Kamis, 19 Juli 2012
"Ini yang kita pertanyakan, bagaimana membangun kedubes yang mengancam disebut kerjasama koorporasi,"Kata anggota DPP Hizbut Tahrir Indonesia, Farid Wajdi kepada arrahmah.com di sela-sela Halaqoh Islam dan Peradaban di wisma Antara, Jakarta, Rabu (18/7).
Lanjutnya, Pembangunan tersebut dinilai berbahaya karena kedutaan besar suatu negara yang yang semakin besar bangunannya dapat menjadi Pangkalan militer. Sebab,semakin besar kedutaan suatu negara semakin besar pula fungsi kedutaan tersebut baik fungsi ekonomi, politik, kebudayan, intelijen, dan militer.
"Sangat memungkinkan fungsi-fungsi militer dan intelijen semakin berkembang" ujar Farid
Apalagi, menurut Farid dalam pembangunan tersebut dibuat pula sebuah home base untuk marinir AS, meskipun skalanya kecil. "Dengan adanya marinir AS menjaga kedutaan, ini menunjukkan aset militer disana sangat penting,"bebernya
Pembanguanan kedubes AS kata Farid, tidak terlepas dari motif politik kawasan yang ingin dimainkan AS. Setidaknya ada dua motif yang diinginkan AS, pertama membendung pengaruh kekuatan China, yang dikhawatirkan oleh Amerika jika China menguasai laut China Selatan dapat menguasai pula negara-negara Asia Timur dan Asia tenggara.
"sehingga Amerika memindahkan pangkalan militernya dari antlatik ke Pasifik untuk membendung hal ini" ungkapnya.
Selain itu menurut Farid, AS juga hendak membendung pusat-pusat kebangkitan Islam. Dimana menurutnya, Selain negara-negara Timur Tengah untuk kawasan Asia tenggara Indonesia merupakan salah satu pusat kebangkitan Islam dengan indikasi beralihnya animo masyarakat kepada sistem Islam akibat kekecewaan terhadap kegagalan sistem demokrasi yang ditawarkan pasca reformasi.
"Kita sudah pernah mengalami masa-masa seperti Arab Spring, yaitu Reformasi. Setelah Reformasi ini keinginan masyarakat terhadap Khilafah semakin kuat," jelasnya.
Tambahnya, keberadaan Kedubes-kedubes AS yang memiliki kapasitas besar di pusat-pusat kebangkitan Islam seperti di Baghdad, Pakistan untuk Asia selatan, dan Indonesia untuk Asia tenggara. "Tuntutan-tuntutan Khilafah di pusat-pusat tersebut riel, contonya di Pakistan selain berdemo menentang keberadaan AS, masyarakat juga berdemo menuntut berdirinya Khilafah" lontar Farid.
Seperti diketahui, Kedubes AS di jakarta telah mengumumkan rencana pemabanguanan gedung kedubesnya di Jalan Merdeka Selatan jakarta Pusat. Dalam news yang dilansir oleh kedubes AS di Jakarta berjudul "AS Tunjukan Komitmen Memperkuat Hubungan dengan RI melalui Pembangunan Gedung Baru" pada 6 Juli 2012 (lihat situs: indonesian,jakarta.usembassy,gov).
Proyek senilai $450 Juta ini dijadwalkan rampung pada 2017. Proyek ini diproyeksikan akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat AS ataupun Indonesia.
Gedung ini rencananya akan berdiri ditanah seluas 36.000 meter persegi dengan lokasi yang sama gednung yang sama. Selain itu gedung ini akan dibangun pula dengan konsep yang mencerminkan "keindonesiaan" serta dibangun dengan teknologi yang mutakhir.
No comments:
Post a Comment