Bangsa Mongol , Sejarah panjang Perang Perlawanan (Bani Qanthura)
Oleh: Wiji Hartono
( Pemerhati Sejarah, Alumnus Ilmu Sejarah FIB Universitas Indonesia )
Hadits dibawah ini merupakan ramalan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah terjadi, yaitu peristiwa jatuhnya Baghdad ke pasukan Bangsa Mongol pada 1258 M.
kj
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ فَارِسٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ
عَبْدِ الْوَارِثِ حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ جُمْهَانَ
حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَنْزِلُ
نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي بِغَائِطٍ يُسَمُّونَهُ الْبَصْرَةَ عِنْدَ نَهْرٍ
يُقَالُ لَهُ دِجْلَةُ يَكُونُ عَلَيْهِ جِسْرٌ يَكْثُرُ أَهْلُهَا
وَتَكُونُ مِنْ أَمْصَارِ الْمُهَاجِرِينَ قَالَ ابْنُ يَحْيَى قَالَ أَبُو
مَعْمَرٍ وَتَكُونُ مِنْ أَمْصَارِ الْمُسْلِمِينَ فَإِذَا كَانَ فِي
آخِرِ الزَّمَانِ جَاءَ بَنُو قَنْطُورَاءَ عِرَاضُ الْوُجُوهِ صِغَارُ
الْأَعْيُنِ حَتَّى يَنْزِلُوا عَلَى شَطِّ النَّهْرِ فَيَتَفَرَّقُ
أَهْلُهَا ثَلَاثَ فِرَقٍ فِرْقَةٌ يَأْخُذُونَ أَذْنَابَ الْبَقَرِ
وَالْبَرِّيَّةِ وَهَلَكُوا وَفِرْقَةٌ يَأْخُذُونَ لِأَنْفُسِهِمْ
وَكَفَرُوا وَفِرْقَةٌ يَجْعَلُونَ ذَرَارِيَّهُمْ خَلْفَ ظُهُورِهِمْ
وَيُقَاتِلُونَهُمْ وَهُمْ الشُّهَدَاءُ
“Telah menceritakan kepada kami,
Muhammad bin Yahya bin Faris dia berkata: telah menceritakan kepada
kami, Abdu Ash Shamad bin Abdul Warits dia berkata: telah menceritakan
kepadaku, Bapakku dia berkata: telah menceritakan kepada kami, Sa’id bin
Jumhan dia berkata: telah menceritakan kepada kami, Muslim bin Abu
Bakrah dia berkata: Aku mendengar Bapakku menceritakan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Beberapa orang dari umatku singgah
di suatu tempat yang luas, mereka menamakannya Bashrah. Yakni di sisi
sungai yang bernama Dijlah, sungai itu mempunyai jembatan. Tempat itu
penduduknya sangat banyak, dan mayoritas berasal dari orang-orang yang
hijrah. (Ibnu Ishaq berkata: Abu Ma’mar menyebutkan bahwa penduduk
tempat itu berasal dari penjuru kaum muslimin). Di akhir zaman nanti
akan datang suatu kaum yang bernama Qanthura, wajah mereka lebar dan
matanya sipit, hingga kaum itu sampai ke daerah tepian sungai lalu para
penduduknya pecah menjadi tiga kelompok; satu kelompok pergi mengikuti
ekor sapi dan binatang ternak (pergi mengungsi) hingga mereka hancur,
satu kelompok mengambil untuk keamanan mereka (mengajukan jaminan
keamanan dari bani Qanthura) hingga akhirnya menjadi kafir, dan satu
kelompok melindungi anak dan istri mereka dan berperang melawan musuh
(bani Qanthura) hingga mereka mati sebagai syuhada.”
[HR. Abu Daud no. 3752. Syaikh al-Albani
menyatakan hadits ini hasan dan sanadnya baik dalam Shahih Sunan Abu
Daud, M. Nashiruddin al-Albani, jilid 3, hadits No. 4306, terbitan
Pustaka Azzam]
Hadits serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Musnad penduduk Bashrah (bashriyyiin) dalam Bab Hadits Abu Bakrah Nafi’ bin Al Harits bin Kaladah Radliyallahu ta’ala ‘anhu, dengan tambahan kalimat:
“Allah Tabaraka wa Ta’ala memenangkan dari mereka yang masih tersisa.” [HR. Ahmad no. 19518]
Salah satu perawi hadits ini, yaitu al-‘Awwam bin Hawsyab bin Yazid berkata: “Bani Qanthura adalah orang-orang Turki.”
Bangsa Mongol atau Bani Qanthura
Kata Bashrah dalam hadits tersebut
mengacu pada gerbang Bashrah di kota Baghdad yang berada di sisi sungai
Dijlah (Tigris). Sedangkan kota yang bernama Bashrah tidak berada di
sisi sungai Dijlah, tetapi di sisi sungai Shatt al-Arab (Arvand Rud) di
Irak selatan. Kota Bashrah bermula dari perkemahan pasukan Khulafaur
Rasyidin yang dipimpin Utbah bin Ghazwan. Perkemahan tersebut didirikan
pada 636 sebagai basis untuk menyerang Kekaisaran Sassanid.
Baghdad (Madinat al-Salam)
dibangun pada 762 oleh Khalifah al-Mansur, serta dirancang sebagai
ibukota Kekhalifahan Abbasiyah, sehingga penduduknya sangat banyak dan
merupakan pendatang (orang-orang yang hijrah). Bagian inti Baghdad
dikelilingi tembok dan memiliki empat gerbang yang bernama Kufah,
Bashrah, Khurasan, dan Syam. Nama-nama itu menunjukkan arah hadap
gerbang terhadap empat kota tersebut. Juga terdapat sedikitnya tiga
jembatan yang melintasi sungai Tigris.
Al-‘Awwam bin Hawsyab mengatakan bahwa
Bani Qanthura adalah orang-orang Turki dikarenakan kesamaan ciri fisik
dan daerah asal mereka. Pada 1844, Matthias Castrén, seorang ahli
Filologi dari Finlandia menyatakan bahwa rumpun bahasa Turki, Mongol,
dan Tungus memiliki kesamaan sebagai bagian dari keluarga Bahasa Altaic.
Namun pendapat ini belum diterima secara luas di kalangan ahli bahasa.
Qanthura merupakan sebutan untuk Khan Tatar. Catatan tertua yang menyebut nama Tatar adalah tugu peringatan Kul Tigin yang dibangun pada 732. Kul Tigin adalah panglima Göktürks yang berhasil memperluas wilayah Kekhanan Turki. Setelah suku Göktürks mendirikan Kekhanan Turki (552 – 744 M), beberapa suku yang dikalahkan kemudian dipimpin oleh Khan Tatar melakukan migrasi ke arah timur, dan menjadi bagian dari orang-orang Shiwei.
Qanthura merupakan sebutan untuk Khan Tatar. Catatan tertua yang menyebut nama Tatar adalah tugu peringatan Kul Tigin yang dibangun pada 732. Kul Tigin adalah panglima Göktürks yang berhasil memperluas wilayah Kekhanan Turki. Setelah suku Göktürks mendirikan Kekhanan Turki (552 – 744 M), beberapa suku yang dikalahkan kemudian dipimpin oleh Khan Tatar melakukan migrasi ke arah timur, dan menjadi bagian dari orang-orang Shiwei.
Dalam Tang Huiyao (Kelembagaan Sejarah
Dinasti Tang) yang disusun Wang Pu pada 961, disebutkan keberadaan
Mengwu Shiwei yang merupakan cikal bakal Bangsa Mongol. Di masa Dinasti
Liao, Mengwu disebut Menggu. Pengucapan bahasa Korea atas kata Mengwu
adalah Mong-ol. Mongolia juga disebut Menggu dalam bahasa Tiongkok. Di
antara orang Shiwei juga membentuk serikat suku Tatar. Pada abad ke-12
M, terdapat lima serikat suku Bangsa Mongol utama di Mongolia, yaitu
Khamag, Tatar, Khereid, Merkit, dan Naiman.
Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa
an-Nihayah menceritakan bahwa jatuhnya Baghdad tidak lepas dari
pengkhianatan menteri Ibnu al-Alqami yang menganut Syiah. Ibnu al-Alqami
diam-diam mengurangi jumlah pasukan serta mengirim surat kepada Mongol
untuk memberitahukan kelemahan Baghdad dan kondisi pasukan Abbasiyah. Ia
juga meyakinkan khalifah al-Musta’shim bahwa Bangsa Mongol tidak akan
menyerang Baghdad, dan akan puas dengan pemberian hadiah. Sehingga
al-Musta’shim tidak mengumpulkan pasukan dari wilayah-wilayah Abbasiyah
untuk membantu pasukan di Baghdad.
Sampai datanglah pasukan Mongol dipimpin
Hulagu Khan dengan kekuatan sekitar 200.000 orang yang langsung
mengepung Baghdad. Al-Musta’shim akhirnya memutuskan untuk menghadapi
mereka, namun 20.000 orang pasukannya tidak mampu mengalahkan Mongol.
Al-Musta’shim dan ratusan ribu penduduk Baghdad dibunuh. Mongol juga
mengejar penduduk yang mengungsi dan membunuh mereka. Ibnu al-Alqami
serta pengikutnya mendapat jaminan keamanan dari Bangsa Mongol.
Bangsa Mongol akhirnya berhasil
dikalahkan Kesultanan Mamluk dalam pertempuran Ain Jalut (1260) dekat
kota Nazareth, Palestina. Melihat pasukan Hulagu ternyata dapat
dikalahkan, Berke Khan pun turut menyerang Hulagu pada 1262. Berke
adalah cucu Jenghis Khan yang memeluk Islam. Ia memimpin Golden Horde
(Ulus Juchi) dan menjalin persekutuan dengan Mamluk untuk menyerang
Hulagu sebagai pembalasan atas jatuhnya Baghdad. Hulagu mengalami
kekalahan saat menyerang wilayah Berke di utara Kaukasus pada 1263.
Sejarah Bangsa Mongol
Kata Mongol sebagai sebuah bangsa
pertama kali disebut dalam catatan sejarah Dinasti Tang, mengacu pada
suku Mengwu di antara orang Shiwei. Sebutan orang Shiwei meliputi
suku-suku berbahasa Mongol dan Tungus yang menghuni wilayah Asia timur
laut, yaitu di Mongolia Timur, sebelah utara Manchuria dan Korea, serta
dekat pesisir Laut Okhotsk.
Pada abad ke-10 M, suku Khitan
mendirikan Dinasti Liao (907 – 1125) yang menguasai wilayah orang
Shiwei, termasuk Mongolia, Manchuria, Korea Utara, dan Tiongkok Utara.
Pada abad ke-12 M, suku Tungus Jurchen mendirikan Dinasti Jin (1115 –
1234) dan mengambil alih kekuasaan Dinasti Liao. Sebagian orang Khitan
kemudian melakukan migrasi dan mendirikan kerajaan Qara Khitai di Asia
Tengah.
Pada 1206, Temujin (1162 – 1227)
berhasil menyatukan suku-suku di dataran Mongolia, mendirikan Kekaisaran
Bangsa Mongol, dan menggunakan gelar Jenghis Khan. Ia kemudian
menghimpun suku-suku Turki dan suku Bangsa Mongol di Asia Tengah,
seperti Uyghur, Kyrgyz, Buryats, Yakuts, Oirats, dan lainnya. Jenghis
Khan lalu menyerang kerajaan suku Tangut (Xī Xià), Dinasti Jin, dan
menaklukkan kerajaan Qara Khitai.
Pada 1219, pasukan Mongol menyerang
Dinasti Khwarazmia. Sultan Muhammad selamat namun wilayah Khwarazmia
jatuh ke tangan Bangsa Mongol. Jenghis Khan kemudian kembali ke timur
untuk menghadapi pemberontakan kerajaan Xī Xià dan Dinasti Jin. Sebagian
pasukan Mongol melanjutkan serangan ke barat, diantaranya adalah
terhadap kerajaan Georgia di Kaukasus serta persekutuan bangsa Slavic
dengan suku Turki Cuman di sungai Kalka (Ukraina).
Setelah kematian Jenghis Khan, Bangsa
Mongol dipimpin Ogedei Khan (1186 – 1241). Pasukan Mongol melanjutkan
serangannya, antara lain terhadap Korea, Dinasti Song di Tiongkok
Selatan, Polandia, Hungaria, hingga semenanjung Balkan. Serangan ke
Eropa Tengah dihentikan akibat datangnya berita kematian Ogedei di
Mongolia. Sedangkan penaklukkan di India berhasil digagalkan oleh
Kesultanan Delhi.
Di masa kepemimpinan Möngke Khan (1209 – 1259), Baghdad jatuh ke tangan Mongol. Pasca kematian Mongke, terjadi serangkaian perang saudara di dalam Kekaisaran Mongol, seperti perang Toluid dan perang antara Berke dengan Hulagu. Sehingga Mongol terpecah menjadi 4 kerajaan, yaitu Dinasti Yuan, Kekhanan Chagatai, Golden Horde (Ulus Juchi), dan Ilkhanate.
Di masa kepemimpinan Möngke Khan (1209 – 1259), Baghdad jatuh ke tangan Mongol. Pasca kematian Mongke, terjadi serangkaian perang saudara di dalam Kekaisaran Mongol, seperti perang Toluid dan perang antara Berke dengan Hulagu. Sehingga Mongol terpecah menjadi 4 kerajaan, yaitu Dinasti Yuan, Kekhanan Chagatai, Golden Horde (Ulus Juchi), dan Ilkhanate.
Bangsa Mongol Yang Memeluk Islam
Di bawah kekuasaan bangsa Mongol, umat
Islam mengalami penindasan. Jenghis Khan melarang beberapa penerapan
hukum Islam, seperti khitan dan kurban. Kebijakan ini dilanjutkan oleh
Kekhanan Chagatai dan Dinasti Yuan. Ilkhanate bahkan memiliki hubungan
yang dekat dengan Kristen. Ibu serta istri Hulagu adalah penganut
Kristen Nestorian (Gereja Timur). Hulagu juga mengirim surat kepada raja
Perancis Louis IX dan Paus Urban IV untuk bekerjasama merebut Yerusalem
dari Mamluk.
Namun lambat laun, orang-orang bangsa
Mongol mulai memeluk Islam. Berke Khan (wafat 1266) adalah pemimpin
Mongol yang pertama kali memeluk Islam. Persekutuan Mamluk dengan Golden
Horde juga berperan dalam penyebaran Islam di kalangan Bangsa Mongol.
Sultan Baybars mengundang perwakilan Golden Horde ke Mesir sehingga
banyak di antara mereka yang kemudian memeluk Islam. Di masa
kepemimpinan Öz Beg Khan (1282 – 1341), Islam dijadikan agama resmi
kerajaan Golden Horde.
Mubarak Shah (wafat 1276) adalah
pemimpin Kekhanan Chagatai yang pertama kali memeluk Islam. Namun
penyebaran Islam secara terbuka baru dilakukan di masa kepemimpinan
Ṭarmashirin Khan (bertahta 1331 – 1334). Akibatnya ia digulingkan, dan
penggantinya kembali melakukan penindasan terhadap umat Islam. Baru di
masa kepemimpinan Ali-Sultan pada 1342, Islam kembali disebarkan di
Kekhanan Chagatai.
Takudar (bertahta 1282 – 1284) adalah
pemimpin Ilkhanate yang pertama kali memeluk Islam. Ia terlahir sebagai
seorang Kristen Nestorian dengan nama Nikola Takudar. Setelah memeluk
Islam, ia mengganti nama menjadi Ahmad Takudar. Ia juga mengirim surat
perdamaian kepada Mamluk. Takudar kemudian digulingkan, dan penindasan
kembali dilakukan terhadap umat Islam. Namun di masa kepemimpinan Ghazan
(1271 – 1304), Islam kembali disebarkan di Ilkhanate.
Dari empat kerajaan pecahan Kekaisaran
Bangsa Mongol, hanya Dinasti Yuan yang tidak memeluk Islam. Namun
terdapat beberapa bangsawan Yuan yang menganut Islam. Di antaranya
adalah Ananda (wafat 1307), gubernur Gansu yang kemudian dipanggil ke
pengadilan agar kembali menganut Budha. Ia pun menolak sehingga
dipenjarakan. Ananda kemudian dibebaskan karena timbul kekhawatiran akan
terjadinya pemberontakan.
Kerajaan-kerajaan Bangsa Mongol yang
memeluk Islam, banyak menggunakan budaya Persia dan Turki. Seperti
Golden Horde yang menggunakan bahasa dan budaya Turki. Keturunan mereka
saat ini, yaitu suku Tatar di Rusia, dimasukkan dalam rumpun bangsa
Turki. Sedangkan Kesultanan Timurid (1370 – 1507) yang menguasai Iran,
Kaukasus, Mesopotamia, sebagian Asia Tengah dan Pakistan, serta
Kesultanan Mughal (1526 – 1857) yang menguasai sebagian besar anak benua
India, keduanya menggunakan bahasa Persia dan dipimpin oleh orang-orang
keturunan Turki-Mongol.
No comments:
Post a Comment