PASUKAN PANJI HITAM THE BLACK BANNER

Sunday, April 5, 2015

Nubuwat Rasulullah Melarang Jadi Pejabat, Pegawai Negeri dan Aparat Pemerintah Zalim di Akhir Zaman!


Nubuwat Rasulullah Melarang Jadi Pejabat, Pegawai Negeri dan Aparat Pemerintah Zalim di Akhir Zaman!
 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menubuwatkan akan berlangsungnya suatu zaman yang amat sangat kontras dengan apa yang disaksikan oleh para sahabat; para pemimpinnya adalah manusia-manusia jahat, bahkan lebih jahat dari kaum majusi.
Hingga datangnya era Khulafaur Rasyidin, apa yang beliau nubuwatkan juga masih belum terbayang. Namun, nubuwat itu terus berlanjut dan diriwayatkan secara turun temurun. Hingga akhirnya kita -sebagai manusia akhir zaman- mendengar nubuwat itu dan menyaksikan kebenaran nubuwat tersebut. Dan kita pun menyimpulkan, boleh jadi inilah zaman yang telah dinubuwatkan, zaman yang para penguasanya berkata bukan berdasar landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu.

Nubuwat Rasulullah tentang Pemerintah Zalim di Akhir Zaman
Umat Islam terpecah-pecah dalam nasionalisme yang sempit. Pemerintah yang berkuasa di dunia Islam adalah pemerintahan-pemerintahan sekuler yang mengadopsi hukum warisan kolonial salibis, menyingkirkan syariat Islam dan menindas rakyatnya sendiri. Mereka adalah tipe para pejabat yang memperkaya diri sendiri, keluarga, golongan dan partainya, dengan menghisap kekayaan rakyat. Mereka memerintah dengan mengatasnamakan rakyat, namun sejatinya menyengsarakan rakyat. Kian hari, sepak terjang mereka semakin membuat rakyat jelata hidup menderita.
Pemerintahan yang seperti ini telah dinubuwatkan oleh Rasulullah sejak jauh-jauh hari. Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata: Rasulullah berdiri di tengah kami dalam salah satu khutbah yang diantaranya beliau bersabda:
ألا إني أوشك أن أدعى فأجيب ، فيليكم عمال من بعدي ، يقولون ما يعلمون و يعملون بما يعرفون ، و طاعة أولئك طاعة ، فتلبثون كذلك دهرا ، ثم يليكم عمال من بعدهم يقولون ما لا يعلمون ، و يعملون ما لا يعرفون فمن ناصحهم و وازرهم و شد على أعضادهم فأولئك قد هلكوا و أهلكوا خالطوهم بأجسادكم و زايلوهم بأعمالكم و اشهدوا على المحسن بأنه محسن و على المسيء بأنه مسيء
“Ketahuilah, aku hampir saja dipanggil (oleh malaikat maut) lalu aku penuhi panggilan tersebut. Sesudahku kelak kalian akan dipimpin oleh para penguasa yang berkata berdasar landasan ilmu dan berbuat berdasar ilmu. Mentaati mereka merupakan ketaatan yang benar kepada pemimpin dan kalian akan berada dalam kondisi demikian selama beberapa waktu lamanya.
Setelah itu kalian akan dipimpin oleh para penguasa yang berkata bukan berdasar landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu. Barangsiapa menjadi penasihat mereka, pembantu mereka, dan pendukung mereka, berarti ia telah binasa dan membinasakan orang lain. Hendaklah kalian bergaul dengan mereka secara fisik, namun janganlah perbuatan kalian mengikuti kelakuan mereka. Persaksikan siapa yang berbuat baik diantara mereka sebagai orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat buruk di antara mereka sebagai orang yang berbuat buruk.[1]
Betapa banyak ulama, cendekiawan, peneliti, pengamat, dan tokoh masyarakat yang mencoba memperbaiki kerusakan pemerintahan dari dalam ‘lingkar kekuasaan’ namun pada akhirnya justru tidak dapat berbuat banyak, karena sedikitnya kawan seiring dan beratnya ‘musuh perjuangan’. Kebanyakan bahkan tenggelam oleh gemerlap godaan harta dan kedudukan. Inilah, yang diperintahkan oleh Rasulullah dalam hadits di atas,
Setelah itu kalian akan dipimpin oleh para penguasa yang berkata bukan berdasar landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu. Barangsiapa menjadi penasihat mereka, pembantun mereka, dan pendukung mereka, berarti ia telah binasa dan membinasakan orang lain.
Juga berdasar hadits dari Abu Sa’id dan Ibnu Umar, keduanya berkata; Rasulullah telah bersabda,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ يُقَرِّبُونَ شِرَارَ النَّاسِ ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلاَةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا ، فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَلاَ يَكُونَنَّ عَرِيفًا ، وَلاَ شُرْطِيًا ، وَلاَ جَابِيًا ، وَلاَ خَازِنًا
“Benar-benar akan datang kepada kalian suatu zaman, para penguasa menjadikan orang-orang jahat sebagai orang-orang kepercayaan mereka dan mereka menunda-nunda pelaksanaan shalat dari awal waktunya. Barangsiapa mendapati masa mereka, janganlah sekali-kali ia menjadi seorang penasihat, polisi, penarik pajak atau bendahara bagi mereka.”[2]
Larangan Rasulullah Jangan Menjadi Pegawai & Algojo Pemerintah Zalim
Dosa orang yang bekerja dalam ‘lingkaran kekuasaan’ tersebut akan semakin berat apabila disertai tindakan fisik yang menzalimi dan menindas rakyat. Dalam dunia pemerintahan, sejak zaman dahulu kala hingga hari ini dan akhir zaman, peran tersebut banyak dijalankan oleh para ‘algojo’. Pada zaman dahulu mereka dikenal sebagai prajurit, pengawal atau centerng. Pada masa kini, nama mereka tampak lebih keren, yaitu aparat keamanan; tentara dan kepolisian. Pemerintahan yang zalim dan menyimpang dari syariat Allah senantiasa memperteguh kekuasaannya, dengan mempergunakan kekuatan kepolisian dan tentara sebagai sarana untuk menindas rakyat. Hal itu telah berlangsung sejak zaman Fir’aun dan Namrudz, hingga masa kini. Kaitannya dengan jalan selamat dari fitnah di akhir zaman, Rasulullah telah memperingatkan umatnya untuk tidak menjadi ‘algojo-algojo’ yang gemar mengangkat cemeti demi meneguhkan singgasana raja yang menggajinya. Hal itu secara tegas telah dijelaskan oleh hadits-hadits di atas.
Dalam hadits yang lain dijelaskan mereka adalah orang-orang yang pergi ke kantor di waktu pagi dengan membawa kemurkaan Allah dan pulang dari kantor di waktu sore dengan membawa kemarahan-Nya. Dari Abu Umamah Al-Bahili bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ فِي آخِرِ الزَّمَانِ رِجَالٌ، أَوْ قَالَ: يَخْرُجُ رِجَالٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ، فِي آخِرِ الزَّمَانِ مَعَهُمْ أَسْيَاطٌ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ الْبَقَرِ يَغْدُونَ فِي سَخَطِ اللهِ وَيَرُوحُونَ فِي غَضَبِهِ
“Pada umat ini di akhir zaman akan muncul orang-orang yang membawa cemeti-cemeti seperti ekor sapi, mereka berangkat pagi-pagi dengan membawa kemurkaan Allah dan pulang di sore hari dengan membawa kemarahan dari-Nya.”[3]
Dalam riwayat Ath-Thabrani yang lain, dengan lafal,
سَيَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ شَرَطَةٌ، يَغْدُونَ فِي غَضِبِ اللَّهِ، وَيَرُوحُونَ فِي سَخَطِ اللَّهِ، فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُونَ مِنْ بِطَانَتِهِمْ
“Pada akhir zaman nanti akan ada polisi-polisi yang berangkat pagi-pagi dalam keadaan dimurkai Allah dan pulang di sore hari dalam keadaan dimurkai Allah, maka janganlah kalian menjadi teman dekat mereka.”[4]
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,
إِنْ طَالَتْ بِكَ مُدَّةٌ أَوْشَكْتَ أَنْ تَرَى قَوْمًا يَغْدُونَ فِى سَخَطِ اللَّهِ وَيَرُوحُونَ فِى لَعْنَتِهِ فِى أَيْدِيهِمْ مِثْلُ أَذْنَابِ الْبَقَرِ
“Jika usiamu panjang, engkau hampir-hampir akan melihat sebuah kaum yang berangkat di waktu pagi dengan membawa kemurkaan Allah, dan pulang di waktu sore dengan membawa kemarahan Allah. Di tangan mereka ada (cemeti) seperti ekor-ekor sapi.”[5]
Hadits-hadits di atas telah melarang kaum Muslimin untuk menjadi bagian dari  ‘lingkaran kekuasaan’ baik menjadi penasihat, bendahara, penarik pajak maupun aparat kepolisian dan ketentaraan. Larangan tersebut dikuatkan dengan adanya ‘jaminan siksa neraka’ bagi ‘algojo-algojo’ pemerintahan yang zalim. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَتُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua macam penduduk neraka yang belum pernah kulihat sebelumnya. Pertama, orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk mencambuki manusia. Kedua, wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang berlenggak-lenggok  (bergoyang) dan membuat orang lain bergoyang, kepala mereka seperti punuk unta yan gmiring, mereka tidak masuk surga dan tiak mencium baunya, padahal bau surga itu bisa dicium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.”[6]
Kritik Pemerintah Zalim
Tidak masuk dalam ‘lingkarang kekuasaan’ baik sebagai ‘pegawai halus’ maupun sebagai ‘algojo bengis’, bukan berarti tidak menyampaikan nasihat, kritikan dan pelurusan terhadap berbagai kebijakan pemerintahan yang salah. Memberi nasihat, kritikan dan pelurusan terhadap kebijakan pemerintahan zalim merupakan sebuah bentuk jihad dengan lisan. Rasulullah bersabda,
إِنَّهُ يُسْتَعْمَلُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ فَمَنْ كَرِهَ فَقَدْ بَرِئَ وَمَنْ أَنْكَرَ فَقَدْ سَلِمَ وَلَكِنْ مَنْ رَضِىَ وَتَابَعَ
“Sesungguhnya kalian kelak akan diperintah oleh para penguasa yang melakukan hal-hal yang ma’ruf (kalian kenali sebagai kebaikan) dan melakukan hal-hal yang munkar (kalian ingkari karena penyimpangannya). Maka barang siapa membenci (dengan hatinya), niscaya telah berlepas diri (tidak terkena tanggung jawab atau dosanya) dan barang siapa yang mengingkari (dengan lisan) niscaya telah selamat (tidak terkena tanggung jawab atau dosanya). Akan tetapi (yang terkena tanggung jawab atau dosanya) adalah orang yang setuju dan mengikuti (kemunkaran penguasa).”[7]
Jangan Meminta Jadi Penguasa
Apabila menjadi ‘pegawai halus’ dan ‘algojo begis’ yang notabenenya hanyalah ‘pembantu’ dan ‘kaki tangan’ dari pemimpin yang menyimpang dari Syariat Islam adalah haram berdasar larangan Allah dan Rasul-Nya; maka menjadi pemimpin yang seperti itu adalah lebih haram lagi. Rasulullah menyebut pemimpin yang mengukuti undang-undang dan sistem yang menyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai ‘setan berwujud manusia’. Dari Hudzaifah bin Al-Yaman bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ
“Sepeninggalku kelak akan muncul para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak meniti jejak sunnahku. Di antara mereka akan ada orang-orang yang mempunyai hati setan namun fisik mereka adalah fisik manusia.”[8]
Wallahu a’lam bish shawab. [AW]
Tulisan ini disadur dari buku “Kita Berada di Akhir Zaman” karya Ustadz Abu Fatiah Al-Adnani, Penerbit Granada Media Tama, Surakarta, Jawa Tengah, Juli 2010.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts