelah
mananya. Wajar sajalah mereka berbeda pendapat mengenai lokasi syurga
dan neraka, karena memang tidak adanya dalil yang secara tegas dapat
dijadikan pegangan untuk menjelaskan mengenai lokasi surga dan neraka.Ibnu Katsir RHM berkata:
Kami telah meriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad, bahwa Raja Hiraqla menulis surat kepada Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya engkau mengajakku kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, maka di manakah neraka?” Maka Nabi SAW menjawab: “Subhanallah, di manakah malam jika datang siang?!”. (Tafsir Ibnu Katsir).Shiddiq Hasan Khan berkata: Aku tandaskan, bahwa As-Suyuthi dalam Itmam ad-Dirayah syarh an-Niqayah telah berkata:
Telah berkata Imam A’masy, Sufyan Atsaury dan Syu’bah dari Qais bin Muslim dari Thariq bin Syihab: Bahwa beberapa orang Yahudi bertanya kepada Umar bin Khathab tentang surga yang seluas langit dan bumi, dimanakah neraka? Maka Umar menjawab kepada mereka: “Bagaimana pendapat kalian jika datang siang, di mana malam? Dan jika datang malam, di mana siang?” Mereka menjawab: “Sungguh engkau telah mengambilnya dari Taurat”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir).
“Kita meyakini surga ada di langit, versi pendapat lain ada di bumi, versi lainnya lagi mauquf serta hanya Allah yang tahu. Pendapat yang aku (As-Suyuthi) pilih adalah sesuai mafhum dari redaksi Al-Qur’an dan Hadits. Yakni pada semisal firman Allah tentang kisah Nabi Adam AS: Kami berfirman: ‘Turunlah kamu semuanya dari surga itu!’. Juga pada hadits shahih: ‘Mintalah Syurga Firdaus. Sesungguhnya Firdaus adalah surga yang paling tinggi. Di atasnya ada ‘arsy Allah ar-Rahman. Dari Firdaus memancar sungai-sungai surga!’. Pada hadits shahih Muslim disebutkan: ‘Arwah para syuhada berada dalam perut burung hijau, mereka dapat keluar masuk dari [tempat kediamannya di] surga sesuka hati, lalu kembali beristirahat menuju lentera-lentera yang digantungkan di [bawah] ‘Arsy’. Kemudian kau mauqufkanlah pembahasan tentang neraka. Yakni kau katakanlah mauquf tentang letak neraka itu karena tidak ada yang tahu kebenarannya selain Allah. Aku [As-Suyuthi] tidak menemukan satu hadits pun yang bisa dijadikan pegangan tentang masalah itu. Pendapat lain mengatakan di bawah bumi, mengacu pada hadits marfu’ dari Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dan dinyatakan dho’if olehnya: ‘Janganlah pergi melaut kecuali mereka yang akan berperang, haji, atau menunaikan umrah. Sesungguhnya di bawah lautan adalah neraka!’. Diriwayatkan juga hadits mauquf dari Ibnu Umar dan dinyatakan dho’if oleh Ibnu Abdil Barr: ‘Janganlah berwudhu dengan air laut, sesungguhnya lautan adalah tangga bagi neraka!’. Ada pendapat lain mengatakan neraka ada di muka bumi, mengacu pada hadits riwayat Wahab ibn Munabbih, bahwa Dzulqarnain mengamati Gunung Qaf lalu terlihat di bawahnya ada gunung lain yang lebih kecil. Dzulqarnain berkata: ‘Wahai Gunung Qaf, beritahukanlah padaku akan keagungan Allah!’. Jawabnya: ‘Sesungguhnya urusan Tuhanku sungguh agung. Di belakangku berjarak langkah lima ratus tahun terdapat sebuah bumi, dimana pada jarak langkah lima puluh tahunnya terdapat pegunungan bersalju yang satu sama lain senantiasa runtuh. Jika bukan karena pegunungan es itu niscaya aku sudah terbakar oleh neraka’. Diriwayatkan atsar oleh Harits ibn Usamah dalam musnadnya, dari Abdullah bin Salam berkata: ‘Surga ada di langit dan neraka ada di bumi’. Versi pendapat lain: ‘Surga ada di bumi'”. (Itulah penuturan Shiddiq Hasan Khan tentang ucapan As-Suyuthi tersebut).Keterangan senada terdapat di dalam Kitab Tadzkirah karangan Imam Al-Qurthubi yang berkata:
“Hal itu menunjukkan bahwa neraka ada di permukaan bumi, hanya Allah yang tahu di mana letaknya dan di bagian bumi sebelah mana”. (Imam Al-Qurthubi di dalam Kitab Tadzkirah).Didalam hadits barusan dikisahkan bahwa Rasulullah SAW melihat syurga dan neraka di balik dinding di zaman itu. Apakah yang dilihat oleh Rasulullah SAW di balik dinding tersebut?? Apakah benar-benar neraka dan syurga itu lokasinya terdapat di planet bumi ini?? Wallahu a’lam bi showwab.
As-Safarini berkata, bahwa Muhaddits Ahmad Waliyullah ad-Dahlawi dalam kitab aqidahnya berkata: “Nash tidak menjelaskan letak surga dan neraka, melainkan terserah kehendak Allah semata, karena kita memang tidak akan mampu meliputi terhadap penciptaan dan ilmu Allah”.
Shiddiq Hasan Khan berkata: “Aku tandaskan, pendapat Ad-Dahlawi ini (yakni ucapan di atas barusan) adalah pendapat yang paling rajih dan paling hati-hati di antara sekian pendapat lainnya insya Allah ta’ala. Wallahu subhanahu wata’ala a’lam”.
At-Tafzaniy berkata: “Tidak ada keterangan yang pasti tentang keberadaan tempat di mana adanya surga dan neraka. Mayoritas ‘ulama berpendapat bahwa surga berada di atas langit ke tujuh dan di bawah ‘arsy (singgasana Tuhan)”.
Diriwayatkan dari ‘Ikrimah, dari ibnu ‘Abbar berkata: “Suatu ketika shahabat Umar kedatangan dua orang yahudi yang kemudian bertanya: ‘Wahai Umar, di mana adanya surga dan neraka?’ Kemudian Umar menjawab: ‘Surga di atas langit dan neraka di bawah bumi'”.
Dari Anas bin Malik RA, bahwa ketika matahari panas terik, Rasulullah SAW keluar rumah melaksanakan Shalat Dzuhur, kemudian setelah salam beliau SAW naik ke atas mimbar dan menyebutkan tentang hari kiamat. Beliau SAW sebutkan bahwa pada saat itu terdapat perkara yang besar, kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang ingin bertanya maka bertanyalah. Dan tidaklah kalian bertanya kepadaku tentang sesuatu kecuali aku akan kabarkan kepada kalian selama aku masih berada di tempatku ini”. Tiba-tiba para Shahabat menangis, dan Nabi SAW terus mengulangi: “Bertanyalah kepadaku!” Maka berdirilah ‘Abdullah bin Hudzaafah As-Sahmi RA seraya berkata: “Siapakah ayahku?” Beliau SAW menjawab: “Ayahmu Hudzaafah.” Kemudian Nabi SAW meminta lagi: “Bertanyalah kepadaku!” Maka bangkitlah ‘Umar dari posisi duduk berlututnya lantas berkata: “Kami ridho Allah sebagai Rabb (Tuhan), Islam sebagai dien (agama) dan Muhammad sebagai Nabi”. Lalu Nabi SAW terdiam sejenak, kemudian bersabda: “Barusan diperlihatkan kepadaku surga dan neraka dari balik dinding ini sedangkan aku dalam keadaan sholat, aku tidak pernah melihat seperti hari ini tentang kebaikan dan kejahatan”. (Hadits Riwayat Imaam Al-Bukhari: 7294).
Anas bin Malik RA berkata: Rasulullah SAW sholat bersama kami pada suatu hari, setelah sholat selesai beliau SAW berpaling kepada kami, lalu bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah Imam (pemimpin) kalian, maka janganlah kalian mendahului aku dalam perkara ruku’, perkara sujud, perkara bangun dari sujud dan perkara berpaling. Sesungguhnya aku melihat kalian dari hadapanku dan dari belakangku!”. Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Demi yang jiwaku di dalam genggaman-Nya, kalau seandainya kalian melihat apa yang kulihat, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. Para Shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa sesungguhnya yang engkau lihat?” Rasulullah SAW bersabda: “Aku melihat surga dan aku melihat neraka”. (Hadits Anas bin Malik RA).Didalam hadits barusan dikisahkan bahwa Rasulullah SAW melihat syurga dan neraka sehabis sholat berjama’ah. Sedangkan Rasulullah SAW sholat berjama’ah itu di muka bumi dan bukan di langit. Apakah yang dilihat oleh Rasulullah SAW ketika itu?? Apakah benar-benar neraka dan syurga itu lokasinya terdapat di planet bumi ini?? Wallahu a’lam bi showwab.
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas (Ibnu ‘Abbas) RA, beliau berkata: “Telah terjadi gerhana matahari, sehingga Rasulullah SAW melakukan Sholat Gerhana (Sholat Khusuf), kemudian beliau SAW bersabda: ‘Aku melihat neraka dan tidak ada satu pemandangan yang lebih buruk daripada yang kulihat hari ini'”. (Hadits Riwayat Imam Bukhari: 241).Didalam hadits barusan dikisahkan bahwa Rasulullah SAW melihat neraka sehabis sholat khusuf (sholat gerhana) ketika terjadinya gerhana matahari. Sedangkan Rasulullah SAW Sholat Khusuf itu dilakukan di muka bumi dan bukan di langit. Apakah yang dilihat oleh Rasulullah SAW ketika itu?? Apakah benar-benar neraka itu lokasinya terdapat di planet bumi ini?? Wallahu a’lam bi showwab.
Imaam Jalaluddin As-Suyuthi RHM mengatakan: “Dan berhenti tentang Neraka, maksudnya tidak mengatakan apa-apa dalam perkara tempat (lokasi) neraka itu dimana, sebab tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. Tidak ada yang shahih menurut saya. Tidak ada satu hadits pun menurut saya yang saya dapat bertumpu padanya”. (Lihat “Yaqdzoh Ulil I’tibar” tulisan Syaikh Shiddiq Hasan Khan RHM, halaman 47)..
Syaikh Waliyullah Addahlawiy berkata: “Tidak ada satu nash pun yang menentukan dimana tempatnya (lokasi) surga dan neraka. Yang jelas di tempat yang Allah SWT kehendaki. Karena kita tidak memiliki kemampuan untuk memiliki ilmu yang mencakup tentang makhluk Allah SWT dan alam-Nya”.(Perkataan Syaikh ‘Umar Sulaiman Al-Asyqor dalam kitabnya menambahkan perkataan Syaikh Waliyullah Addahlawiy dalam ‘Aqidah-nya).
Syaikh ‘Umar Sulaiman Al-Asyqor berkata: “Inilah pernyataan yang paling kuat dan hati-hati, yang insya Allah Ta’ala”. (Perkataan Syaikh ‘Umar Sulaiman Al-Asyqor yang menegaskan tentang apa yang disimpulkan oleh Syaikh Shiddiq Hasan Khan RHM pada saat beliau mengomentari pernyataan Syaikh Waliyullah Addahlawiy barusan).
PENCIPTAAN SYURGA DAN NERAKA!
Salah seorang Ulama’ Ahlussunnah wal Jamaa’ah yang bernama Al-Imam Abu Ja’far Ath Thohaawy RHM berkata:“Surga dan neraka itu telah diciptakan Allah SWT. Allah SWT menciptakan Surga dan Neraka itu sebelum menciptakan makhluk yang lain. Allah swt telah menciptakan untuk neraka ada penghuninya dan surga ada penghuninya. Barangsiapa yang Allah SWT kehendaki, maka Allah SWT akan memasukkannya ke dalam surga (jannah) karena keutamaan Allah SWT terhadapnya. Dan barangsiapa yang dikehendaki-Nya akan masuk ke dalam neraka maka itu adalah sesuai dengan keadilan-Nya. Setiap orang akan berperilaku sesuai dengan ketentuan yang telah diciptakan untuknya. Perbuatan baik dan perbuatan jelek telah ditaqdirkan untuk semua orang”. (Imam Abu Ja’far Ath-Thohawiy RHM dalam Kitab Al-‘Aqiidah Ath-Thohaawiyyah).Pen-syarah Kitab Al-‘Aqiidah Ath-Thohaawiyyah yang bernama Imam Muhammad bin Muhammad bin Al-‘Izz Al-Hanafi RHM berkata:
“Imam Ath-Thohaawy RHM berkata bahwa Surga dan Neraka adalah makhluk dan Ahlussunnah wal Jama’ah sepakat bahwa Surga dan Neraka itu telah tercipta dan sekarang telah ada. Dan Ahlussunnah wal Jama’ah masih tetap meyakini seperti ini dari dahulu sampai hari ini, hingga kemudian muncul-lah Ahlul Bid’ah yaitu Mu’tazilah dan Qodariyyah yang mereka memungkiri bahwa Surga dan Neraka itu sudah ada dan Surga dan Neraka adalah ciptaan Allah SWT. Mereka (Mu’tazilah dan Qodariyyah) mengatakan bahwa keyakinan mereka (Ahlul Bid’ah) adalah bahwa Allah SWT akan menciptakan Surga dan Neraka pada hari Kiamat. Mereka berpaham seperti itu karena mereka membuat syari’at yang tidak diperbuat dari Allah SWT, yaitu: Allah SWT sebagai Allah seharusnya melakukan begini, begini, tidak boleh berbuat begitu dan begitu. Mereka (Mu’tazilah dan Qodariyyah) menganalogikan AllAh SWT dengan manusia dan perbuatannya. Mereka (Mu’tazilah dan Qodariyyah) menyerupakan Allah SWT seperti makhluk ciptaan-Nya; dan kemudian Jahmiyyah (kelompok sesat lainnya) masuk dan tergolong dalam perkara mereka. Sehingga bersamaan dengan musyabihah (firqoh yang memperserupakan Allah SWT dengan makhluk-Nya atau memperserupakan makhluk-Nya dengan Allah SWT) maka mereka juga adalah mu’attilah (orang-orang yang mengingkari bahwa Allah SWT tidak boleh berbuat begini, Allah SWT tidak patut punya ini dan itu. Mereka meyakini Allah SWT tidak punya nama dan tidak punya shifat, Allah SWT tidak hidup dan Allah SWT tidak mati, Allah SWT tidak di langit dan Allah SWT tidak di bumi). Itu adalah paham yang sesat yang dipahami oleh kelompok atau firqoh Al Jahmiyyah. Dimana mereka (Al-Jahmiyyah) mengatakan: Kalau Allah SWT menciptakan surga dan neraka sebelum adanya pembalasan, maka itu sia-sia (pemborosan), karena surga dan neraka tidak ditempati dalam jangka yang sangat lama. Mereka menolak dalil-dalil dan nash-nash yang menyebabkan mereka menyimpang dari Syari’at yang benar, karena mereka mengharuskan Allah SWT untuk begini dan begitu. Mereka memanipulasi (menolak) terhadap nash-nash Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW, dari tempat dan pemahaman yang semestinya. Orang yang tidak sepaham dengan mereka, oleh mereka dianggap sesat dan Bid’ah”. (Imam Muhammad bin Muhammad bin Al-‘Izz Al-Hanafi).Imam Ahmad bin Hanbal RHM, murid Imam Syafi’i RHM, telah berkata:
“Allah SWT menciptakan syurga sebelum menciptakan makhluk. Allah SWT menciptakan untuk surga itu ada penghuninya, dan untuk neraka juga ada penghuninya. Untuk surga itu nikmatnya adalah abadi. Barangsiapa yang meyakini bahwa [kenikmatan] surga adalah sementara (tidak abadi), maka ia dihukumi sebagai kufur. Allah SWT menciptakan neraka, sebelum menciptakan manusia. Dan untuk neraka itu ada penghuninya”.Simak pula perkataan ‘ulama Ahlussunnah lainnya yakni Imam Aajurri Asy-Syafi’i RHM:
“Ketahuilah oleh kalian, semoga Allah SWT mengasihi dan menyayangi aku dan kalian, bahwa Al-Qur’an menjadi saksi bahwa Allah SWT telah menciptakan Surga dan Neraka, sebelum Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS (manusia pertama). Dan Allah SWT menciptakan bagi surga ada penghuninya dan bagi neraka ada penghuninya, sebelum mereka itu dikeluarkan ke dalam kehidupan dunya. Tidak ada yang berselisih pendapat tentang perkara ini bagi siapa yang sampai kepada dirinya Islam dan mencicipi manisnya Iman. Telah ditunjukkan perkara tersebut, baik dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Maka kita berlindung kepada Allah SWT dari orang yang mengingkari perkara ini”. (Perkataan Imam Aajurri Asy-Syafi’i RHM di dalam kitabnya yang berjudul “Asy-Syarii’ah”, dalam Bab “Mengimani dan Membenarkan bahwa Surga dan Neraka sudah tercipta”).Allah SWT berfirman:
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَAllah SWT berfirman:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa!”.
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاء وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ‘Ulama Ahlussunnah, Ibnu ‘Abdil Bar RHM menjelaskan:
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar!”.
“Ahlussunnah mengatakan bahwa surga dan neraka itu sudah tercipta, bahkan sampai datangnya hari akhirat. Adapun rusaknya dunia sudah kita maklumi bersama, bila dunia itu musnah dengan adanya hari kiamat. Sedangkan hari akhirat tidak pernah terbebas dari Jahannam, tidak pernah kosong dari jahannam. Akhirat juga tidak pernah kosong dari surga, karena surga adalah bagian dari kasih-sayang Allah SWT, dan neraka adalah tempat orang yang diadzab dari kalangan orang-orang yang Allah SWT kehendaki”.Ulama’ Ahlussunnah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah RHM berkata:
“Telah sepakat pendahulu ummat dan para Imamnya dan seluruh Ahlussunnah wal Jama’ah bahwa ada diantara makhluk yang tidak akan pernah hilang (lenyap) secara menyeluruh, seperti misalnya ‘Arsy Allah. Karena menurut Hadits dan penjelasan para ‘alim ‘ulama bahwa ‘arsy adalah atapnya syurga”..
SURGA YANG DIPERLUAS, NERAKA YANG
TIDAK PENUH, SERTA MATAHARI DAN BULAN BERPUTAR DAN MENGITARI DI DALAM
NERAKA PADA HARI KIAMAT!
Allah SWT berfirman:يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلَأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِن مَّزِيدٍDari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda:
(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada Jahannam: “Apakah kamu sudah penuh?” Dia (Jahannam) menjawab: “Masih adakah tambahan?” (QS Qaf (50): 30).
لَا تَزَالُ جَهَنَّمُ {تَقُولُ هَلْ مِنْ مَزِيدٍ} حَتَّى يَضَعَ رَبُّ الْعِزَّةِ فِيهَا قَدَمَهُ فَتَقُولُ قَطْ قَطْDalam Hadits Riwayat Imam Al-Bukhari no: 4850 dan Imam Muslim no: 7354, dari Shahabat Abu Hurairoh RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Senantiasa ke dalam Jahannam itu dicampakkan dan dilempari dengan penghuninya (penghuni neraka), tetapi Jahannam itu selalu mengatakan: ‘Apakah masih ada tambahan, yaa Allah?’ Dan terus-menerus tidak pernah penuh sampai dengan Allah meletakkan kaki-Nya, lalu Jahannam mengatakan: ‘Cukup, cukup'”. (Hadits Riwayat Muslim no: 7256, Bukhari no: 6661, dan Turmudzi no: 3272).
تَحَاجَّتْ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَقَالَتْ النَّارُ أُوثِرْتُ بِالْمُتَكَبِّرِينَ وَالْمُتَجَبِّرِينَ وَقَالَتْ الْجَنَّةُ مَا لِي لَا يَدْخُلُنِي إِلَّا ضُعَفَاءُ النَّاسِ وَسَقَطُهُمْ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِلْجَنَّةِ أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي وَقَالَ لِلنَّارِ إِنَّمَا أَنْتِ عَذَابِي أُعَذِّبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا مِلْؤُهَا فَأَمَّا النَّارُ فَلَا تَمْتَلِئُ حَتَّى يَضَعَ رِجْلَهُ فَتَقُولُ قَطْ قَطْ فَهُنَالِكَ تَمْتَلِئُ وَيُزْوَى بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ وَلَا يَظْلِمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ خَلْقِهِ أَحَدًا وَأَمَّا الْجَنَّةُ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنْشِئُ لَهَا خَلْقًاDari Abu Hurairoh RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Surga dan neraka saling menghujat. Api neraka berkata: ‘Aku diutamakan bagi penghuniku adalah orang-orang yang sombong, kejam, tirani’. Lalu surga mengatakan: ‘Kenapa yang masuk kepadaku tidak ada lain kecuali orang-orang yang lemah, orang-orang yang tidak terpandang?’ Lalu Allah SWT berfirman kepada Surga: ‘Wahai surga, kamu adalah kasih-sayang-Ku, dimana Aku menyayangi kalian siapa yang Aku kehendaki’. Kemudian Allah SWT berfirman kepada Api Neraka (Jahannam): ‘Wahai neraka, kamu adalah siksa-Ku, Aku siksa melalui kamu siapa saja yang Aku kehendaki’. Dan setiap dari keduanya mempunyai penghuni yang memenuhinya. Adapun neraka, tidaklah penuh sehingga Allah SWT meletakkan kaki-Nya dan neraka pun berkata: ‘Cukup, cukup’. Pada saat itu, maka penuhlah neraka dan satu dengan yang lainnya sudah sangat padat. Dan Allah SWT tidak menzhalimi seorang pun dari makhluk-Nya. Adapun surga, maka Allah SWT memperluasnya”.
الشمس والقمر ثوران مكوران في النار يوم القيامةDari Hadits shahih barusan kita semua mendapatkan wawasan, yaitu: Bahwa neraka akan dikitari oleh matahari dan bulan. Namun hendaknya dipahami bahwa matahari dan bulan itu adalah bukan matahari dan bulan yang kita lihat sekarang di bumi, melainkan matahari dan bulan yang insya Allah ada di akhirat nanti.
“Matahari dan Bulan, berputar dan mengitari di dalam neraka pada hari kiamat”. (Hadits Shahih. Hadits ini terdapat di dalam Kitab Silsilah Hadits Ash-Shahihah no: 124, juga dalam Kitab Misykat Al-Mashobih no: 5692, karangan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani RHM).
.
KESIMPULAN:
Nah kesimpulan dari pembahasan ana kali ini adalah bahwasanya:1] Menurut sebagian ‘ulama, lokasi surga dan neraka terdapat di langit, sebab Nabi Muhammad SAW pernah melihat surga dan neraka di atas langit ketika beliau SAW ber-mi’raj.
2] Menurut sebagian ‘ulama, lokasi surga terdapat di atas langit, sedangkan lokasi neraka terdapat di perut bumi lapisan ke tujuh, berdasarkan hadits riwayat Ibnu Abbas dan Mu’adz.
3] Menurut sebagian ‘ulama, lokasi neraka terdapat di permukaan bumi tanpa diketahui lokasi persisnya.
4] Neraka pembahasannya mauquf, tidak bisa diketahui lokasinya dikarenakan semua hadits yang menyebutkan tempat neraka belum bisa dijadikan pegangan, ini adalah pendapat yang disepakati oleh banyak ulama seperti As-Suyuthi, Ad-Dahlawi, dan Syaikh Shiddiq Hasan Khan.
5] Lokasi Sijjin berada di bawah tujuh lapis bumi, sedangkan lokasi ‘Iliyin berada di atas langit yang ketujuh.
6] Neraka dan syurga adalah ciptaan Allah.
7] Semenjak zaman Nabi Adam AS dahulu, sesungguhnya neraka dan syurga sudah tercipta lebih dahulu.
8] Syurga itu luasnya seluas langit dan bumi.
9] Sifat neraka tak pernah penuh dan selalu ingin diberi tambahan untuk menjadi penghuninya, kecuali setelah Allah SWT meletakkan kaki-Nya barulah neraka akan berkata: “Cukup, Cukup”.
10] Matahari dan bulan akan berputar dan mengitari di dalam neraka pada hari kiamat kelak.
11] Detik ini juga, segeralah antum bertaubat dari berbuat bid’ah biar antum tidak masuk ke dalam neraka, sebab semua bid’ah itu sesat, dan semua kesesatan ujung-ujungnya akan masuk ke neraka. Takutkah antum dengan dahsyatnya api neraka, apalagi neraka Jahannam? Jika takut, maka berhentilah dari berbuat bid’ah detik ini juga!
Tentunya kita selalu berharap kepada Allah SWT maghfiroh dan pahala dari-Nya, dan dijauhkan oleh-Nya dari segala fitnah, dan dijauhkan pula oleh-Nya dari azab kubur serta dari azab api neraka, dan dimasukkan ke dalam syurga Firdaus-Nya, dan diberi hadiah tujuh puluh dua bidadari cantik sebagai hadiah di syurga-Nya. Serta kita pun selalu berharap agar dapat memandang Wajah-Nya di syurga kelak.
Yaa Allah, berilah kami hidayah dan inayah-Mu. Dan semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Khatamun Anbiya’, Nabiyuna, Muhammad Rasulullah SAW, dan kepada keluarganya, para shahabatnya, para tabi’in, para tabi’ut tabi’in, dan seluruh ummatnya -termasuk ana pribadi- sampai akhir zaman. Amin.
Wabillahi tawfiq wal hidayah.
Wassalamu ‘alaykum wa rahmatullahi ta’ala wa barakatuh
No comments:
Post a Comment