PASUKAN PANJI HITAM THE BLACK BANNER

Wednesday, July 4, 2012

Fase-fase Pertarungan Eksistensi Prahara Akhir Zaman (Bagian I)

P E R A N G    E K S I S T E N S I

Oleh: Abu Fatih Abdurrahman S.

(Staff Bidang Perencanaan Markaziyyah JAT)



Prahara akhir zaman semakin terus menyeruak dan membangunkan kesadaran kaum muslimin untuk segera mengambil posisi dalam pertarungan eksistensi ini.

Perang-perang yang seolah-olah dicicil satu demi satu diberbagai wilayah kaum muslimin terus dilancarkan kekuatan kuffar dunia.  Aliansi kafir sedunia yang melibatkan Yahudi, Nasrani  dan kaum musyrikin tampaknya sadar akan bahayanya kekuatan umat Islam jika bersatu dalam sebuah front perlawanan terhadap eksistensi dan hegemoni dunia yang mereka pegang hari ini.

Oleh sebab itu, melalui pernyataan pongah seorang Fir’aun yang sudah pensiun, G.W. Bush pasca serangan 9/11, Amerika Serikat sebagai lokomotif kekufuran dunia, ia mengatakan: “ Either you are with us or with the terorist!”  

Amerika dan sekutunya kemudian menggalang kekuatan negara-negara Internasional untuk ikut dalam kampanye Gobal War on Terorism (GWOT) yang pada hakekatnya ditujukan untuk membrangus mujahidin secara cepat dan terbatas demi memurtadkan seluruh kaum muslimin sedunia secara luas dan tanpa batas. Yakni kemurtadan yang diakibatkan adanya loyalitas para penguasa dan rakyat muslim kepada Amerika dan sekutunya .

Perhatikan firman Alloh Azza wa Jalla dibawah ini:

“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Baqarah: 217)

Firman-Nya juga yang menjelaskan kemurtadan orang-orang Islam karena berwala’ (loyal) kepada hegemoni kekufuran:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Maidah: 51)

Maka sebagai sebuah kelompok dari Kaum Muslimin yang menyadari hakekat perang eksistensi di sepertiga abad pada awal paruh seratus tahun ke-15 Hijriyah ini, Jama’ah Anshorut Tauhid berusaha memposisikan diri untuk juga mampu mengambil peran perlawanan bersama kaum muslimin lainnya terhadap kekuatan kufur lokal maupun global dalam segenap kemampuan yang dimilikinya.

Tampak jelas dalam Khiththoh Jama'ah Ansharut Tauhid (JAT) bagian latar belakangnya, JAT berupaya membangun kesadaran para a’dho-nya terhadap realitas sejarah dan kekinian sehingga diharapkan entitas JAT sanggup memasuki medan makro realita dalam pertarungan eksistensi yang memiliki doktrin: To Be or Not To Be. Jika kita tidak mampu melawan apalagi sudah kehilangan kemampuan bertahan maka bisa dipastikan datangnya kepunahan.

Fase Pertarungan Eksistensi menurut Khiththoh JAT [1]

Marilah kita buka mata kepala dan mata hati kita lebar-lebar, sebagaimana yang difirmankan  Alloh Jalla wa ‘Alaa, bahwa musuh–musuh Islam tidak akan pernah merasa cukup hanya dengan hanya menghancurkan fikrah dan ‘aqidah umat Islam, namun serangan keji dan pembunuhan massal yang bengis juga akan terus mereka lancarkan kepada umat Islam di mana saja.

Maka kesadaran untuk bergerak melakukan perubahan sangat terkait dengan kepahaman diinul Islam yang dipadukan dengan kesadaran realita hari ini dan idealisme masa depan yang dibangun dari kesadaran sejarah masa lalu.

I. Fase serbuan Musyrikin Mongol kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad dan negri-negri Islam lainnya.

Ekspansi Mongol atau Tartar yang dipimpin Hulago Khan cucu dari Gengis Khan yang meninggal pada tahun 624 Hijriyah, berhasil menduduki Baghdad pada tahun 656 Hijriyah dengan mengerahkan tidak kurang dari 200.000 tentaranya dan ditambah lagi pengkhianatan salah satu mentri khalifah yang berasal dari kalangan Syi’ah.

Di kota Baghdad Hulago menumpahkan kebenciannya pada Islam, ia memerintahkan untuk membunuh seluruh penduduk Baghdad. Tak terkecuali khalifah yang berkuasa saat itu Al Mu’tashim Billah, yang merupakan khalifah terakhir Dinasti Abbasiyyah.

Beberapa sejarawan berbeda pendapat tentang jumlah umat Islam yang terbunuh di Baghdad. Sebagian mengatakan 800.000 ribu orang, 1.800.000 ribu orang dan bahkan ada yang mengatakan 2 juta orang terbunuh di Bagdad.

Wajar jika yang meninggal dalam jumlah sangat besar, karena pedang-pedang prajurit Hulago tidak berhenti selama 40 hari menebas leher orang-orang Islam, hingga diberitakan saat itu Baghdad basah memerah dibanjiri darah kaum muslimin yang dibantai orang-orang biadab ini!

Pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulago kemudian merubah arah ekspansinya dari Baghdad menuju Syiria. Dengan didukung kekuatan yang lengkap mereka dengan mudah menaklukkan wilayah Haleb dan membunuhi penduduknya.

Di Timur jauh wilayah Mongolia, terjadi perpecahan antara para pejabat dan panglima perang Mongol dalam masalah kekuasaan. Oleh karena itulah Hulago panglima besar Mongol kembali ke negerinya untuk melihat langsung pertikaian itu. Ia menyerahkan tapuk kepemimpinan di wilayah Syiria kepada salah seorang jendralnya yang bernama Kitbuqa.

Pasukan Islam saat itu dipimpin oleh Al Mudzaffar Saifuddin Qutuz dan Dzahir Pepris. Dua pasukan itu bertemu di suatu tempat yang dikenal dengan ‘Ain Jalut. Perang itu sendiri pecah pada hari Jum’at, 25 Ramadhan tahun 658 H, dua tahun setelah Hulago membumihanguskan Bagdad.

Pada perang di ‘Ain Jalut ini pasukan Islam memperoleh kemenangan dan berhasil menghancurkan tentara Mongol. Bahkan pangeran Jamaluddin Aqusyi mampu menerobos kejantung pertahanan musuh dan membunuh panglima perang Mongol Kitbuqa. Kekalahan di ‘Ain Jalut merupakan kekalahan pertama Mongol.
II. Fase Jatuhnya Andalusia dan Serbuan Kafir Salibis ke negri-negri Islam.

Tanggal 15 Juli 1099, sekitar 70.000 orang Islam dibantai di Yerussalem ketika pasukan militer dengan lambang Salib menyerbu kota itu. Padahal di kota itu hidup berdampingan secara damai ummat dari tiga agama besar dunia (Islam, Kristen dan Yahudi) dimasa kekuasaan Islam sebelumnya. Yakni sejak tahun 639 M.

Khalifah Umar bin Khattab rodhiyallohu ‘anhu memeluk erat Patriach Partisius Shopronius di pintu gerbang kota, sesaat setelah tentara kaum Muslimin berhasil membebaskan kota Yerussalem. Bahkan Gereja Kebangkitan (The Churc of Ressurection) secara khusus dilindungi pasukan Islam dibawah komando seorang perwira muslim terbaik kepercayaan Umar rodhiyallohu ‘anhu yaitu Nusaibah rodhiyallohu ‘anhu, dimana kaum Kristiani percaya bahwa gereja itu dibangun diatas kuburan Yesus Kristus.

Tanggal 2 Januari 1492, Tidak kurang daru 3.000.000 orang mulim dibunuh, dibakar hidup-hidup dan diusir secara hina dari Bumi Spanyol (Andalusia) oleh pasukan Salib dibawah pimpinan Raja Ferdinand dan Ratu Issabela (Katolik). Lalu, Kardinal De Beyder mengangkat Salib diatas Istana Al Hambra (Istana Merah) sebagai tanda jatuhnya kekuatan Islam di Eropa.

Padahal Islam datang ke Eropa saat Eropa diselimuti alam kegelapan (the dark ages), Islam datang membawa petunjuk dan pencerahan hingga Andalusia memiliki Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan dimana berbagai golongan dan kelompok agama bebas belajar disana. Namun Eropa Nasrani mambalasnya dengan pembantaian secara besar – besaran.

Kejatuhan Islam di Eropa seakan menjadi motivasi yang hebat bagi bangsa – bangsa Eropa Nashrani seperti Spanyol, Inggris, Portugis, Belanda, Perancis, Italia dan lain – lain untuk melakukan penjelajahan dan penjajahan negeri-negeri Muslim di luar Eropa.

Pada akhir abad ke-15 Masehi, kapal-kapal layar besar – besaran dengan lambang salib yang besar pada bendera dan layar layar mereka, mendatangi dan merampas banyak negeri Muslim di Asia dan Afrika. Misi Gold (Emas), Glory (Kejayaan) dan Gospel (Penyebaran agama Kristen) menjiwai petualangan Terorisisme danImperialisme mereka.

Perjanjian Thordesiles pada tahun 1521 yang direstui Paus di Vatikan (Roma) membagi Dunia menjadi:

  • Seluruh Amerika Tengah dan Selatan, Kepulauan Hawwai, Guam dan Filiphina daerah lautan Pasifik diberikan Imperium Spanyol.
  • Sementara Imperum Portugal menguasai daerah yang membentang dari Brazilia kearah timur sepanjang Pantai benua Afrika, Asia Selatan, dari Malaka sampai Maluku. Angkatan laut mereka sampai dengan sukses di negeri – negeri tujuannya dan berhasil merampas serta menghancurkan pusat – pusat Islam di Asia serta menjadikan kaum muslimin yang mendiami negri- negri itu sebagai anak jajahan yang hina dan terkalahkan.

Belanda dengan VOC-nya sampai ke Nusantara tahun 1602 dan berhasil meluaskan taklukannya keseluruh penjuru Nusantara, menguasai dan menguras kekayaan negri serta melumpuhkan anak negri sebagai bangsa jajahan selama tidak kurang dari 350 tahun.

Portugis pimpinan Alfonso de Albuerque menguasai Malaka dari tahun 1511 sampai dengan 1641. Dan terus menjajah Timor Timur dari tahun 1662 – 1975.

Inggris memulai penjajahannya di India pada tahun 1600. Kemudian kita melihat persaingan dalam Imperialisme kaum Eropa Nasrani itu saat memperebutkan wilayah–wilayah jajahannya di negeri–negeri muslim seperti manusia–manusia lapar mengerumuni makanan dalam  pinggan (wadah) makanan. Ingatlah sabda Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa akan datang kepada kaum Muslimin suatu zaman dimana musuh-musuhnya mengeroyok dari segala penjuru seperti orang–orang yang lapar berebut makanan dari pinggan, padahal kita berrjumlah besar (mayoritas).

Tanggal 2 Agustus 1492, 30.000 orang Yahudi direkayasa dengan diusir dari Spanyol. Dan pada keesokan harinya (3 Agustus), Christopher Columbus berangkat memimpin missi penemuan benua Amerika dengan dibiayai Ratu Issabela.

Pelayaran itu membawa serta 5 Tokoh Yahidi yaitu : Louis de Torres sebagai penerjemah, Marco sebagai Perwira kesehatan, Bernall sebagai doker, Alonzo de la Calle dan Gabriel Sanches. Setelah sebelumnya tiga tokoh yahudi yang memiliki jabatan penting disekitar Ratu Issabella berhasil mempengaruhi sang Ratu, bahwa apa yang telah dikeluarkan semasa perang melawan Islam dan emas – emas yang dipakai membiayai ekspedisi akan dapat dikembalikan setelah mengeksporasi/menambang emas di negri-negri yang kan mereka jajah.

Begitulah kemudian terjadi migrasi bersenjata besar-besaran kaum Yahudi dan bangsa Eropa kristen ke Amerika. Mulailah pembantaian suku bangsa asli benua Amerika yang disebut bangsa Indian oleh ‘Pengungsi–pengungsi’ bersenjata itu. Hingga sekarang bangsa Indian hanya bisa ditemukan dalam suaka – suaka budaya disana.

Kaum Penjajah itulah yang kemudian menjadi bangsa Amerika sekarang dan pada tahun 1776 di prokamasikan berdirinya negara federal, United States of America diatas bangkai – bangkai manusia dan penduduk asli benua itu. Kaum Indian bukan saja dirampas tanah air dan emas- emas mereka , namun juga kehilangan nyawa dan martabat mereka sebagai manusia merdeka.

Yang unik adalah data-data temuan baru yang selama ini disembunyikan, yakni bahwa ternyata sebagian bangsa Indian Amerika pada dasarnya adalah telah menjadi pemeluk diinul Islam. Karena pasukan Islam telah sampai ke benua Amerika sejak tahun 889 M dengan dipimpin seorang navigator muslim asal Cordova, Spanyol bernama Khashshah Said bin Aswad. Dimana pada waktu itu, Cordova (Spanyol) berada dibawah kekuasaan pemerintah Khilafah Bani Umayyah. Jadi 600 tahun jauh sebelum Columbus mengklaim secara dusta menemukan pertama kali benua Amerika.

Ini adalah analisa yang  bisa dipercaya karena kekuatan armada Khilafah Bani Umayyah II di Spanyol saat itu memang sangat besar dan luar biasa luas pengaruhnya. Hingga sangat tidak mustahil buat para pelaut di masa itu untuk mengarui samudera Atlantik. Apalagi adanya semangat jihad yang sangat tinggi untuk menyebarkan agama Islam seluruh penjuru dunia.

Dengan fakta ini, maka benua Amerika termasuk benua yang sudah sejak awal mengenal ajaran Islam. Sungguh luar biasa kemampuan para pelaut muslim saat itu. Dengan menyebrangi lautan Atlantic yang luas itu, mereka tercatat sebagai pasukan dakwah di antara pembawa agama Islam ke Amerika. Dan jarak waktunya terpaut 200-an tahun setelah Rasululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam wafat, dimana Islam dan kaum Muslimin berada pada era keemasan sejarahnya.

III. Fase Upaya-upaya Pendirian Negara Yahudi di Palestina menuju Israel Raya

Pada tahun 1784, persekongkolan rahasia kaum Yahudi tingkat dunia terkuak oleh pemerintah Bavaria. Bahwa sejak tahun 1770, tokoh – tokoh Yahudi Jerman telah menemukan seorang tokoh pendeta Kristen yang murtad dan menjadi Atheis, Prof. Adam Weiz Howight, seorang Guru Besar Theologia pada Universitas Angold Stadt. Adam Weizt Howight ini diminta tokoh – tokoh Yahudi itu untuk meneliti kitab protokol  tokoh-tokoh Zion klasik kemudian menyusunnya kembali berdasarkan prinsip-prinsip modern sebagai langkah penguasaan dunia.

Pada Tahun 1896 di Berlin, Theodore Hertzl (1860-1904) menerbitkan dan mempublikasikan ide-ide tentang negara Yahudi (Der Judenstaat / Jewissh State) yang intinya berisi seruan bagi orang – orang yahudi yang telah menyebar ke seluruh benua di dunia melalui imperialisme dan telah berhasil menumpuk kekayaan dari emas serta membangun jaringan– jaringan Yahudi agar segera berkumpul membangun sebuah negara Yahudi.

Ia telah memulai menyusun ideologi Zionisme sebagai gerakan politik kaum Yahudi yang sangat radikal untuk membentuk Negara Yahudi  sejak berumur 22 tahun di kota Wina (tempat yang sama dengan dimana Adolf Hitler tumbuh dewasa).

Pada tanggal 29 Oktober sampai dengan 11 Nopember 1897, di kota Pall, Swiss diselenggarakan Konferensi Zionisme Internasional pertama yang secara terbuka merekomendasikan pendirian negara Yahudi di Palestina.

Untuk melicinkan jalan, Yahudi mencoba menyuap Sultan Abdul Hamid II sebagai Sultan Terakhir dari kekhalifahan Turki Utsmani yang menjadi wali atas Palestina, namun upaya ini ditolak mentah – mentah oleh Sultan. Bahkan beliau melarang menjual setiap jengkal tanah Palestina kepada Yahudi pada tahun 1901. Sultan Abdul Hamid II menolak mentah-mentah suapan yang ditawari Theodore Hertzl, yaitu :

  1. 150 juta Dinar emas (senilai dengan 270 trilyun-an rupiah sekarang) untuk kantong pribadi Sultan sendiri.
  2. Pengampunan sebagian besar Hutang Khilafah Utsmaniyyah.
  3. Memperkuat dan membangun Armada Laut bagi Khilafah Utsmaniyyah
  4. Dibangunkan Universitas besar bagi Khalifah Utsmaniyyah dengan syarat nanti akan didirikan di Palestina.

Namun setelah pada tahun 1912 Sultan Abdul Hamid II terjungkal dan kekuasaan direbut oleh Partai Persatuan dan Kemajuan yang dipimpin  seorang keturunan Yahudi Donma yakni Mustapha Kemal terkutuk. 

Secara bertahap dan licik, kekuatan Khilafah Turki Utsmani terus diperlemah dan dijauhkan pengaruh kekuasaannya dari bumi Palestina. Hingga antara tahun 1914-1917, terjadi beberapa peristiwa yang menjadi cikal bakal berdirinya Negara Yahudi yang mencita-citakan Israel Raya, yaitu:

  1. Penguasa baru Turki (Mustapha Kemal) mencabut larangan Sultan Abdul Hamid II untuk menjual tanah Palestina kepada orang-orang Yahudi.
  2. Jumlah kaum Yahudi yang berdiam di Palestina hingga tahun 1917 terus bertambah menjadi lebih dari 50.000 orang.
  3. Perjanjian Sykes Picot lahir pada tanggal 9 Mei 1916 yang berisi pembagian wilayah Turki Utsmani dan pengalihan mandat perwalian bumi Palestina dari Khilafah Turki Utsmani kepada Imperium Inggris Raya.
  4. Kemudian pada tanggal 2 November 1917 lahir pula Perjanjian Balfour (nama dari Mentri Luar Negri Inggris waktu itu, Lord Jims Athur Balfour) yang menyatakan secara terbuka soal komitmen Imperium Inggris Raya untuk bekerja keras menyokong terwujudnya negara Yahudi di Palestina.
  5. Tanggal 8 November 1917, hanya dalam waktu kurang dari sepekan, armada perang Inggris Raya menganeksasi Al Quds dibawah pimpinan Jendral Allenby dan meletakkan kakinya yang najis itu keatas tanah kubur Sholahuddin Al Ayyubi, seraya berkata: “Hai Sholahuddin, sekarang Perang Salib telah usai (dan telah kami menangkan)!”

Kelompok-kelompok teroris bersenjata dari Yahudi kemudian menekan Inggris untuk merealisasikan Perjanjian Balfour yang berisi:

  1. Mengatur masuknya pengungsi Yahudi ke Palestina secara besar-besaran.
  2. Melatih kemiliteran bagi kaum Yahudi di kamp-kamp militer Inggris di Palestina.
  3. Membekali persenjataan militer bagi kaum Yahudi.

Konspirasi Salibis dan Zionis pada tingkat dunia mewujud pada terbentuknya League of Nations (Liga Bangsa-bangsa) yang pada Konferensi di San Remo tahun 1920 memberi persetujuannya atas invasi dan aneksasi Palestina oleh Imperium Inggris Raya, padahal pendirian Liga Bangsa-bangsa ini semula ditujukan untuk menciptakan perdamaian dunia dan menghindari perang. Lembaga Dajjal Internasional inilah yang kemudian pada tahun 1945 berubah nama menjadi United Nations atau Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) hingga saat ini.

Sementara itu, didalam dunia Islam terjadi puncak pengkhianatan penguasa baru Turki yang melarang semua simbol religius dan pengamalan Islam termasuk penghapusan lembaga kekhalifahan Turki Utsmani pada tanggal 3 Maret 1924. Jadilah kelemahan luar biasa dalam diri kaum muslimin karena tidak lagi memiliki payung politik secara internasional, sehingga kam Zionis berhasil memproklamirkan berdirinya Negara Yahudi, Israel di bumi Palestina pada tanggal 14 Mei 1948.

IV. Fase Setelah Berdirinya Israel

Sehari setelah berdirinya Israel, yakni tanggal 15 Mei 1948, pecah Perang Arab melawan Israel. Namun kekuatan gabungan tujuh (7) negara-negara Arab yang terdiri dari Mesir, Suriah, Irak, Yordania dan lain-lain, tidak lagi menjadi kekuatan yang berarti karena sudah kehilangan ruh Islamnya.

Bahkan pada tahun 1967, pasukan Arab mengalami kekalahan besar dengan jatuh dan dikuasainya Gurun Sinai, Tepi Barat Sungai Yordan, dataran Tinggi Golan dan Teluk Aqoba ke tangan Israel.

Israel sebagai negara yang berdiri di atas dasar kebijakan terorisme abadi melanjutkan kemenangan demi kemenangannya hingga hari ini dengan metode genocida, pembantai dan pengusiaran sistimatis dan keji terhadap kaum muslimin Palestina, tercatat diantaranya:

  1. Tanggal 14-15 Oktober 1953, tentara teroris Israel dengan nama Unit 101 dibawah Ariel sharon membantai 66 waraga sipil Palestina di desa Qibya, Yordania yang sebagian besarnya adalah wanita dan anak-anak.
  2. Tanggal 31 Agustus 1955, dengan dipimpin langsung Ariel Sharon pasukan teroris Israel ini melakukan pambantaian di Khan Yunis dan Bani Suhaela Mesir. Juga menyerbu wilayah Suriah dekat Danau Tiberias pada tahun 1956.
  3. Tanggal 22 Juni sampai dengan 12 Agustus 1976, Israel mempersenjatai milisi Phalangis Kristen dan kemudian mengepung serta membantai tidak kurang dari 2.000 pengungsi muslim di Sabra dan Shatila.

Bahkan setelah pengkhianatan kaum nasionalis Mesir diwakili Anwar Sadat dengan menandatangani Perjanjian Camp David pada tahun 1979 dan penandatanganan perjanjian damai antara Yasser Arafat (PLO) dengan Yitzak Rabin (PM Israel) pada 13 September 1993 hingga sekarang pada era globalisasi informasi, pembantaian dan serangan pasukan terorisme Israel kepada warga sipil Palestina terus terjadi dan menjadi tontonan rutin. Dimana PBB dan Amerika hanya diam terpaku bahkan melakukan pembenaran atas tindakan biadab Israel itu sebagai hak pembelaan diri Israel dari ancaman dan serangan bangsa Palestina yang kemudian dituduh sebagai teroris oleh mereka.

V. Fase Baru Penindasan Global terhadap Islam dan kaum Muslimin

Dunia Islam hingga kini terus dilanda berbagai persoalan internalnya ditengah penindasan dari pihak kuffar secara global, dimana intimidasi internasional yang paling berbahaya pada saat ini datang dari Amerika Serikat sejak serangan 11 September 2001.

Agaknya inilah fase terberat yang harus dihadapi kaum muslimin di tengah kelemahan internalnya yang seakan tidak pernah bisa terpecahkan. Pasca perang Mujahidin Afghanistan-Militer Sovyet (1979) dunia berada pada arus yang sama untuk menghantam semua wilayah regional komunitas muslim dengan satu kode: Perang Melawan Mujahidin Islam dengan tuduhan Terorisme Global!

No comments:

Post a Comment

Popular Posts