P E R A N G E K S I S T E N S I
Oleh: Abu Fatih Abdurrahman S.
(Staff Bidang Perencanaan Markaziyyah JAT)
Prahara
akhir zaman semakin terus menyeruak dan membangunkan kesadaran kaum
muslimin untuk segera mengambil posisi dalam pertarungan eksistensi ini.
Perang-perang
yang seolah-olah dicicil satu demi satu diberbagai wilayah kaum
muslimin terus dilancarkan kekuatan kuffar dunia. Aliansi kafir sedunia
yang melibatkan Yahudi, Nasrani dan kaum musyrikin tampaknya sadar
akan bahayanya kekuatan umat Islam jika bersatu dalam sebuah front
perlawanan terhadap eksistensi dan hegemoni dunia yang mereka pegang
hari ini.
Oleh
sebab itu, melalui pernyataan pongah seorang Fir’aun yang sudah pensiun,
G.W. Bush pasca serangan 9/11, Amerika Serikat sebagai lokomotif
kekufuran dunia, ia mengatakan: “ Either you are with us or with the terorist!”
Amerika
dan sekutunya kemudian menggalang kekuatan negara-negara Internasional
untuk ikut dalam kampanye Gobal War on Terorism (GWOT) yang pada
hakekatnya ditujukan untuk membrangus mujahidin secara cepat dan
terbatas demi memurtadkan seluruh kaum muslimin sedunia secara luas dan
tanpa batas. Yakni kemurtadan yang diakibatkan adanya loyalitas para
penguasa dan rakyat muslim kepada Amerika dan sekutunya .
Perhatikan firman Alloh Azza wa Jalla dibawah ini:
“Mereka
tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan
kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati
dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan
di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.” (QS. Al Baqarah: 217)
Firman-Nya juga yang menjelaskan kemurtadan orang-orang Islam karena berwala’ (loyal) kepada hegemoni kekufuran:
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim.” (QS. Al Maidah: 51)
Maka
sebagai sebuah kelompok dari Kaum Muslimin yang menyadari hakekat perang
eksistensi di sepertiga abad pada awal paruh seratus tahun ke-15
Hijriyah ini, Jama’ah Anshorut Tauhid berusaha memposisikan diri untuk
juga mampu mengambil peran perlawanan bersama kaum muslimin lainnya
terhadap kekuatan kufur lokal maupun global dalam segenap kemampuan yang
dimilikinya.
Tampak jelas dalam Khiththoh Jama'ah Ansharut Tauhid (JAT) bagian latar belakangnya, JAT berupaya membangun kesadaran para a’dho-nya
terhadap realitas sejarah dan kekinian sehingga diharapkan entitas JAT
sanggup memasuki medan makro realita dalam pertarungan eksistensi yang
memiliki doktrin: To Be or Not To Be. Jika kita tidak mampu melawan apalagi sudah kehilangan kemampuan bertahan maka bisa dipastikan datangnya kepunahan.
Fase Pertarungan Eksistensi menurut Khiththoh JAT [1]
Marilah
kita buka mata kepala dan mata hati kita lebar-lebar, sebagaimana yang
difirmankan Alloh Jalla wa ‘Alaa, bahwa musuh–musuh Islam tidak akan
pernah merasa cukup hanya dengan hanya menghancurkan fikrah dan ‘aqidah
umat Islam, namun serangan keji dan pembunuhan massal yang bengis juga
akan terus mereka lancarkan kepada umat Islam di mana saja.
Maka kesadaran untuk bergerak melakukan perubahan sangat terkait dengan kepahaman diinul Islam yang dipadukan dengan kesadaran realita hari ini dan idealisme masa depan yang dibangun dari kesadaran sejarah masa lalu.
I. Fase serbuan Musyrikin Mongol kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad dan negri-negri Islam lainnya.
Ekspansi
Mongol atau Tartar yang dipimpin Hulago Khan cucu dari Gengis Khan yang
meninggal pada tahun 624 Hijriyah, berhasil menduduki Baghdad pada
tahun 656 Hijriyah dengan mengerahkan tidak kurang dari 200.000
tentaranya dan ditambah lagi pengkhianatan salah satu mentri khalifah yang berasal dari kalangan Syi’ah.
Di kota
Baghdad Hulago menumpahkan kebenciannya pada Islam, ia memerintahkan
untuk membunuh seluruh penduduk Baghdad. Tak terkecuali khalifah yang
berkuasa saat itu Al Mu’tashim Billah, yang merupakan khalifah terakhir
Dinasti Abbasiyyah.
Beberapa
sejarawan berbeda pendapat tentang jumlah umat Islam yang terbunuh di
Baghdad. Sebagian mengatakan 800.000 ribu orang, 1.800.000 ribu orang
dan bahkan ada yang mengatakan 2 juta orang terbunuh di Bagdad.
Wajar
jika yang meninggal dalam jumlah sangat besar, karena pedang-pedang
prajurit Hulago tidak berhenti selama 40 hari menebas leher orang-orang
Islam, hingga diberitakan saat itu Baghdad basah memerah dibanjiri darah
kaum muslimin yang dibantai orang-orang biadab ini!
Pasukan
Mongol di bawah pimpinan Hulago kemudian merubah arah ekspansinya dari
Baghdad menuju Syiria. Dengan didukung kekuatan yang lengkap mereka
dengan mudah menaklukkan wilayah Haleb dan membunuhi penduduknya.
Di Timur
jauh wilayah Mongolia, terjadi perpecahan antara para pejabat dan
panglima perang Mongol dalam masalah kekuasaan. Oleh karena itulah
Hulago panglima besar Mongol kembali ke negerinya untuk melihat langsung
pertikaian itu. Ia menyerahkan tapuk kepemimpinan di wilayah Syiria
kepada salah seorang jendralnya yang bernama Kitbuqa.
Pasukan
Islam saat itu dipimpin oleh Al Mudzaffar Saifuddin Qutuz dan Dzahir
Pepris. Dua pasukan itu bertemu di suatu tempat yang dikenal dengan ‘Ain
Jalut. Perang itu sendiri pecah pada hari Jum’at, 25 Ramadhan tahun 658
H, dua tahun setelah Hulago membumihanguskan Bagdad.
Pada
perang di ‘Ain Jalut ini pasukan Islam memperoleh kemenangan dan
berhasil menghancurkan tentara Mongol. Bahkan pangeran Jamaluddin Aqusyi
mampu menerobos kejantung pertahanan musuh dan membunuh panglima perang
Mongol Kitbuqa. Kekalahan di ‘Ain Jalut merupakan kekalahan pertama
Mongol.
II. Fase Jatuhnya Andalusia dan Serbuan Kafir Salibis ke negri-negri Islam.
Tanggal
15 Juli 1099, sekitar 70.000 orang Islam dibantai di Yerussalem ketika
pasukan militer dengan lambang Salib menyerbu kota itu. Padahal di kota
itu hidup berdampingan secara damai ummat dari tiga agama besar dunia
(Islam, Kristen dan Yahudi) dimasa kekuasaan Islam sebelumnya. Yakni
sejak tahun 639 M.
Khalifah
Umar bin Khattab rodhiyallohu ‘anhu memeluk erat Patriach Partisius
Shopronius di pintu gerbang kota, sesaat setelah tentara kaum Muslimin
berhasil membebaskan kota Yerussalem. Bahkan Gereja Kebangkitan (The Churc of Ressurection)
secara khusus dilindungi pasukan Islam dibawah komando seorang perwira
muslim terbaik kepercayaan Umar rodhiyallohu ‘anhu yaitu Nusaibah
rodhiyallohu ‘anhu, dimana kaum Kristiani percaya bahwa gereja itu
dibangun diatas kuburan Yesus Kristus.
Tanggal 2
Januari 1492, Tidak kurang daru 3.000.000 orang mulim dibunuh, dibakar
hidup-hidup dan diusir secara hina dari Bumi Spanyol (Andalusia) oleh
pasukan Salib dibawah pimpinan Raja Ferdinand dan Ratu Issabela
(Katolik). Lalu, Kardinal De Beyder mengangkat Salib diatas Istana Al
Hambra (Istana Merah) sebagai tanda jatuhnya kekuatan Islam di Eropa.
Padahal Islam datang ke Eropa saat Eropa diselimuti alam kegelapan (the dark ages),
Islam datang membawa petunjuk dan pencerahan hingga Andalusia memiliki
Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan dimana berbagai golongan dan
kelompok agama bebas belajar disana. Namun Eropa Nasrani mambalasnya
dengan pembantaian secara besar – besaran.
Kejatuhan
Islam di Eropa seakan menjadi motivasi yang hebat bagi bangsa – bangsa
Eropa Nashrani seperti Spanyol, Inggris, Portugis, Belanda, Perancis,
Italia dan lain – lain untuk melakukan penjelajahan dan penjajahan
negeri-negeri Muslim di luar Eropa.
Pada
akhir abad ke-15 Masehi, kapal-kapal layar besar – besaran dengan
lambang salib yang besar pada bendera dan layar layar mereka, mendatangi
dan merampas banyak negeri Muslim di Asia dan Afrika. Misi Gold (Emas),
Glory (Kejayaan) dan Gospel (Penyebaran agama Kristen) menjiwai
petualangan Terorisisme danImperialisme mereka.
Perjanjian Thordesiles pada tahun 1521 yang direstui Paus di Vatikan (Roma) membagi Dunia menjadi:
- Seluruh Amerika Tengah dan Selatan, Kepulauan Hawwai, Guam dan Filiphina daerah lautan Pasifik diberikan Imperium Spanyol.
- Sementara Imperum Portugal menguasai daerah yang membentang dari Brazilia kearah timur sepanjang Pantai benua Afrika, Asia Selatan, dari Malaka sampai Maluku. Angkatan laut mereka sampai dengan sukses di negeri – negeri tujuannya dan berhasil merampas serta menghancurkan pusat – pusat Islam di Asia serta menjadikan kaum muslimin yang mendiami negri- negri itu sebagai anak jajahan yang hina dan terkalahkan.
Belanda
dengan VOC-nya sampai ke Nusantara tahun 1602 dan berhasil meluaskan
taklukannya keseluruh penjuru Nusantara, menguasai dan menguras kekayaan
negri serta melumpuhkan anak negri sebagai bangsa jajahan selama tidak
kurang dari 350 tahun.
Portugis
pimpinan Alfonso de Albuerque menguasai Malaka dari tahun 1511 sampai
dengan 1641. Dan terus menjajah Timor Timur dari tahun 1662 – 1975.
Inggris
memulai penjajahannya di India pada tahun 1600. Kemudian kita melihat
persaingan dalam Imperialisme kaum Eropa Nasrani itu saat memperebutkan
wilayah–wilayah jajahannya di negeri–negeri muslim seperti
manusia–manusia lapar mengerumuni makanan dalam pinggan (wadah)
makanan. Ingatlah sabda Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam,
bahwa akan datang kepada kaum Muslimin suatu zaman dimana musuh-musuhnya
mengeroyok dari segala penjuru seperti orang–orang yang lapar berebut
makanan dari pinggan, padahal kita berrjumlah besar (mayoritas).
Tanggal 2
Agustus 1492, 30.000 orang Yahudi direkayasa dengan diusir dari
Spanyol. Dan pada keesokan harinya (3 Agustus), Christopher Columbus
berangkat memimpin missi penemuan benua Amerika dengan dibiayai Ratu
Issabela.
Pelayaran
itu membawa serta 5 Tokoh Yahidi yaitu : Louis de Torres sebagai
penerjemah, Marco sebagai Perwira kesehatan, Bernall sebagai doker,
Alonzo de la Calle dan Gabriel Sanches. Setelah sebelumnya tiga tokoh
yahudi yang memiliki jabatan penting disekitar Ratu Issabella berhasil
mempengaruhi sang Ratu, bahwa apa yang telah dikeluarkan semasa perang
melawan Islam dan emas – emas yang dipakai membiayai ekspedisi akan
dapat dikembalikan setelah mengeksporasi/menambang emas di negri-negri
yang kan mereka jajah.
Begitulah
kemudian terjadi migrasi bersenjata besar-besaran kaum Yahudi dan
bangsa Eropa kristen ke Amerika. Mulailah pembantaian suku bangsa asli
benua Amerika yang disebut bangsa Indian oleh ‘Pengungsi–pengungsi’
bersenjata itu. Hingga sekarang bangsa Indian hanya bisa ditemukan dalam
suaka – suaka budaya disana.
Kaum
Penjajah itulah yang kemudian menjadi bangsa Amerika sekarang dan pada
tahun 1776 di prokamasikan berdirinya negara federal, United States of
America diatas bangkai – bangkai manusia dan penduduk asli benua itu.
Kaum Indian bukan saja dirampas tanah air dan emas- emas mereka , namun
juga kehilangan nyawa dan martabat mereka sebagai manusia merdeka.
Yang
unik adalah data-data temuan baru yang selama ini disembunyikan, yakni
bahwa ternyata sebagian bangsa Indian Amerika pada dasarnya adalah telah
menjadi pemeluk diinul Islam. Karena pasukan Islam telah
sampai ke benua Amerika sejak tahun 889 M dengan dipimpin seorang
navigator muslim asal Cordova, Spanyol bernama Khashshah Said bin Aswad.
Dimana pada waktu itu, Cordova (Spanyol) berada dibawah kekuasaan
pemerintah Khilafah Bani Umayyah. Jadi 600 tahun jauh sebelum Columbus
mengklaim secara dusta menemukan pertama kali benua Amerika.
Ini
adalah analisa yang bisa dipercaya karena kekuatan armada Khilafah Bani
Umayyah II di Spanyol saat itu memang sangat besar dan luar biasa luas
pengaruhnya. Hingga sangat tidak mustahil buat para pelaut di masa itu
untuk mengarui samudera Atlantik. Apalagi adanya semangat jihad yang
sangat tinggi untuk menyebarkan agama Islam seluruh penjuru dunia.
Dengan
fakta ini, maka benua Amerika termasuk benua yang sudah sejak awal
mengenal ajaran Islam. Sungguh luar biasa kemampuan para pelaut muslim
saat itu. Dengan menyebrangi lautan Atlantic yang luas itu, mereka
tercatat sebagai pasukan dakwah di antara pembawa agama Islam ke
Amerika. Dan jarak waktunya terpaut 200-an tahun setelah Rasululloh
sholallohu ‘alaihi wa sallam wafat, dimana Islam dan kaum Muslimin
berada pada era keemasan sejarahnya.
III. Fase Upaya-upaya Pendirian Negara Yahudi di Palestina menuju Israel Raya
Pada
tahun 1784, persekongkolan rahasia kaum Yahudi tingkat dunia terkuak
oleh pemerintah Bavaria. Bahwa sejak tahun 1770, tokoh – tokoh Yahudi
Jerman telah menemukan seorang tokoh pendeta Kristen yang murtad dan
menjadi Atheis, Prof. Adam Weiz Howight, seorang Guru Besar Theologia
pada Universitas Angold Stadt. Adam Weizt Howight ini diminta tokoh –
tokoh Yahudi itu untuk meneliti kitab protokol tokoh-tokoh Zion klasik
kemudian menyusunnya kembali berdasarkan prinsip-prinsip modern sebagai
langkah penguasaan dunia.
Pada Tahun 1896 di Berlin, Theodore Hertzl (1860-1904) menerbitkan dan mempublikasikan ide-ide tentang negara Yahudi (Der Judenstaat / Jewissh State)
yang intinya berisi seruan bagi orang – orang yahudi yang telah
menyebar ke seluruh benua di dunia melalui imperialisme dan telah
berhasil menumpuk kekayaan dari emas serta membangun jaringan– jaringan
Yahudi agar segera berkumpul membangun sebuah negara Yahudi.
Ia telah
memulai menyusun ideologi Zionisme sebagai gerakan politik kaum Yahudi
yang sangat radikal untuk membentuk Negara Yahudi sejak berumur 22
tahun di kota Wina (tempat yang sama dengan dimana Adolf Hitler tumbuh
dewasa).
Pada
tanggal 29 Oktober sampai dengan 11 Nopember 1897, di kota Pall, Swiss
diselenggarakan Konferensi Zionisme Internasional pertama yang secara
terbuka merekomendasikan pendirian negara Yahudi di Palestina.
Untuk
melicinkan jalan, Yahudi mencoba menyuap Sultan Abdul Hamid II sebagai
Sultan Terakhir dari kekhalifahan Turki Utsmani yang menjadi wali atas
Palestina, namun upaya ini ditolak mentah – mentah oleh Sultan. Bahkan
beliau melarang menjual setiap jengkal tanah Palestina kepada Yahudi
pada tahun 1901. Sultan Abdul Hamid II menolak mentah-mentah suapan yang
ditawari Theodore Hertzl, yaitu :
- 150 juta Dinar emas (senilai dengan 270 trilyun-an rupiah sekarang) untuk kantong pribadi Sultan sendiri.
- Pengampunan sebagian besar Hutang Khilafah Utsmaniyyah.
- Memperkuat dan membangun Armada Laut bagi Khilafah Utsmaniyyah
- Dibangunkan Universitas besar bagi Khalifah Utsmaniyyah dengan syarat nanti akan didirikan di Palestina.
Namun
setelah pada tahun 1912 Sultan Abdul Hamid II terjungkal dan kekuasaan
direbut oleh Partai Persatuan dan Kemajuan yang dipimpin seorang
keturunan Yahudi Donma yakni Mustapha Kemal terkutuk.
Secara
bertahap dan licik, kekuatan Khilafah Turki Utsmani terus diperlemah dan
dijauhkan pengaruh kekuasaannya dari bumi Palestina. Hingga antara
tahun 1914-1917, terjadi beberapa peristiwa yang menjadi cikal bakal
berdirinya Negara Yahudi yang mencita-citakan Israel Raya, yaitu:
- Penguasa baru Turki (Mustapha Kemal) mencabut larangan Sultan Abdul Hamid II untuk menjual tanah Palestina kepada orang-orang Yahudi.
- Jumlah kaum Yahudi yang berdiam di Palestina hingga tahun 1917 terus bertambah menjadi lebih dari 50.000 orang.
- Perjanjian Sykes Picot lahir pada tanggal 9 Mei 1916 yang berisi pembagian wilayah Turki Utsmani dan pengalihan mandat perwalian bumi Palestina dari Khilafah Turki Utsmani kepada Imperium Inggris Raya.
- Kemudian pada tanggal 2 November 1917 lahir pula Perjanjian Balfour (nama dari Mentri Luar Negri Inggris waktu itu, Lord Jims Athur Balfour) yang menyatakan secara terbuka soal komitmen Imperium Inggris Raya untuk bekerja keras menyokong terwujudnya negara Yahudi di Palestina.
- Tanggal 8 November 1917, hanya dalam waktu kurang dari sepekan, armada perang Inggris Raya menganeksasi Al Quds dibawah pimpinan Jendral Allenby dan meletakkan kakinya yang najis itu keatas tanah kubur Sholahuddin Al Ayyubi, seraya berkata: “Hai Sholahuddin, sekarang Perang Salib telah usai (dan telah kami menangkan)!”
Kelompok-kelompok teroris bersenjata dari Yahudi kemudian menekan Inggris untuk merealisasikan Perjanjian Balfour yang berisi:
- Mengatur masuknya pengungsi Yahudi ke Palestina secara besar-besaran.
- Melatih kemiliteran bagi kaum Yahudi di kamp-kamp militer Inggris di Palestina.
- Membekali persenjataan militer bagi kaum Yahudi.
Konspirasi
Salibis dan Zionis pada tingkat dunia mewujud pada terbentuknya League
of Nations (Liga Bangsa-bangsa) yang pada Konferensi di San Remo tahun
1920 memberi persetujuannya atas invasi dan aneksasi Palestina oleh
Imperium Inggris Raya, padahal pendirian Liga Bangsa-bangsa ini semula
ditujukan untuk menciptakan perdamaian dunia dan menghindari perang.
Lembaga Dajjal Internasional inilah yang kemudian pada tahun 1945
berubah nama menjadi United Nations atau Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB) hingga saat ini.
Sementara
itu, didalam dunia Islam terjadi puncak pengkhianatan penguasa baru
Turki yang melarang semua simbol religius dan pengamalan Islam termasuk
penghapusan lembaga kekhalifahan Turki Utsmani pada tanggal 3 Maret
1924. Jadilah kelemahan luar biasa dalam diri kaum muslimin karena tidak
lagi memiliki payung politik secara internasional, sehingga kam Zionis
berhasil memproklamirkan berdirinya Negara Yahudi, Israel di bumi
Palestina pada tanggal 14 Mei 1948.
IV. Fase Setelah Berdirinya Israel
Sehari
setelah berdirinya Israel, yakni tanggal 15 Mei 1948, pecah Perang Arab
melawan Israel. Namun kekuatan gabungan tujuh (7) negara-negara Arab
yang terdiri dari Mesir, Suriah, Irak, Yordania dan lain-lain, tidak
lagi menjadi kekuatan yang berarti karena sudah kehilangan ruh Islamnya.
Bahkan
pada tahun 1967, pasukan Arab mengalami kekalahan besar dengan jatuh dan
dikuasainya Gurun Sinai, Tepi Barat Sungai Yordan, dataran Tinggi Golan
dan Teluk Aqoba ke tangan Israel.
Israel
sebagai negara yang berdiri di atas dasar kebijakan terorisme abadi
melanjutkan kemenangan demi kemenangannya hingga hari ini dengan metode
genocida, pembantai dan pengusiaran sistimatis dan keji terhadap kaum
muslimin Palestina, tercatat diantaranya:
- Tanggal 14-15 Oktober 1953, tentara teroris Israel dengan nama Unit 101 dibawah Ariel sharon membantai 66 waraga sipil Palestina di desa Qibya, Yordania yang sebagian besarnya adalah wanita dan anak-anak.
- Tanggal 31 Agustus 1955, dengan dipimpin langsung Ariel Sharon pasukan teroris Israel ini melakukan pambantaian di Khan Yunis dan Bani Suhaela Mesir. Juga menyerbu wilayah Suriah dekat Danau Tiberias pada tahun 1956.
- Tanggal 22 Juni sampai dengan 12 Agustus 1976, Israel mempersenjatai milisi Phalangis Kristen dan kemudian mengepung serta membantai tidak kurang dari 2.000 pengungsi muslim di Sabra dan Shatila.
Bahkan
setelah pengkhianatan kaum nasionalis Mesir diwakili Anwar Sadat dengan
menandatangani Perjanjian Camp David pada tahun 1979 dan penandatanganan
perjanjian damai antara Yasser Arafat (PLO) dengan Yitzak Rabin (PM
Israel) pada 13 September 1993 hingga sekarang pada era globalisasi
informasi, pembantaian dan serangan pasukan terorisme Israel kepada
warga sipil Palestina terus terjadi dan menjadi tontonan rutin. Dimana
PBB dan Amerika hanya diam terpaku bahkan melakukan pembenaran atas
tindakan biadab Israel itu sebagai hak pembelaan diri Israel dari
ancaman dan serangan bangsa Palestina yang kemudian dituduh sebagai
teroris oleh mereka.
V. Fase Baru Penindasan Global terhadap Islam dan kaum Muslimin
Dunia
Islam hingga kini terus dilanda berbagai persoalan internalnya ditengah
penindasan dari pihak kuffar secara global, dimana intimidasi
internasional yang paling berbahaya pada saat ini datang dari Amerika
Serikat sejak serangan 11 September 2001.
Agaknya inilah fase terberat yang harus dihadapi kaum muslimin di tengah kelemahan internalnya yang seakan tidak pernah bisa terpecahkan. Pasca perang Mujahidin Afghanistan-Militer Sovyet (1979) dunia berada pada arus yang sama untuk menghantam semua wilayah regional komunitas muslim dengan satu kode: Perang Melawan Mujahidin Islam dengan tuduhan Terorisme Global!
No comments:
Post a Comment