Monday, September 26, 2011
Misteri Nabi Ibrahim a.s
Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik.Sesungguhnya orang yang paling dekat kepaa Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) serta orang-orang yan beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orangh-orang yang beriman.
(QS Ali Imran 67-68).
Nabi Ibrahim (Abraham) sering disebutkan di dalam Al Qur'an dan mendapatkan tempat yang istimewa di sisi Allah sebagai contoh bagi manusia. Dia menyampaikan kebenaran dari Allah kepada umatnya yang menyembah berhala, dan dia mengingatkan mereka agar takut kepada Allah. Umat nabi Ibrahim tidak mematuhi perintah itu, bahkan sebaliknya mereka menentangnya. Ketika penindasan yang semakin meningkat dari kaumnya, nabi Ibrahim pindah ke mana saja bersama istrinya, bersama dengan nabi Lut dan mungkin dengan bebeapa orang lain yang menyertai mereka.
Nabi Ibrahim adalah keturunan dari nabi Nuh. Al qur'an juga mengemukakan bahwa dia juga mengikuti jalan hidup (diin) yang diikuti Nabi Nuh.
"Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam". Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman. Kemudian Kami tengelamkan orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh).(QS Ash- Shafaat: 79-83).
Pada masa Nabi Ibrahim, banyak orang yang menghuni dataran Mesopotamia dan di bagian Tengah dan Timur dari Anatolia tinggal orang-orang yang menyembah surga-surga dan bintang-bintang. Tuhan yang mereka anggap paling penting adalah "Sin" yaitu Dewa Rembulan. Tuhan mereka ini dipersonifikasikan sebagai seorng manusia yang berjenggot panjang, memakai pakaian panjang membawa rembulan berbetuk bulan sabit diatasnya. Lagian, orang -orang tersebut membuat hiasan gambar-gambar timbul dan pahatan-pahatan (patung) dari tuhan mereka itu dan itulah yang mereka sembah. Hal ini merupakan system kepercayaan yang tersebar luas ketika itu, yang mendapatkan tempat persemaiannya di Timur Dekat (Near East), dimana keberadaannya terpelihara dalam jangka waktu yang lama. Orang-orang yang tinggal di wilayah tersebut terus saja menyembah tuhan-tuhan tersebut hingga sekitar tahun 600 M. Sebagai akibat dari kepercayaan itu, banyak bangunan yang dikenal dengan nama "ziggurat" yang dulu dipakai sebagai observatorium (tempat penelitian bintang-bintang) sekaligus sebagai kuil tempat peribadatan yang dibangun di daerah yang membentang sejak dri Mesopotamia hingga ke kedalaman Anatolia, disinilah beberapa tuhan,terutama dewa(i) Rembulan yang bernama "Sin" disembah oleh orang-orang ini. 1
Kepercayaan yang hanya bisa ditemukan dalam penggalian arkeologis yang dilakuan saat ini, telah disebutkan dalam Al Qur'an. Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an, Ibrahim menolak penyembahan tuhan-tuhan tersebut dan berpegang teguh kepada Allah saja, satu-satunya Tuhan yang sebenarnya. Dalam Al Qur'an, perjalanan hidup Ibrahim digambarkan sebagai berikut :
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?. Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdpat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malah telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetpi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam". Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata : "Sesungguhnya jika Tuhnaku tidak memberikan petunjuk kepadakum pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat". Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah tuhanku, ini lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata : "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan b umi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.(QS. Al-An'an: 74-79)
Dalam al Qur'an, tempat kelahiran Ibrahim dan tempat di mana dia tinggal tidak dikemukakan dengan terperinci. Tetapi diindikasikan bahwa Ibrahim dan Lut tinggal di tempat yang saling berdekatan satu sama lain dan malaikat yang diutus kepada umat nabi Lut juga mendatangi Ibrahim dan memberitahukan pada istrinya suatu berita gembira tentang bayi laki-laki (yang dikandungnya), sebelum para malaikat itu pergi melanjutkan perjalanan mereka menuju nabi Lut.
Cerita penting tentang Nabi Ibrahim dalam al Qur'an yang tidak disebutkan dalam Perjanjian Lama adalah tentang pembangunan Ka'bah. Dalam Al Qur'an, kita diberitahu bahwa Ka'bah dibangun oleh Ibrahim dan putranya Ismail. Sekarang ini, satu-satunya hal yang diketahui oleh ahli sejarah tentang Ka'bah adalah bahwa Ka'bah merupakan tempat yang suci sejak masa yang sangat tua. Adapun penempatan berhala-berhala pada Ka'bah selama masa jahiliyah berlangsung sampai diutusnya Nabi Muhammmad, dan itu merupakan penyimpangan dan kemunduran atas agama suci Ilahi yang pernah diwahyukan kepada Nabi Ibrahim.
Ket.Gambar hal 36. (Atas : Pada masa Nabi Ibrahim, agama politheisme menyebar ke seluruh wilayah Mesopotamia. Sang Dewa rembulan "Sin" salah satu berhala yang paling penting. Orang-orang membuat patung-patung dari tuhan-tuhan mereka dan menyembahnya. Disebelah tampak patung sin. Simbul bulan sabit dapat terlihat dengan jelas pada dada patung tersebut).
(Bawah: Ziggurat yang digunakan baik sebagai kuil dan observatory perbintangan yang dibangun dengan teknik yang paling maju ada masa itu. Bintang, rembulan dan matahari menjadi objek utama dari penyembahan dan langi memiliki hal yang sangat penting. Di sebelah kiri dan bawah adalah ziggurat utama dari bangsa Mesopotamia.
Pada masa Nabi Ibrahim, agama politeisme menyebar di wilayah Mesopotamia. Sang Dewa Bulan �Sin�, merupakan salah satu berhala yang paling penting. Orang-orang membuat patung dari tuhan-tuhan mereka dan menyembahnya. Di sebelah tampak patung Sin. Bentuk bulan sabit terlihat jelas pada dada patung tersebut. Zigurat, yang digunakan baik sebagai kuil dan tempat pengamatan bintang, merupakan bangunan yang dibuat dengan teknik paling maju pada masa itu. Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan karenanya, langit merupakan hal sangat penting. Di sebelah kiri dan bawah adalah zigurat utama bangsa Mesopotamia.
Ibrahim Dalam Perjanjian Lama
Perjanjian Lama kemungkinan besar merupakan sumber paling detail dalam hal-hal yang berkenaan dengan Ibrahim, meskipun banyak diantaranya yang mungkin tidak bisa dipercaya. Menurut pembahasan dalam perjanjian lama, Ibrahim lahir sekitar 1900 SM di kota Ur, yang merupakan salah satu kota terpenting saat itu yang berlokasi di Timur Tengah dataran Mesopotamia. Pada saat lahir, Ibrahim tidak (belum) bernama "Ibrahim", tetapi "Abram". Namanya kemudian kemudian dirubah oleh Allah (YHWH).
Pada suatu hari, menurut Perjanjian Lama, Tuhan meminta Ibrahim untuk mengadakan perjalanan meninggalkan negeri dan masyarakatnya, menuju ke suatu negeri yang tidak pasti dan memulai sebuah masyarakat baru di sana. Abram pada usia 75 tahun mendengarkan seruan/pangilan itu dan melakukan perjalanan bersama istrinya yang mandul yang bernama Sarai - yang kemudian dikenal dengan nama "Sarah" yang berarti puteri raja - dan anak dari saudaranya yang bernama Lut. Dalam perjalanan menuju ke "Tanah yang Terpilih (Chosen Land)" mereka singgah/tingal di Harran untuk sementara waktu dan kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Ketika mereka sampai di tanah Kanaan yang djanjikan oleh Allah kepada mereka, mereka diberikan wahyu oleh Allah berupa berupa pemberiahuan bahwa tempat tersebut secara khusus dipilihkan oleh Allah buat mereka dan dianugerhkan buat mereka. Ketika Abram mencapai usia 99 tahun, dia membuat perjanjian dengan Allah dan namanya kemudian dirubah menjadi Ibrahim (Abraham). Dia meninggal pada usia 175 tahun dan dikubur di gua Macpelah yang berdekatan dengan kota Hebron (e l-Kalil) di West Bank (tepi barat)yang hari ini wilayah tersebut di bawah penguasan Israel. Tanah tersebut sebenarnya dibeli oleh Ibrahim dengan sejumlah uang dan itu merupakan kekayaannya dan keluarganya yang pertama di Tanah Yang Dijanjikan itu (Promise Land).
Tempat Kelahiran Ibrahim Menurut Perjanjian Lama
Dimanakah tempat dilahirkannya Ibrahim, tetaplah merupakan sebuah isu yang diperdebatkan. Orang Kristen dan Yahudi menyatakan bahwa Ibrahim dilahirkan di sebelah Selatan Mesopotamia, pemikiran yang lazim dalam dunia Islam adalah bahwa tempat kelahiran nya adalah di sekitar Urfa-Harran. Beberapa penemuan baru menunjukkan bahwa thesis dari kaum Yahudi dan Kristen tidaklah menyiratkan kebenaran yang seutuhnya.
Orang Yahudi dan Kristen menyandarkan pendapat mereka pada Perjanjian Lama, karena dalam Perjanjian lama tersebut, Ibrahim dikatakan telah dilahirkan di kota Ur sebelah Selatan Mesopotamia setelah Ibrahim lahir dan dibesarkan di kota ini, dia dcieritakan telah menempuh sebuah perjalanan menuju Mesir, dan dalam perjalanan tersebut mereka melewati suatu tempat yang dikenal dengan nama Harran di wiayah Turki.
Meskipun demkian, sebuah manuskrip Perjanjian Lama yang ditemukan baru-baru ini, telah memunculkan keraguan yang serius tentang kesahihan/validitas dari informasi di atas. Dalam manuskrip yang ditulis dalam bahasa Yunani yang dibuat sekitar sekitar abad ketiga SM, dimana manuskrip tersebut diperhitungkan sebagai salinan yang tertua dari Perjanjian Lama, juga nama tempat "Ur" tidak pernah disebutkan. Hari ini banyak peneliti Perjanjian Lama yang menyatakan bahwa kata-kata "Ur" tidak akurat atau bahwa Ibahim tidak dilahirkan di kota Ur dan mungkin juga tidak pernah mengunjungi daerah/wilayah Mesopotamia selama hidupnya.
Disamping itu, nama-nama beberapa lokasi serta daerah yang disebutkan itu, telah berubah karena perkembangan jaman. Pada saat ini dataran Mesopotamia biasanya merujuk kepada tepi sungai sebelah selatan dari daratan Irak, diantara sungai Efrat dan Tigris. Lagipula, dua milinium (2000 tahun) sebelum kita, daerah Mesopotamia digambarkan sebagai sebuah daerah yang letaknya lebih ke Utara, bahkan lebih jauh ke autara sejauh Harran, dan membentang sampai ke daerah yang saat ini merupakan daratan Turki. Karena itulah, bila sekalipun kita menerima pendapat bahwa "Dataran Mesopotamia" yang disebutkan dalam Perjanjian Lama, tetap saja akan terjadi misleading (keliru) untuk berpikir bahwa Mesopotamia dua millennium yang lebih awal dan Mesopotamia hari ini adalah sebuah tempat yang persis sama.
Banhkan seandainya juga ada keraguan serius dan ketidaksepakatan tentang kota Ur sebagai tempat kelahiran Ibrahim, tetapi ada sebuah pandangan umum yang disetujui yaitu tentang fakta bahwa Harran dan daerah yang melingkupinya adalah tempat dimana Nabi Ibrahim hidup. Lebih dari itu, peneliltian singkat yang dilakukan terhadap isi Perjanjian Lama tersebut memunculkan beberapa informasi yang mendukung pandangan bahwa tempat kelahiran Nabi Ibrahim adalah Harran. Sebagai contoh di dalam Perjanjian Lama, daerah Harran ditunjuk sebagai "daerah Artam" (Genesis, 11:31 dan 28:10). Disebutkan bahwa orang yang datrang dari keluarga Ibrahim adalah "anak-anak dari seorang Arami" (Deutoronomi, 26:5). Identifikasi penyebutan Ibrahim dengan sebutan "seorang Arami" menunjukkan bahwa beliau (Ibrahim) melangsungkan kehidupannya di daerah ini.
Dalam berbagai sumber agama Islam, terdapat bukti yang kuat bahwa tempat kelahiran Ibrahim adalah Harran dan Urfa. Di Urfa yang disebut dengan "kota para Nabi" ada banyak cerita dan legenda tentang Ibrahim.
Mengapa Perjanjian Lama Dirubah?.
Perjanjian Lama dan Al Qur'an dalam mengungkapkan kisah tentang Ibrahim, tampaknya hampir-hampir menggambarkan dua orang sosok Nabi yang berbeda, yang bernama Abraham dan Ibrahim. Dalam Al Qur'an, Ibrahim diutus sebagai rasul bagi sebuah kaum penyembah berhala. Kaum Ibrahim tersebut menyembah surga-surga, bintang-bintang dan rembulan serta berbagai sembahan lain. Dia berjuang melawan kaumnya dan selalu berusaha untuk mencoba agar mereka meninggalkan kepercayaan-kepercayaan tahayul dan secara tidak terhindarkan, hal; itu juga telah membangkitkan nyala api permusuhan dari seluruh masyarakatnya bahkan termasuk ayahnya sendiri.
Sebenarnya, tidak ada satupun dari hal yang disebutkan diatas diceritakan dalam Perjanjian Lama. Dilemparkannya Ibrahim ke dalam api, bagaimana Ibrahim menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh masyarakatnya, tidaklah disebutkan dalam Perjanjian Lama. Secara umum Ibrahim digambarkan sebagai nenek moyang bangsa Yahudi dalam Perjanjian Lama. Hal ini menjadi bukti bahwa pandangan di dalam Perjanjian Lama ini dibuat oleh para pemimpin masyarakat Yahudi yang mencoba memberikan pijakan di masa mendatang konsep "ras/suku bangsa". Bangsa Yahudi percaya bahwamereka adalah kaum yang selalu dipilih oleh Tuhan dan merasa lebih unggul dari yang lainya. Mereka dengan sengaja dan penuh keinginan untuk mengubah kitab Suci mereka dan membuat penambahan-penambahan serta berbagai pengurangan berdasarkan keyakinan seperti di atas. Inilah sebabnya mengapa Ibrahim digambarkan sebagai nenek moyang bangsa Yahudi belaka dalam Perjanjian Lama.
Penganut Kristen yang percaya terhadap Perjanjian Lama, berpikir bahwa Ibrahim adalah nenek moyang bangsa Yahudi, namun hanya terdapat satu perbedaan; menurut penganut Kristen, Ibrahim bukanlah seorang Yahudi namun ia adalah seorang Kristen. Penganut Kristen yang tidak begitu memperhatikan konsep mengenai ras/suku bangsa sebagaimana dilakukan Yahudi, mengambil pendirian ini dan hal ini menjadi salah satu penyebab perbedaan dan pertentangan diantara kedua agama ini. Allah memberikan keterangan sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur'an sebagai berikut :
Hai ahli kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?. Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah dalam hal yang tidak kamu ketahui; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik".
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepaa Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) serta orang-orang yan beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orangh-orang yang beriman.(QS Ali Imran 65-68).
Di dalam Al Qur'an sangatlah berbeda dengan apa yang ditulis dalam Perjanjian Lama, Ibrahim adalah seseorang yang memperingatkan kaumnya agar mereka takut kepada Allah, serta bahwa dia adalah seseorang yang berperang/berjuang melawan kaumnya itu pada akhirnya. Dimulai sejak masa mudanya, ia memperingatkan kaumnya yang m,enyembah berhala-berhala untuk menghentikan perbuatan mereka itu. Sebagai reaksi, kaumnya bertindak dengan mencoba untuk membunuh Ibrahim. Untuk menghindar dari kejahatan yang dilakukan oleh kaumnya, maka Ibrahimpun akhirnya berpindah tempat.
Serial Kajian Syiah Ekstrim Nushairiyah: Membongkar kesesatan dan kekejaman Rezim Suriah (1)
Seorang pendeta Yahudi bernama Abdullah bin Saba’ berpura-pura masuk Islam untuk menghancurkan Islam dari daIam. Ia menampakkan dirinya sebagai seorang yang shalih dan hidup zuhud. Di tengah masyarakat Mesir, Kufah, dan Bashrah, ia menyebarkan pendapat sesat bahwa Ali bin Abi Thalib RA adalah orang yang diberi wasiat oleh Rasulullah SAW untuk menjadi khalifah sepeninggalnya. Ia juga memprovokasi masyarakat dengan menyebut Abu Bakar, Umar, dan Utsman adalah para penjahat yang bersekongkol merebut jabatan kekhalifahan dari Ali.
Dengan provokasi terus-menerus, banyak orang-orang bodoh di Mesir, Kufah, dan Basrah yang menjadi pengikutnya. Ia menggerakkan mereka untuk mengepung rumah khalifah Utsman di Madinah, sehingga berujung kepada pembunuhan khalifah Utsman oleh mereka. Kekacauan itu disusul dengan pengangkatan Ali sebagai khalifah. Namun gejolak belum padam, sehingga terjadi perang Jamal dan perang Shiffin, yang disusul dengan perundingan (tahkim) pihak Ali dan pihak Mu’awiyah di Daumatul Jandal pada tahun 36 H.
Dampak dari peristiwa itu, barisan Ali terpecah menjadi tiga golongan; mayoritas kaum muslimin yaitu Ahlus Sunnah wal Jama’ah, kelompok sesat Khawarij, dan kelompok Syi’ah. Semula kelompok Syi’ah hanya mengganggap Ali lebih layak menjadi khalifah, dan mereka tidak mengkafirkan Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Namun dalam perkembangannya, sebagian kelompok Syi’ah bersikap ekstrim dengan mengkafirkan Abu Bakar, Umar, Utsman, dan seluruh shahabat yang mereka tuding ‘bersekongkol mengkudeta’ Ali.
Dalam perkembangannya, kelompok Syi’ah terpecah menjadi 20 sekte; dua sekte Syi’ah Kaisaniyah, tiga sekte Syi’ah Zaidiyah, dan lima belas sekte Syi’ah Imamiyah. Kelompok Syi’ah menjadi induk semang bagi kelompok Nushairiyah adalah Syi’ah Imamiyah.
Syi’ah Imamiyah terpecah menjadi lima belas sekte akibat perbedaan pendapat yang sangat tajam di antara mereka sendiri. Mereka meyakini kekhilafahan adalah hak Ali bin Abi Thalib, lalu ia mewasiatkan kedudukan itu kepada anaknya, Hasan bin Ali. Hasan bin Ali mewasiatkan penggantinya adalah saudaranya, Husain bin Ali. Husain bin Ali lalu mewasiatkannya kepada anaknya, Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali. Ali Zainal Abidin mewasiatkan kepada anaknya, Muhammad Al-Baqir. Muhammad Al-Baqir lalu mewasiatkannya kepada anaknya, Ja’far Ash-Shadiq.
Setelah itu, mereka terpecah menjadi dua sekte karena berselisih tajam tentang keturunannya yang menggantikannya sebagai khalifah:
- Satu sekte meyakini penggantinya adalah anaknya, Ismail. Mereka adalah kelompok Syi’ah Ismailiyah. Mereka terpecah lagi dalam banyak kelompok, namun pada saat ini yang eksis adalah tiga kelompok besar:
- Ismailiyah Musta’liyah (kelompok Baharah)
- Ismailiyah Nizariyah (kelompok Agha Khan)
- Sekte Druz
- Satu sekte meyakini penggantinya adalah Musa Al-Kazhim. Mereka adalah kelompok Syi’ah Itsna ‘Asyariyah atau juga disebut Syi’ah Ja’fariyah. Di Libanon, mereka disebut Mutawilah. Syi’ah Itsna ‘Asyariyah adalah kelompok terbesar dan terpenting dalam kelompok induk Syi’ah Imamiyah. Mayoritas Syi’ah di Iran, Irak, Pakistan, Lebanon, dan Jazirah Arab (Saudi Arabia, Bahrain, dan lain-lain) beraliran Syi’ah Itsna ‘Asyariyah. Dari aliran ini pula timbul banyak pecahan, yang salah satunya adalah Nushairiyah.
Syi’ah Ekstrim
Abdullah bin Saba’ Al-Yahudi sukses memecah belah kaum muslimin menjadi dua golongan:ahlus sunnah wal jama’ah dan Syi’ah. Namun ia tidak berhenti di situ saja. Ia berusaha keras menyesatkan dan mengeluarkan pengikutnya, kelompok Syi’ah (Syi’ah Sabaiyyah), dari agama Islam. Maka ia menampakkan dirinya sebagai orang yang shalih, bertakwa, zuhud, berilmu, dan pembela Ahlul Bait. Ia mengajarkan kepada pengikutnya, bahwa Allah SWT menyatu dalam diri Ali bin Abi Thalib sehingga Ali memiliki unsur ketuhanan dan karenanya harus disembah. Hal ini sama persis dengan ajaran Paulus, pendeta Yahudi yang pura-pura masuk Kristen untuk menghancurkan Kristen dari dalam. Paulus mengajarkan kepada pengikut Kristen bahwa Allah SWT bersatu dengan diri Isa Al-Masih (mereka menyebutnya: Yesus Kristus) sehingga ia memiliki unsur ketuhanan dan harus disembah.
Orang-orang bodoh yang belum lurus keislamannya tertipu oleh ajaran palsu Abdullah bin Saba’ Al-Yahudi. Syarik Al-Amiri berkata: “Dilaporkan kepada amirul mukminin Ali bin Abi Thalib bahwa di sini (kufah) di depan pintu masjid ada sebuah kaum yang mengakui engkau (Ali bin Abi Thalib) adalah tuhan sesembahan mereka.” Maka Ali memanggil mereka dan menanyai mereka, “Celaka kalian ini, apa yang kalian katakan?” Mereka menjawab, “Engkau adalah Tuhan kami, Pencipta kami, dan Pemberi rizki kami.” Ali menjawab, “Celaka kalian. Aku hanyalah seorang hamba seperti kalian. Aku makan sebagaimana kalian makan dan aku minum sebagaimana kalian minum. Jika aku menaati Allah, maka jika Allah berkeendak niscaya Dia memberiku balasan pahala. Dan jika aku mendurhakai Allah, maka aku khawatir jika Allah mengadzabku. Maka takutlah kalian kepada Allah dan kembalilah kepada kebenaran!” Ali memberi mereka waktu tiga hari untuk bertaubat. Namun mereka telah gelap hati dan memegang teguh kesesatannya. Setelah didakwahi selama tiga hari namun mereka tetap bertahan di atas keyakinan mereka, maka Ali memerintahkan penggaian parit-parit di depan masjid Kufah, lalu ia memerintahkan agar mereka dibakar hidup-hidup karena telah murtad. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, 12/309-310 hadits no. 6922)
Semboyan dan ajaran mereka lalu diikuti oleh banyak orang Yahudi dan orang Majusi Persia yang hendak merusak Islam dari dalam. Orang-orang Majusi menaruh dendam kesumat kepada Islam dan kaum muslimin karena kaum muslimin telah meruntuhkan kejayaan Imperium Persia yang berkuasa di muka bumi selama 12 abad lamanya. Kaum Yahudi menaruh dendam karena kaum muslimin telah mengalahkan Yahudi Bani Qainuqa’, Bani Nadhir, Bani Quraizhah, Yahudi Khaibar, dan mengusir kaum Yahudi dari Jazirah Arab.
Cara terbaik bagi mereka untuk memuluskan program jahatnya adalah bergabung dengan kelompok Syi’ah dengan kedok membela Ahlul Bait. Mereka memasukkan akidah-akidah Yahudi, Majusi, Budha, dan musyrikin lainnya ke dalam kelompok mereka. Akibatnya, akidah mereka sangat berbeda dengan akidah kelompok Ahlus Sunnah dan Syi’ah moderat. Mereka lantas dikenal sebagai Syi’ah Ekstrim.
Imam Asy-Syahrastani menulis, “Al-Ghulat (kaum ekstrim) adalah nama untuk orang-orang yang bersikap ekstrim terhadap para imam mereka, sehingga mereka mengeluarkan para imam mereka dari batasan kemanusiaan dan mengangkat mereka kepada derajat ketuhanan.Terkadang mereka menyerupakan salah seorang imam dengan Tuhan Yang berhak disembah. Terkadang mereka juga menyerupakan Tuhan Yang berhak disembah dengan makhluk. Mereka berada di antara sikap terlalu berlebihan dan terlalu meremehkan. Syubhat-syubhat mereka timbul dari paham-paham hululiyyah (paham yang menyatakan Allah menitis pada semua makhluk-Nya; semua makhluk di alam semesta adalah wujud dari Allah), paham reinkarnasi, agama Yahudi dan Nashrani. Karena kaum Yahudi menyerupakan Al-Khaliq (Sang Pencipta) dengan makhluk, sedangkan Nashrani menyerupakan makhluk dengan Al-Khaliq. Syubhat-syubhat tersebut merambah pikiran orang-orang Syi’ah ekstrim, sehingga mereka memberlakukan sifat-sifat Tuhan untuk diri para imam mereka.” (Al-Milal wan Nihal (dicetak sebagai catatan kaki Al-Fishal fil Milal wal Ahwa’ wan Nihal), 1/10).
Sejarawan dan sosiolog muslim, imam Ibnu Khaldun menulis: “Di antara kelompok Syi’ah terdapat beberapa kelompok yang disebut kelompok ekstrim. Mereka melampaui batas normal akal dan iman dengan meyakini ketuhanan para imam mereka. Baik dengan meyakini bahwa para imam mereka adalah manusia yang memiliki sifat-sifat Tuhan, maupun meyakini bahwa Tuhan bersemayam dalam jasad manusiawi mereka. Itulah pendapat hululiyah yang bersesuaian dengan keyakinan kaum Nashrani bahwa Tuhan bersemayam dalam jasad Isa bin Maryam.” (Muqaddimah Ibnu Khaldun, hlm. 832)
Seorang ulama besar kelompok Syi’ah Itsna Asyariyah, Asy-Syaikh Al-Mufid, menulis: “Kelompok ekstrim yang berpura-pura menampakkan keislaman adalah orang-orang yang menisbahkan Ali dan para imam anak keturunannya kepada derajat ketuhanan dan kenabian. Mereka menyematkan sifat-sifat keutamaan dalam urusan agama dan dunia kepada Ali dan para imam anak keturunannya sampai melampaui batas dan keluar dari tujuan sebenarnya. Maka mereka adalah kaum yang sesat dan kafir. Amirul Mukminin Ali ‘alaihis salam telah memvonis mereka kafir dan keluar dari Islam.” (Thaifah An-Nushairiyah, hlm. 30)
Bersambung….
Serial Kajian Syia’h Ekstrim Nushairiyah
Oleh: Muhib al-Majdi
Wednesday, September 21, 2011
Obama Tegaskan Niat Halangi Palestina
NEW YORK, Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Rabu (21/9/2011), menegaskan dukungan AS terhadap Israel dan memperingatkan bahwa permohonan Palestina untuk menjadi negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan tindakan sepihak dan karenanya tidak akan terwujud.
"Komitmen Amerika bagi keamanan Israel tidak akan goyah. Amerika dan Israel memiliki persahabatan yang dalam dan akan terus berlanjut," kata Obama saat menyampaikan pidato pada Sidang Majelis Umum Ke-66 PBB di Markas Besar PBB, New York.
Penegasan Obama itu dinyatakan dua hari menjelang Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan keputusan opsi yang akan dipilihnya menyangkut niat Palestina mengajukan permohonan menjadi anggota PBB.
Pada Jumat, Presiden Mahmoud Abbas akan mengungkapkan permohonan Palestina sebagai negara anggota PBB dengan status penuh ataukah sebagai negara pengamat nonanggota PBB.
Saat ini, Palestina cenderung akan maju dengan opsi pertama, mengajukan permohonan sebagai negara anggota PBB.
Itu berarti Palestina harus mendapat rekomendasi melalui resolusi Dewan Keamanan PBB, yaitu dewan yang terdiri atas lima anggota tetap dengan hak veto—AS, Inggris, Perancis, China, Rusia—dan 10 anggota tidak tetap—Bosnia-Herzegovina, Brasil, Gabon, Jerman, India, Kolombia, Lebanon, Nigeria, Portugal, dan Afrika Selatan.
Pidato yang disampaikan Obama pada Rabu pagi itu semakin mempertegas niat AS untuk mengganjal Palestina di Dewan Keamanan dengan menggunakan hak veto. Resolusi hanya dapat disahkan jika setidaknya sembilan negara memberikan suara mendukung dan tidak ada veto dari satu pun anggota tetap Dewan Keamanan.
AS bersikeras bahwa negara Palestina merdeka dan berdaulat hanya dapat terwujud jika Palestina dan Israel mencapai kesepakatan melalui proses perundingan perdamaian.
"Perdamaian... harus dicapai melalui perundingan. Dengan melakukan tindakan sepihak di PBB, Palestina tidak akan menjadi sebuah negara ataupun menentukan hak rakyatnya sendiri," kata Obama.
Amerika Serikat di bawah pemerintahan Barack Obama pada awal September 2010 berhasil menghidupkan kembali negosiasi perdamaian secara langsung antara Israel dan Palestina, yang sebelumnya terhenti selama dua tahun, yaitu dengan mempertemukan PM Israel Benyamin Netanyahu dan Presiden Mahmud Abbas di meja perundingan.
Namun, perundingan antara pemimpin Israel dan Palestina itu menjadi buntu karena pemerintahan Israel menolak memperpanjang "moratorium"—penghentian sementara pembangunan permukiman oleh Israel di wilayah Palestina yang didudukinya di Tepi Barat.
Di tengah seruan masyarakat internasional, termasuk Kuartet mediator perdamaian di Timur Tengah (terdiri atas PBB, AS, Rusia, dan Uni Eropa), setelah tenggat moratorium berakhir, Israel kembali mengerahkan buldoser-buldoser untuk melakukan konstruksi permukiman di Tepi Barat.
Aksi-aksi provokatif Israel itu akhirnya memaksa Palestina membuat keputusan menarik diri dari perundingan langsung dengan Israel.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa yang ditemui di sela-sela Sidang Majelis Umum Ke-66 PBB, Rabu, menegaskan bahwa permohonan Palestina untuk menjadi negara anggota PBB justru sesuai dengan proses perundingan, dan dapat dibuat selaras dengan visi "dua negara (Israel dan Palestina) yang hidup berdampingan".
Pandangan Indonesia itu, menurut dia, selama ini juga disampaikan kepada pihak AS dan negara-negara Kuartet lainnya.
"Karena mungkin langkah itu (permohonan Palestina menjadi negara anggota PBB) bisa menciptakan momentum ke arah dihidupkannya kembali proses perdamaian," ujarnya.
"Komitmen Amerika bagi keamanan Israel tidak akan goyah. Amerika dan Israel memiliki persahabatan yang dalam dan akan terus berlanjut," kata Obama saat menyampaikan pidato pada Sidang Majelis Umum Ke-66 PBB di Markas Besar PBB, New York.
Penegasan Obama itu dinyatakan dua hari menjelang Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan keputusan opsi yang akan dipilihnya menyangkut niat Palestina mengajukan permohonan menjadi anggota PBB.
Pada Jumat, Presiden Mahmoud Abbas akan mengungkapkan permohonan Palestina sebagai negara anggota PBB dengan status penuh ataukah sebagai negara pengamat nonanggota PBB.
Saat ini, Palestina cenderung akan maju dengan opsi pertama, mengajukan permohonan sebagai negara anggota PBB.
Itu berarti Palestina harus mendapat rekomendasi melalui resolusi Dewan Keamanan PBB, yaitu dewan yang terdiri atas lima anggota tetap dengan hak veto—AS, Inggris, Perancis, China, Rusia—dan 10 anggota tidak tetap—Bosnia-Herzegovina, Brasil, Gabon, Jerman, India, Kolombia, Lebanon, Nigeria, Portugal, dan Afrika Selatan.
Pidato yang disampaikan Obama pada Rabu pagi itu semakin mempertegas niat AS untuk mengganjal Palestina di Dewan Keamanan dengan menggunakan hak veto. Resolusi hanya dapat disahkan jika setidaknya sembilan negara memberikan suara mendukung dan tidak ada veto dari satu pun anggota tetap Dewan Keamanan.
AS bersikeras bahwa negara Palestina merdeka dan berdaulat hanya dapat terwujud jika Palestina dan Israel mencapai kesepakatan melalui proses perundingan perdamaian.
"Perdamaian... harus dicapai melalui perundingan. Dengan melakukan tindakan sepihak di PBB, Palestina tidak akan menjadi sebuah negara ataupun menentukan hak rakyatnya sendiri," kata Obama.
Amerika Serikat di bawah pemerintahan Barack Obama pada awal September 2010 berhasil menghidupkan kembali negosiasi perdamaian secara langsung antara Israel dan Palestina, yang sebelumnya terhenti selama dua tahun, yaitu dengan mempertemukan PM Israel Benyamin Netanyahu dan Presiden Mahmud Abbas di meja perundingan.
Namun, perundingan antara pemimpin Israel dan Palestina itu menjadi buntu karena pemerintahan Israel menolak memperpanjang "moratorium"—penghentian sementara pembangunan permukiman oleh Israel di wilayah Palestina yang didudukinya di Tepi Barat.
Di tengah seruan masyarakat internasional, termasuk Kuartet mediator perdamaian di Timur Tengah (terdiri atas PBB, AS, Rusia, dan Uni Eropa), setelah tenggat moratorium berakhir, Israel kembali mengerahkan buldoser-buldoser untuk melakukan konstruksi permukiman di Tepi Barat.
Aksi-aksi provokatif Israel itu akhirnya memaksa Palestina membuat keputusan menarik diri dari perundingan langsung dengan Israel.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa yang ditemui di sela-sela Sidang Majelis Umum Ke-66 PBB, Rabu, menegaskan bahwa permohonan Palestina untuk menjadi negara anggota PBB justru sesuai dengan proses perundingan, dan dapat dibuat selaras dengan visi "dua negara (Israel dan Palestina) yang hidup berdampingan".
Pandangan Indonesia itu, menurut dia, selama ini juga disampaikan kepada pihak AS dan negara-negara Kuartet lainnya.
"Karena mungkin langkah itu (permohonan Palestina menjadi negara anggota PBB) bisa menciptakan momentum ke arah dihidupkannya kembali proses perdamaian," ujarnya.
Sunday, September 18, 2011
Raja Melayu Singapura Yang Dilupakan
Singapura pernah beraja? Mungkin agak asing didengar pada hari ini, memandangkan Singapura kini merupakan sebuah negara-kota bercorak republik dan majoriti penduduknya berbangsa Cina. Tetapi hakikat bahawa sejarah Singapura yang pernah dibuka dan diperintah oleh Raja-raja Melayu tidak boleh dinafikan biarpun cuba digelapkan oleh pihak-pihak tertentu.
Peninggalan Kesultanan Singapura : Dua pending, iaitu perhiasan emas berkerawang yang dipakai di dada atau pinggang, antara pusaka Sultan Hussain Shah
Sebenarnya, sejarah Raja-raja Melayu yang memerintah Negeri Singapura telah bermula lebih kurang sejak 700 tahun yang dahulu. Memetik buku Kisah Raja-raja Melayu Singapura oleh Agus Salim terbitan Dewan Bahasa & Pustaka (DBP), senarai Raja-raja Melayu dahulukala yang pernah memerintah Singapura adalah seperti beikut :
1) Sri Tri Buana @ Sang Nila Utama (memerintah 1299-1347 M)
2) Raja Kecil Besar @ Paduka Seri Pikrama Wira (1347-1362 M)
3) Raja Muda @ Seri Rana Wira Kerma (1362-1375 M)
4) Dasia Raja @ Paduka Seri Maharaja (1375-1388 M)
5) Raja Iskandar Shah @ Sri Parameswara (1388- 1391 M)
*Tahun-tahun pemerintahan raja-raja Singapura ini dipetik Agus Salim daripada kajian Dr. W. Linehan, 1947, The King of 14th Century Singapore, JMBRAS 20(2).
Apa yang menarik, Munsyi Abdullah juga pernah mencatatkan penemuan sebuah Batu Bersurat di pulau tersebut yang telah dipecahkan oleh pegawai Inggeris sebelum sempat dibuat kajian ke atasnya. Mungkinkah Batu Bersurat tersebut ada menyimpan rahsia besar mengenai Bangsa Melayu?
Singapura kembali diperintah oleh Raja-raja Melayu pada penghujung hayat empayar Negeri Johor. Pada masa lalu, Johor merupakan sebuah negeri yang luas iaitu wilayahnya meliputi negeri Pahang, Johor, Singapura dan kepulauan Riau-Lingga pada hari ini. Ketika Sultan Johor ke-16 iaitu Sultan Mahmud Riayat Shah III (1761-1812) mangkat di Pulau Lingga, yang merupakan Ibunegeri Johor pada waktu tersebut, anakanda sulung baginda yang bernama Raja Hussain Syah atau Tengku Long berada di Pahang. Justeru itu, baginda tidak sempat menghadiri upacara pengebumian ayahandanya. Memandangkan Adat Melayu menyatakan pengganti Sultan perlu dimasyhurkan sebelum jenazah almarhum Sultan dapat dikebumikan, maka adinda Raja Hussain Syah yang bernama Raja Abdul Rahman telah ditabal sebagai Sultan Johor yang baru dengan gelaran Sultan Abdul Rahman Muadzam Syah.
Terdapat juga maklumat lain yang menyatakan Raja Hussain Syah tidak ditabalkan sebagai Sultan kerana bondanya, Cik Makoh binti Daeng Maturang merupakan orang kebanyakan.
Raja Hussain Syah yang kecewa dengan keadaan tersebut telah membawa diri ke Kampung Bulang di Pulau Penyengat, Riau, untuk memancing ikan dan hidup dalam keadaan sederhana sahaja. Penjajah British menerusi Syarikat Hindia Timur Inggeris yang berhasrat untuk menguasai Pulau Singapura telah dapat menghidu peluang yang muncul kesan daripada krisis di Istana Johor pada masa tersebut. Thomas Stamford Raffles kemudian telah mengarahkan Kolonel William Farquhar untuk mempelawa Raja Hussain Syah untuk ditabalkan sebagai Sultan Singapura yang pertama.
Tentu sekali Raja Hussain Syah ketika itu berasa ragu untuk menerima tawaran untuk menjadi ketua bagi sebuah negeri baru. Baginda kemudian tetap pergi ke Singapura dan ditabalkan sebagai Sultan Singapura di Padang, Singapura, pada 31 January 1819 dengan gelaran Sultan Hussain Syah. Enche Yahya, pencatit untuk Kolonel William Farquhar membaca pengisytiharan yang telah dibaca dalam bahasa Inggeris oleh seorang pegawai Inggeris, “Adalah dimaklumkan bahawa Governor-General Lord Hastings di India telah melantik Yang Teramat Mulia Raja Hussain Muazzam Shah sebagai Sultan Singapura yang pertama dan semua tanah jajahanya, dengan gelaran Sultan Hussain Muazzam Shah ibni Al-Marhum Sultan Mahmud pada hari ini, 31 haribulan Januari, 1819.” Sultan Hussein Shah kemudian telah mengarahkan pembinaan Istana Kampong Glam pada 1820.
Munshi Abdullah yang pernah bekerja sebagai pencatat untuk Stamford Raffles di Melaka dulu, datang ke Singapura dalam bulan Jun, 1819 untuk menyambung tugasnya. Oleh sebab itu, Munshi Abdullah tidak dapat menyaksikan upacara pertabalan yang berlangsung di Padang. Bagaimanapun, dia telah diberitahu tentang apa yang telah berlaku oleh rakan dan kenalan yang menyaksikannya. Munshi Abdullah tidak senang dengan apa yang telah dilakukan oleh pihak Inggeris. Dia tahu satu hari nanti, Sultan Singapura akan disingkirkan dan Singapura akan dikuasai oleh masyarakat bukan Melayu. Kesan pertabalan baginda amat besar kerana telah menyebabkan terpecahnya empayar Negeri Johor.
Kesan daripada Perjanjian Inggeris-Belanda 1824, wilayah Johor di tanah semenanjung dan Singapura berada di bawah pengaruh Inggeris sementara Riau dan Kepulauan Lingga pula di bawah pengaruh Belanda. Di semenanjung, Negeri Pahang kemudiannya telah diperintah oleh keturunan Bendahara sementara Negeri Johor Moden pula telah diperintah oleh keturunan Temenggong sehingga kini. Di wilayah pengaruh Belanda pula, Keturunan Sultan Abdul Rahman Muadzam Syah kemudiannya menjadi Sultan-sultan Lingga sementara keturunan Yang Di-pertuan Muda menguasai Riau.
Tidak berapa lama selepas ditabalkan sebagai Sultan Singapura, Sultan Hussain Syah mula dihina dan diperlekehkan terutamanya oleh kumpulan pendatang dari China yang langsung tidak menghormatinya. Penjajah Inggeris telah mendatangkan orang Cina dan India ke Singapura semata-mata untuk menambahkan jumlah penduduk asing. Mereka tidak membawa atau menggalakkan orang Melayu dari Tanah Melayu mahupun pulau-pulau sekitar nusantara yang lain untuk tinggal di Singapura hanya untuk mengecilkan jumlah penduduk Melayu supaya hak dan kuasa Melayu di Singapura dapat disingkirkan. Jumlah penduduk asal iaitu masyarakat Melayu telah menjadi minoriti dan dengan ini kuasa politik mereka terhapus begitu sahaja. Sultan Hussain Syah menangis pada waktu malam apabila baginda sedar yang dirinya sekadar digunakan oleh penjajah Inggeris untuk menguasai Pulau Singapura.
Sultan Hussain Syah kemudiannya telah dipaksa untuk menandatangani “Treaty of Singapore” pada tahun 1824 untuk menyerahkan seluruh kekuasaannya di Singapura kepada penjajah British. John Crawford, Residen British telah mengherdik baginda dengan berkata “Tuan bukan Sultan lagi, tidak perlu tinggal disini”. Baginda berasa amat sedih hinggakan terpaksa berpindah ke Melaka dengan menaiki kapal bernama ‘Julia’ yang dimiliki oleh Sultan Kedah ketika itu pada 5 Jun 1834. Beliau tiba di Melaka lima hari kemudian. Baginda menetap di Melaka kerana dia mempunyai ramai keluarga di sana. Sultan Hussain Syah dihormati dan dihargai oleh penduduk Melayu di Melaka walaupun penduduk bukan Melayu tidak mengendahkan kehadirannya. Bagaimanapun, kehidupan baginda di Melaka tidak seperti di Singapura di mana baginda mempunyai pembantu dan pengawai kanan. Ditambah pula dengan kerisauan yang dialami yang akhirnya menyebabkan kemangkatan baginda lima belas bulan kemudian iaitu pada 5 September, 1835.
Jenazah baginda telah disemadikan di sebuah makam sederhana di penjuru tanah perkuburan dalam kawasan Masjid Trengkerah di Melaka, terbiar dan kurang dikenali oleh sesiapa. Cuma sebuah papan tanda sahaja yang menulis tentang riwayat hidupnya. Sedangkan baginda adalah watak penting dalam sejarah moden Singapura.
Makam Sultan Hussein Syah, Raja Singapura-Johor, di Melaka
Anak sulung Sultan Hussain Shah, Tengku Ali yang baru berumur 10 tahun kemudian ditabal untuk menggantikan ayahandanya sebagai Sultan Singapura dalam sebuah acara yang sederhana di Istana Kampung Glam pada 10 Mac 1855 dengan gelaran Sultan Ali Iskandar Syah. Dan kehidupan baginda juga melarat disebabkan baginda tidak diberikan wang oleh pihak Inggeris yang telah menyekatnya apabila Resident Inggeris di Singapura selepas William Farquhar Raffles digantikan oleh John Crawfurd yang mempunyai sikap anti atau membenci Melayu. Sultan Ali kemudian turut mangkat di Melaka pada 21 Jun 1877 dan dimakamkan diperkarangan Masjid Jamek Kampung Umbai.
Sultan Ali Iskandar Syah, Raja Singapura-Johor. Baginda berkuasa di wilayah Kesang-Muar
Selepas kemangkatan baginda, anakandanya yang bernama Tengku Alam Syah menaiki takhta dengan gelaran Sultan Alauddin Mansur Syah. Walaubagaimanapun, pihak British tidak melantik baginda sebagai Sultan sebaliknya hanyalah sebagai Ketua Keluarga Di Raja Singapura. Baginda mangkat pada 26 Ogos 1891 dan disemadikan di Makam Di Raja Teluk Belanga, Singapura.
Anakanda baginda yang bernama Tengku Ali kemudiannya menggantikan ayahandanya sewaktu berusia 34 tahun tetapi tidak lagi memakai gelaran Sultan. Tengku Ali mangkat di Istana Kampung Glam pada 2 November 1918 dan digantikan oleh puteranya yang bernama Tengku Hussein yang mengambil alih jawatan Ketua Di Raja Singapura hingga tahun 1930-an.
Walaupun Kesultanan Singapura tidak secara rasmi terkubur, ia telah dilupakan hinggalah simbolnya yang terakhir, Istana Kampung Gelam yang ketika itu masih didiami oleh Kerabat Di Raja Singapura, diambil alih (atau lebih tepat, dirampas!) oleh pemerintah Singapura untuk diubahsuai dan dijadikan Pusat Warisan Melayu pada tahun 2002. Ada pernyataan lisan yang menyatakan tragedi tersebut berlaku kerana sumpahan yang menyatakan jika Kerabat Di Raja Singapura berpecah belah dan bermusuhan sesama sendiri, mereka akan kehilangan istana tersebut. Dengan hilangnya simbol terakhir Kesultanan Singapura itu, maka berakhirnya sisa-sisa Raja-raja Melayu yang pernah memerintah Singapura sejak dahulu kala.
Istana Kampung Gelam, kediaman rasmi Raja Singapura. Kini diubah menjadi Malay Heritage Centre
Peninggalan Kesultanan Singapura : Dua pending, iaitu perhiasan emas berkerawang yang dipakai di dada atau pinggang, antara pusaka Sultan Hussain Shah
Sebenarnya, sejarah Raja-raja Melayu yang memerintah Negeri Singapura telah bermula lebih kurang sejak 700 tahun yang dahulu. Memetik buku Kisah Raja-raja Melayu Singapura oleh Agus Salim terbitan Dewan Bahasa & Pustaka (DBP), senarai Raja-raja Melayu dahulukala yang pernah memerintah Singapura adalah seperti beikut :
1) Sri Tri Buana @ Sang Nila Utama (memerintah 1299-1347 M)
2) Raja Kecil Besar @ Paduka Seri Pikrama Wira (1347-1362 M)
3) Raja Muda @ Seri Rana Wira Kerma (1362-1375 M)
4) Dasia Raja @ Paduka Seri Maharaja (1375-1388 M)
5) Raja Iskandar Shah @ Sri Parameswara (1388- 1391 M)
*Tahun-tahun pemerintahan raja-raja Singapura ini dipetik Agus Salim daripada kajian Dr. W. Linehan, 1947, The King of 14th Century Singapore, JMBRAS 20(2).
Apa yang menarik, Munsyi Abdullah juga pernah mencatatkan penemuan sebuah Batu Bersurat di pulau tersebut yang telah dipecahkan oleh pegawai Inggeris sebelum sempat dibuat kajian ke atasnya. Mungkinkah Batu Bersurat tersebut ada menyimpan rahsia besar mengenai Bangsa Melayu?
Singapura kembali diperintah oleh Raja-raja Melayu pada penghujung hayat empayar Negeri Johor. Pada masa lalu, Johor merupakan sebuah negeri yang luas iaitu wilayahnya meliputi negeri Pahang, Johor, Singapura dan kepulauan Riau-Lingga pada hari ini. Ketika Sultan Johor ke-16 iaitu Sultan Mahmud Riayat Shah III (1761-1812) mangkat di Pulau Lingga, yang merupakan Ibunegeri Johor pada waktu tersebut, anakanda sulung baginda yang bernama Raja Hussain Syah atau Tengku Long berada di Pahang. Justeru itu, baginda tidak sempat menghadiri upacara pengebumian ayahandanya. Memandangkan Adat Melayu menyatakan pengganti Sultan perlu dimasyhurkan sebelum jenazah almarhum Sultan dapat dikebumikan, maka adinda Raja Hussain Syah yang bernama Raja Abdul Rahman telah ditabal sebagai Sultan Johor yang baru dengan gelaran Sultan Abdul Rahman Muadzam Syah.
Terdapat juga maklumat lain yang menyatakan Raja Hussain Syah tidak ditabalkan sebagai Sultan kerana bondanya, Cik Makoh binti Daeng Maturang merupakan orang kebanyakan.
Raja Hussain Syah yang kecewa dengan keadaan tersebut telah membawa diri ke Kampung Bulang di Pulau Penyengat, Riau, untuk memancing ikan dan hidup dalam keadaan sederhana sahaja. Penjajah British menerusi Syarikat Hindia Timur Inggeris yang berhasrat untuk menguasai Pulau Singapura telah dapat menghidu peluang yang muncul kesan daripada krisis di Istana Johor pada masa tersebut. Thomas Stamford Raffles kemudian telah mengarahkan Kolonel William Farquhar untuk mempelawa Raja Hussain Syah untuk ditabalkan sebagai Sultan Singapura yang pertama.
Tentu sekali Raja Hussain Syah ketika itu berasa ragu untuk menerima tawaran untuk menjadi ketua bagi sebuah negeri baru. Baginda kemudian tetap pergi ke Singapura dan ditabalkan sebagai Sultan Singapura di Padang, Singapura, pada 31 January 1819 dengan gelaran Sultan Hussain Syah. Enche Yahya, pencatit untuk Kolonel William Farquhar membaca pengisytiharan yang telah dibaca dalam bahasa Inggeris oleh seorang pegawai Inggeris, “Adalah dimaklumkan bahawa Governor-General Lord Hastings di India telah melantik Yang Teramat Mulia Raja Hussain Muazzam Shah sebagai Sultan Singapura yang pertama dan semua tanah jajahanya, dengan gelaran Sultan Hussain Muazzam Shah ibni Al-Marhum Sultan Mahmud pada hari ini, 31 haribulan Januari, 1819.” Sultan Hussein Shah kemudian telah mengarahkan pembinaan Istana Kampong Glam pada 1820.
Munshi Abdullah yang pernah bekerja sebagai pencatat untuk Stamford Raffles di Melaka dulu, datang ke Singapura dalam bulan Jun, 1819 untuk menyambung tugasnya. Oleh sebab itu, Munshi Abdullah tidak dapat menyaksikan upacara pertabalan yang berlangsung di Padang. Bagaimanapun, dia telah diberitahu tentang apa yang telah berlaku oleh rakan dan kenalan yang menyaksikannya. Munshi Abdullah tidak senang dengan apa yang telah dilakukan oleh pihak Inggeris. Dia tahu satu hari nanti, Sultan Singapura akan disingkirkan dan Singapura akan dikuasai oleh masyarakat bukan Melayu. Kesan pertabalan baginda amat besar kerana telah menyebabkan terpecahnya empayar Negeri Johor.
Kesan daripada Perjanjian Inggeris-Belanda 1824, wilayah Johor di tanah semenanjung dan Singapura berada di bawah pengaruh Inggeris sementara Riau dan Kepulauan Lingga pula di bawah pengaruh Belanda. Di semenanjung, Negeri Pahang kemudiannya telah diperintah oleh keturunan Bendahara sementara Negeri Johor Moden pula telah diperintah oleh keturunan Temenggong sehingga kini. Di wilayah pengaruh Belanda pula, Keturunan Sultan Abdul Rahman Muadzam Syah kemudiannya menjadi Sultan-sultan Lingga sementara keturunan Yang Di-pertuan Muda menguasai Riau.
Tidak berapa lama selepas ditabalkan sebagai Sultan Singapura, Sultan Hussain Syah mula dihina dan diperlekehkan terutamanya oleh kumpulan pendatang dari China yang langsung tidak menghormatinya. Penjajah Inggeris telah mendatangkan orang Cina dan India ke Singapura semata-mata untuk menambahkan jumlah penduduk asing. Mereka tidak membawa atau menggalakkan orang Melayu dari Tanah Melayu mahupun pulau-pulau sekitar nusantara yang lain untuk tinggal di Singapura hanya untuk mengecilkan jumlah penduduk Melayu supaya hak dan kuasa Melayu di Singapura dapat disingkirkan. Jumlah penduduk asal iaitu masyarakat Melayu telah menjadi minoriti dan dengan ini kuasa politik mereka terhapus begitu sahaja. Sultan Hussain Syah menangis pada waktu malam apabila baginda sedar yang dirinya sekadar digunakan oleh penjajah Inggeris untuk menguasai Pulau Singapura.
Sultan Hussain Syah kemudiannya telah dipaksa untuk menandatangani “Treaty of Singapore” pada tahun 1824 untuk menyerahkan seluruh kekuasaannya di Singapura kepada penjajah British. John Crawford, Residen British telah mengherdik baginda dengan berkata “Tuan bukan Sultan lagi, tidak perlu tinggal disini”. Baginda berasa amat sedih hinggakan terpaksa berpindah ke Melaka dengan menaiki kapal bernama ‘Julia’ yang dimiliki oleh Sultan Kedah ketika itu pada 5 Jun 1834. Beliau tiba di Melaka lima hari kemudian. Baginda menetap di Melaka kerana dia mempunyai ramai keluarga di sana. Sultan Hussain Syah dihormati dan dihargai oleh penduduk Melayu di Melaka walaupun penduduk bukan Melayu tidak mengendahkan kehadirannya. Bagaimanapun, kehidupan baginda di Melaka tidak seperti di Singapura di mana baginda mempunyai pembantu dan pengawai kanan. Ditambah pula dengan kerisauan yang dialami yang akhirnya menyebabkan kemangkatan baginda lima belas bulan kemudian iaitu pada 5 September, 1835.
Jenazah baginda telah disemadikan di sebuah makam sederhana di penjuru tanah perkuburan dalam kawasan Masjid Trengkerah di Melaka, terbiar dan kurang dikenali oleh sesiapa. Cuma sebuah papan tanda sahaja yang menulis tentang riwayat hidupnya. Sedangkan baginda adalah watak penting dalam sejarah moden Singapura.
Makam Sultan Hussein Syah, Raja Singapura-Johor, di Melaka
Anak sulung Sultan Hussain Shah, Tengku Ali yang baru berumur 10 tahun kemudian ditabal untuk menggantikan ayahandanya sebagai Sultan Singapura dalam sebuah acara yang sederhana di Istana Kampung Glam pada 10 Mac 1855 dengan gelaran Sultan Ali Iskandar Syah. Dan kehidupan baginda juga melarat disebabkan baginda tidak diberikan wang oleh pihak Inggeris yang telah menyekatnya apabila Resident Inggeris di Singapura selepas William Farquhar Raffles digantikan oleh John Crawfurd yang mempunyai sikap anti atau membenci Melayu. Sultan Ali kemudian turut mangkat di Melaka pada 21 Jun 1877 dan dimakamkan diperkarangan Masjid Jamek Kampung Umbai.
Sultan Ali Iskandar Syah, Raja Singapura-Johor. Baginda berkuasa di wilayah Kesang-Muar
Selepas kemangkatan baginda, anakandanya yang bernama Tengku Alam Syah menaiki takhta dengan gelaran Sultan Alauddin Mansur Syah. Walaubagaimanapun, pihak British tidak melantik baginda sebagai Sultan sebaliknya hanyalah sebagai Ketua Keluarga Di Raja Singapura. Baginda mangkat pada 26 Ogos 1891 dan disemadikan di Makam Di Raja Teluk Belanga, Singapura.
Anakanda baginda yang bernama Tengku Ali kemudiannya menggantikan ayahandanya sewaktu berusia 34 tahun tetapi tidak lagi memakai gelaran Sultan. Tengku Ali mangkat di Istana Kampung Glam pada 2 November 1918 dan digantikan oleh puteranya yang bernama Tengku Hussein yang mengambil alih jawatan Ketua Di Raja Singapura hingga tahun 1930-an.
Walaupun Kesultanan Singapura tidak secara rasmi terkubur, ia telah dilupakan hinggalah simbolnya yang terakhir, Istana Kampung Gelam yang ketika itu masih didiami oleh Kerabat Di Raja Singapura, diambil alih (atau lebih tepat, dirampas!) oleh pemerintah Singapura untuk diubahsuai dan dijadikan Pusat Warisan Melayu pada tahun 2002. Ada pernyataan lisan yang menyatakan tragedi tersebut berlaku kerana sumpahan yang menyatakan jika Kerabat Di Raja Singapura berpecah belah dan bermusuhan sesama sendiri, mereka akan kehilangan istana tersebut. Dengan hilangnya simbol terakhir Kesultanan Singapura itu, maka berakhirnya sisa-sisa Raja-raja Melayu yang pernah memerintah Singapura sejak dahulu kala.
Istana Kampung Gelam, kediaman rasmi Raja Singapura. Kini diubah menjadi Malay Heritage Centre
Champa : Negara Melayu Yang Hilang Dari Peta Dunia
Ratusan tahun sebelum Bangsa Melayu menangisi kehilangan pulau Singapura, kita telah lama kehilangan satu wilayah yang cukup luas, iaitu hampir meliputi keseluruhan pantai timur Indochina. Lebih menyakitkan, wilayah tersebut menyimpan seribu satu rahsia dan bukti tamadun awal rumpun Melayu yang pernah menguasai hampir keseluruhan kawasan daratan dan perairan Asia Tenggara. Negara tersebut, tidak lain dan tidak bukan, adalah Champa, yang telah berhadapan dengan serangan dan migrasi besar-besaran secara berterusan selama ratusan tahun daripada satu kaum yang berasal dari selatan Negara China iaitu Dai-Viet. Kehilangan Champa sama seperti kehilangan Patani yang mewarisi keagungan Langkasuka juga akibat serangan dan migrasi berterusan daripada kaum Thai (Sukotai, Ayutthaya dan Chakri) yang juga berasal dari selatan China. Champa, atau apa jua panggilan kepadanya, seperti Lin Yi dan Houan-Wang (catatan China), Kembayat Negara (Syair Siti Zubaidah – Perang China), dan Tawalisi (catatan Ibnu Battutah) kini hanya tinggal sejarah dan penduduknya hidup bertaburan terutamanya di Vietnam serta Kemboja dan menjadi kaum minoriti di bumi sendiri.
Kali terakhir Champa berjaya bangkit membela nasib sendiri adalah semasa di bawah pemerintahan Raja teragung mereka iaitu Che Bo Nga, yang dinyatakan dalam lagenda Cham sebagai Binasuar, manakala Sejarah Dinasti Ming mencatatkan namanya sebagai Ngo-Ta-Ngo-Tcho, memerintah mulai sekitar tahun 1360 Masihi. Malangnya, kebangkitan Che Bo Nga ibarat seperti ‘sinar matahari yang penghabisan sebelum terbenam’. Di bawah pimpinan baginda, Champa kembali bangkit dari tahun 1361 hingga 1390 Masihi dengan melancarkan beberapa serangan balas kepada pihak Dai-Viet dan memenanginya. Malangnya, baginda akhirnya mangkat pada bulan Februari 1390 Masihi akibat pengkhianatan daripada salah seorang pengawalnya sendiri yang menyebabkan perahu baginda dikepung oleh tentera Vietnam. Apa yang menarik, kebanyakan pengkaji sejarah bersepakat bahawa Sultan Zainal Abidin, tokoh yang dinyatakan di dalam sebuah hikayat Melayu lama iaitu Syair Siti Zubaidah merujuk kepada Che Bo Nga itu sendiri, sedangkan kebanyakan pengkaji sejarah Barat bersetuju Raja-raja Champa hanya mula memeluk Islam bermula pada abad ke-17 iaitu berdasarkan catatan seorang paderi bernama M. Mahot yang bertugas di Champa pada tahun 1676 hingga 1678 Masihi dan mengatakan bahawa Raja dan sebahagian besar penduduk Negara Champa telah menerima agama Islam yang disebarkan oleh orang Melayu yang telah ramai berhijrah dan menetap di sana. Laporan Mahot ini telah disahkan oleh seorang paderi lain bernama M. Freet apabila dia menyaksikan sendiri keIslaman Raja Champa dan telah dihadiahkan sebuah Al-Quran.
Mahkota Kebesaran Champa
Maklumat mengenai Raja-raja Champa khususnya daripada riwayat tradisi Kelantan pula memberikan perspektif yang berbeza daripada sejarah umum kerana dinyatakan bahawa kebanyakan Raja-raja Champa semasa era Pandurangga (Phan Rang) sebagai ibukota telah beragama Islam dan mempunyai hubungan kekerabatan dan persaudaraan yang erat dengan Negeri-negeri Melayu di pantai timur semenanjung Tanah Melayu. Sebagai contoh, Raja Bo Tri Tri dikatakan adalah Wan Bo, anak kepada Ali Nurul Alam (Patih Majapahit Barat yang berpusat di Kelantan) serta cucu kepada Sayyid Hussein Jamadil Kubra, tokoh terulung penyebar syiar Islam di Nusantara. Wan Bo dikatakan telah meninggalkan Patani dan pergi ke Champa menjadi panglima perang untuk membantu bapa mertuanya iaitu Raja Chandranekalawa atau Ban-La-Tra-Toan menentang Dai-Viet. Selepas mengalami kekalahan dalam peperangan pada tahun 1471 Masihi, Wan Bo bersama-sama rakyat Champa yang lain telah berundur ke kawasan selatan yang berpusat di Pandurangga. Baginda kemudian diisytiharkan sebagai Raja Champa dengan gelaran Sultan Wan Abu Abdullah untuk menggantikan bapa mertuanya iaitu Ban-La-Tra-Toan yang telah ditawan dan mangkat dalam tahanan musuh. Pemerintahannya berakhir sehingga tahun 1478 Masihi dan digantikan oleh dua orang anak saudaranya iaitu Wan Abu Yusof dan kemudiannya Wan Abdul Kadir atau Kou Lai (1478-1515 Masihi).
Riwayat Kelantan juga menyatakan bahawa Datu wilayah Jambu yang juga pemangku Sultan Patani iaitu Datu Nik Musthapa telah kembali ke Champa bagi membebaskan bumi Melayu-Islam tersebut daripada pencerobohan rejim Nguyen pada tahun 1570. Raja Champa, Sultan Yaakub Syahibuddin yang sudah sangat lanjut usianya telah ditawan dan mangkat dalam kurungan sangkar besi semasa diarak ke Kota Hue. Pada tahun 1577, Datu Nik Mustapha membawa 10,000 orang tentera Patani dan bersama anak saudaranya Sultan Adiluddin yang membawa 5,000 orang tentera Kelantan bertolak dari kota Pengkalan Datu, Kelantan dan menyerang Dai-Viet untuk merebut kembali Pandurangga. Sebahagian besar dari bumi Champa yang telah jatuh ke tangan Dai-Viet sejak tahun 1471 Masihi telah dapat dikuasai semula sehingga hampir ke Kota Hue. Setelah peperangan tamat dalam tahun 1580, Datu Nik Mustapha telah ditabal menjadi Raja Champa dengan gelaran Sultan Abdul Hamid Syah. Di kalangan orang-orang Cham dan Vietnam, baginda lebih dikenali degan pangilan Po Rome, manakala orang-orang Kemboja memanggil baginda Ong Tpouo.
Walaubagaimanapun, dalam tahun 1684 Masihi, Champa telah kalah dalam peperangan dengan Dai-Viet dan Negeri Kelantan telah dibanjiri oleh pelarian dari Champa termasuklah rajanya sendiri iaitu Po Ibrahim (Po Nrop). Po Ibrahim kemudian telah berangkat bersama pengikutnya meninggalkan Kelantan dan berpindah ke Kampong Brek Bak di dalam wilayah Cham di Kemboja untuk meneruskan penentangan terhadap Dai-Viet. Putera kepada Po Ibrahim iaitu Wan Muhammad telah diangkat oleh Dai-Viet menjadi Raja Champa bergelar Po Jatamuh setelah baginda bersedia mengakui untuk membayar ufti kepada Kerajaan Nguyen.
Setelah Po Jatamuh mangkat, kekandanya iaitu Wan Daim yang sebelum itu merupakan Datu Negeri Jambu telah diangkat menjadi Raja Champa bergelar Po Top. Dalam tahun 1692, baginda cuba memberontak terhadap regim Nguyen setelah membuat pakatan dengan ayahandanya Po Ibrahim yang sedang berada di Kemboja dan kemudian terjadilah serangan serentak di dalam negeri dan perbatasan Kemboja. Walaubagaimanapun, Wan Daim tewas dalam peperangan tersebut dan berundur kembali bersama keluarganya ke Patani, sementara ayahandanya Po Ibrahim yang telah tua mangkat di Kemboja dan dimakamkan di Kampong Brek Bak. Raja-raja Champa selepas itu tidak lagi memiliki kedaulatan sehinggalah Kerajaan Champa dihapuskan sepenuhnya di bawah pemerintahan rajanya yang terakhir iaitu Po Chong Chan.
Sejarah kemegahan dan tamadun Champa yang cukup panjang iaitu memakan masa ratusan tahun tidak cukup untuk diulas dan dimuatkan semuanya dalam ruangan artikel yang terhad ini. Namun begitu, ianya bagaikan tidak bermakna pada hari ini kerana hanya tinggal sisa-sisa sejarah. Wilayah kekuasaannya telah menyusut sedikit demi sedikit sebelum hilang sepenuhnya dan kini seolah-olah menjadi tanahair asal untuk kaum Dai-Viet. Negara Champa telah merakamkan sisi gelap yang sering menyebabkan kejatuhan sesebuah Kerajaan di Nusantara, terutamanya disebabkan perpecahan di kalangan pembesar negara dan rakyatnya serta pengkhianatan yang dibuat oleh orang kepercayaan sendiri disebabkan sifat tamakkan ganjaran dunia. Malahan, kebanyakan orang Melayu sendiri pada hari ini tidak kira di negara kita, Singapura, Brunei dan Indonesia pun kadang kala tidak tahu mengenai kewujudan negara Champa.
Adalah amat mustahil untuk sebuah negara Champa wujud semula pada hari ini. Kadang kala penulis berfikir, mungkin kemusnahan Champa sebagaimana yang telah ditakdirkan boleh dijadikan iktibar untuk renungan kita semua pada hari ini bahawa kegemilangan dan tingkat tamadun bukanlah satu jaminan untuk sesebuah negara itu akan kekal selamanya, melainkan dengan izin Allah jua. Begitu juga dengan kehilangan pulau Singapura, dapat kita pelajari bagaimanakah bentuk dan corak negara kita pada masa akan datang jika kita terus tertipu dengan permainan golongan Ultra-kiasu. Penulis hanya ingin menekankan kepada dua aspek iaitu bersatuamanah kepada pembaca sekalian. Kita boleh berbeza fahaman seperti fahaman politik antara UMNO-PAS, tetapi jangan sesekali menggadaikan kepentingan agama, bangsa dan tanahair sendiri. Pada hari ini, ada berpuluh blog dan laman sesawang yang diwujudkan hanya untuk menyerang mereka yang berbeza fahaman politik sesama kita, walaupun kadangkala ianya berlebihan hingga 'melondehkan' keaiban kita semua sendiri kepada 'pihak luar', tetapi boleh dibilang dengan jari bilangan blog yang menyeru kepada mencari titik persamaan dan persefahaman dan menggalakkan penyatuan disebalik perbezaan yang wujud.
Jangan menyesal jika anak cucu kita pula kelak pada masa akan datang yang akan menangisi ‘kehilangan’ negara mereka dan menyalahkan serta mengutuk tindakan yang telah kita semua buat pada hari ini. dan
Aneh... Daerah Mayoritas Musllim ,Tapi Pemkab Purwakarta Mendirikan Patung Hindu
Patung Bima diturunkan Muslim Purwakarta
Aksi perobohan sejumlah patung di Purwakarta, Jawa Barat, semakin membuka pandangan umat mengenai maraknya patung Hindu di Indonesia. Sebelum umat muslim merangsek untuk melucuti maraknya berhala di Purwakarta, Ustaz Toto Taufik dari Purwakarta, sudah mewanti-wanti mengenai fenomena ini
Dalam acara istigosah di Masjid Agung, Purwakarta itu, Minggu (18/9), ustadz penuh nyali ini sempat melontarkan kata-kata bersifat ultimatum kepada pemerintah daerah setempat.
Di antaranya, jika dalam waktu dua pekan, patung berhala tersebut tidak dirobohkan, massa akan merusak dengan paksa. Hadir dalam acara tersebut Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) Ustadz Athian Ali M. Beliau sempat mengatakan kedatangannya karena mendengar kabar adanya keresahan umat Islam di Purwakarta berkaitan dengan banyaknya patung.
Pasca Istighosah, ratusan umat muslim pun bergerak untuk merobohkan patung-patung tersebut.
Berhala Itu Pun Ambruk
Dalam catatan selama ini, meski daerahnya bermayoritas muslim, Pemkab Purwakarta tergolong hobi mendirikan berhala agama Hindu. Kasus ini bukan saja kali ini terjadi. Tahun lalu, 9 Agustus 2010, Forum Umat Islam sudah meminta Pemkab merobohkan Patung Bima di tengah Kota. Dan hari ini umat muslim sudah tidak bisa lagi diam. Diantara berbagai berhala yang diruntuhkan umat muslim hari ini, tercatat mendera empat patung Hindu, yakni GatotKaca, Semar, Dharma Kusumah, dan Bima.
Dua nama perwayangan yang begitu terkenal adalah Gatotkaca dan Semar. Kesaktian Gatotkaca sendiri dikisahkan luar biasa. Ia dikatakan mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi".
Sedangkan Semar adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana.
Nama lain yang juga dibuatkan patung oleh Pemkab Purwakarta adalah Bima. Seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dianggap sebagai seorang tokoh heroik. Ia adalah putra Dewi Kunti dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat. Begitu juga dengan nama Dharma Kusuma yang malang melintang dalam dunia perwayangan Hindu.
Akan tetapi kedigdayaan mereka dalam mitologi Hindu, luluklantah di tangan umat muslim Purwakarta.
Friday, September 16, 2011
Uni Eropa dan Amerika Hadang Kemerdekaan Palestina
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, bertekad mendapatkan pengakuan bagi negara Palestina dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada September ini. Walaupun keputusan tersebut ditentang oleh Amerika Serikat, salah satu anggota tetap Dewan Keamaman PBB, dan Israel.
Mahmoud Abbas telah lama menyatakan keinginannya tersebut, karena perundingan dengan Israel tidak pernah menunjukkan hasil yang nyata. Berdasarkan Piagam PBB, keanggotaan di PBB diberikan sesuai dengan keputusan Majelis Umum berdasarkan rekomendasi Dewan Keamanan (DK) PBB.
Dengan kata lain, negara mana pun yang ingin bergabung dalam PBB harus mengajukan permohonan terlebih dulu kepada DK PBB.
Namun, pada Juli 2011, para pejabat AS sepakat untuk melakukan veto terhadap segala tindakan Palestina untuk meminta keanggotaan penuh PBB. Padahal, sebelumnya dalam pidatonya pada Mei lalu, Presiden Obama memberikan dukungan secara terang-terangan kepada Palestina yang merdeka, dengan cakupan wilayah yang sesuai berdasarkan perbatasan yang ada sebelum perang Timur Tengah 1967.
Obama pernah mengatakan Amerika Serikat percaya bahwa perundingan harus menghasilkan dua negara dengan perbatasan Israel dan Palestina didasarkan pada perjanjian tahun 1967 yang telah disepakati bersama.
Tindakan AS yang menggunakan veto untuk Palestina juga mendapatkan reaksi keras dari masyarakat dunia. Mantan Kepala Intelijen Arab Saudi, yang juga mantan Duta Besar Arab Saudi untuk AS, Pangeran Turki al Faisal, mengimbau AS agar mendukung upaya Palestina meminta pengakuan sebagai negara berdaulat dalam forum PBB. Menurut dia, jika tidak melakukan hal itu, AS akan kehilangan kredibilitasnya di dunia Arab.
"Akan ada konsekuensi yang berisi bencana bagi hubungan AS-Arab Saudi, jika AS memveto pengakuan PBB atas Negara Palestina," kata Pangeran Turki, sebagaimana dilaporkan media internasional.
Uni Eropa juga mengikuti jejak AS. Ketua Komisi Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, yang ikut dalam sidang Komite Inisiatif Damai Arab, Senin (12/9), di Kairo, menyatakan, berdirinya negara Palestina dan solusi dua negara harus melalui perundingan.
Seusai bertemu Menteri Luar Negeri Mesir Mohamed Kamel Amr, Ashton mengakui, negara-negara Eropa belum mengambil satu sikap pun dalam menghadapi isu upaya Palestina meminta pengakuan PBB sebagai negara.
Dalam diskusi panel "Negara Palestina dan PBB" yang diselenggarakan Indonesian Council of World Affairs (ICWA) di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Rabu (14/9), Koordinator Kaukus Parlemen Indonesia untuk Palestina, Al Muzzamil Yusuf, berharap agar AS tidak melakukan veto terhadap Palestina dalam usahanya mendapatkan keanggotaan penuh PBB 20 September nanti.
Jika Obama mendukung penuh usaha Palestina untuk menjadi negara merdeka, maka nama dia akan tercatat dalam sejarah dunia, kata Yusuf.
Dia juga menambahkan bahwa Obama harus menunjukkan jika dia berbeda dari Presiden AS George W. Bush dalam memandang isu perdamaian dunia, khususnya di Palestina.
Mahmoud Abbas telah lama menyatakan keinginannya tersebut, karena perundingan dengan Israel tidak pernah menunjukkan hasil yang nyata. Berdasarkan Piagam PBB, keanggotaan di PBB diberikan sesuai dengan keputusan Majelis Umum berdasarkan rekomendasi Dewan Keamanan (DK) PBB.
Dengan kata lain, negara mana pun yang ingin bergabung dalam PBB harus mengajukan permohonan terlebih dulu kepada DK PBB.
Namun, pada Juli 2011, para pejabat AS sepakat untuk melakukan veto terhadap segala tindakan Palestina untuk meminta keanggotaan penuh PBB. Padahal, sebelumnya dalam pidatonya pada Mei lalu, Presiden Obama memberikan dukungan secara terang-terangan kepada Palestina yang merdeka, dengan cakupan wilayah yang sesuai berdasarkan perbatasan yang ada sebelum perang Timur Tengah 1967.
Obama pernah mengatakan Amerika Serikat percaya bahwa perundingan harus menghasilkan dua negara dengan perbatasan Israel dan Palestina didasarkan pada perjanjian tahun 1967 yang telah disepakati bersama.
Tindakan AS yang menggunakan veto untuk Palestina juga mendapatkan reaksi keras dari masyarakat dunia. Mantan Kepala Intelijen Arab Saudi, yang juga mantan Duta Besar Arab Saudi untuk AS, Pangeran Turki al Faisal, mengimbau AS agar mendukung upaya Palestina meminta pengakuan sebagai negara berdaulat dalam forum PBB. Menurut dia, jika tidak melakukan hal itu, AS akan kehilangan kredibilitasnya di dunia Arab.
"Akan ada konsekuensi yang berisi bencana bagi hubungan AS-Arab Saudi, jika AS memveto pengakuan PBB atas Negara Palestina," kata Pangeran Turki, sebagaimana dilaporkan media internasional.
Uni Eropa juga mengikuti jejak AS. Ketua Komisi Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, yang ikut dalam sidang Komite Inisiatif Damai Arab, Senin (12/9), di Kairo, menyatakan, berdirinya negara Palestina dan solusi dua negara harus melalui perundingan.
Seusai bertemu Menteri Luar Negeri Mesir Mohamed Kamel Amr, Ashton mengakui, negara-negara Eropa belum mengambil satu sikap pun dalam menghadapi isu upaya Palestina meminta pengakuan PBB sebagai negara.
Dalam diskusi panel "Negara Palestina dan PBB" yang diselenggarakan Indonesian Council of World Affairs (ICWA) di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Rabu (14/9), Koordinator Kaukus Parlemen Indonesia untuk Palestina, Al Muzzamil Yusuf, berharap agar AS tidak melakukan veto terhadap Palestina dalam usahanya mendapatkan keanggotaan penuh PBB 20 September nanti.
Jika Obama mendukung penuh usaha Palestina untuk menjadi negara merdeka, maka nama dia akan tercatat dalam sejarah dunia, kata Yusuf.
Dia juga menambahkan bahwa Obama harus menunjukkan jika dia berbeda dari Presiden AS George W. Bush dalam memandang isu perdamaian dunia, khususnya di Palestina.
Wednesday, September 14, 2011
Dukung Zionis, Malaysia Batalkan Perjanjian dengan AS
IRNA melaporkan, Musthafa Muhammad mengatakan, Malaysia menangguhkan perjanjian perdagangan terkait dukungan AS pada Zionis-Israel.
"Perundingan terkait perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika sejak tahun 2009 ditangguhkan, hal itu dilakukan guna memprotes dukungan Washington atas serangan Israel ke Gaza. Dan kini dibatalkan sepihak oleh Malaysia," demikian ujarnya dalam wawancara pada hari Selasa (13/09/2011) dikutip Radio Irib.
Musthafa Muhammad menjelaskan bahwa sejak dua tahun lalu tidak pernah terjadi perundingan antara Kuala Lumpur dan Washington soal masalah tersebut. Ditandaskannya, Malaysia telah memutuskan untuk membatalkan perjanjian itu sebagai protes atas dukungan AS terhadap pembantaian warga Gaza.
"Malaysia akan ikut serta dalam dialog kesepakatan kemitraan Trans-Pasifik yang dihadiri delapan negara Pasifik," jelasnya.
Delapan negara Amerika, Australia, Brunei, Chile, Selandia Baru, Peru, Singapura dan Vietnam termasuk dalam perjanjian kemitraan trans-Pasifik.
Tuesday, September 13, 2011
Melihat Tanda Kehancuran Amerika Serikat
Oleh: Hadijah
SEPULUH tahun sudah peristiwa serangan 11 September 2001 atas gedung World Trade Center di New York, Amerika Serikat, dikenang orang. Peringatan 9/11 sesungguhnya bukan semata peringatan menangisi korban dan mengencam aksi terorisme, melainkan juga menyaksikan kehancuran Amerika Serikat.
Dari tahun ke tahun cerita serangan 9/11 "American Under Attack" versi Gedung Putih semakin terkuak kebohongannya. Tidak diperlukan intelejensia yang tinggi untuk mengetahui banyaknya kerancuan yang melingkupi peristiwa 9/11, hanya perlu sedikit kecermatan membaca informasi.
Di hari yang sama saat 9/11 terjadi, Presiden AS ketika itu George W. Bush, sedang melakukan kunjungan ke sebuah sekolah dasar di Florida.
Pesawat pertama menghantam tower utara WTC pada pukul 8:46 pagi itu. Tidak sampai dua puluh menit kemudian, pesawat kedua menusuk tower kedua. Bush, yang sedang bercengkrama dengan anak-anak sekolah, dibisiki pembantunya mengenai peristiwa tersebut. Anehnya, tidak ada tindakan apapun yang diambil para pengawal presiden, untuk mengamankan pemimpin mereka. Bush malah terus berada di tempat itu lebih dari setengah jam lamanya, mendengarkan dongeng yang dibacakan siswa sekolah dasar di sana.
Pada saat yang bersamaan, pesawat American Airlines Flight 77 jatuh di Pentagon, simbol pertahanan Amerika Serikat. Tiga puluh menit kemudian sebuah pesawat penumpang lainnya jatuh di wilayah Pennsylvania. Pesawat ke lima yang berhasil digagalkan pembajakannya, kabarnya akan dijatuhkan di Gedung Putih.
Bayangkan, sebuah negara adidaya yang senantiasa merasa menjadi sasaran teror, presiden dan kaki tangannya tidak terlihat panik sama sekali, saat lima pesawat dibajak dan dijatuhkan di tempat-tempat yang menjadi simbol kebanggaan negaranya. Jika memang penguasa negara besar itu tidak tahu sama sekali tentang "skenario serangan" tersebut, maka berarti pertahanan negara adidaya itu ternyata sangat lemah sekali sampai-sampai kejadian di atas bisa terjadi.
Lebih dari 1.500 arsitektur, insinyur dan profesional serta lebih dari 13.000 pendukungnya telah menandatangani petisi yang berisi tuntutan adanya penelitian independen yang sungguh-sungguh oleh Kongres AS atas runtuhnya kompleks gedung WTC. Mereka mengajukan bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa menara kembar kebanggaan Amerika itu tidak akan rontok begitu saja karena ditabrak satu pesawat terbang di masing-masing tower.
Sejarah Amerika Serikat mencatat bahwa negara itu terbentuk dan menjadi besar seiring dengan berbagai temuan dan inovasi teknologi para intelektualnya. Ketika lembaga perwakilan rakyat tidak mengindahkan tuntutan penyelidikan ilmiah atas salah satu ikon kebanggaan AS itu, maka hal tersebut bisa diartikan sebagai pelecehan atas para cerdik cendikia yang ikut membangun negara tersebut.
Sutradara Holywood Michael Moore yang kerap mengkritik pemerintah Amerika lewat film-film dokumenter box office-nya, saat menerima penghargaan Academy Award 2003 berkata, "We live in the time where we have fictitious election results that elects a fictitious president. We live in a time where we have a man sending us to war for fictitious reasons ... we are against this war, Mr. Bush. Shame on you. Mr. Bush, shame on you." (Kita hidup pada masa di mana kita mendapati hasil pemilu fiktif, yang memilih presiden fiktif. Kita hidup pada masa di mana seorang pria mengirim kita berperang demi alasan yang fiktif...kami menentang perang ini. Anda memalukan, Tuan Bush, Anda memalukan.)
Tapi, bagi Bush yang merupakan seorang pengusaha asal Texas itu, perang tidak memalukan sama sekali. Anggap saja kematian atau gangguan jiwa para prajurit akibat perang sebagai "modal usaha."
Bermodalkan 5 pesawat, dua menara kembar, kurang dari 3.000 nyawa orang tak berdosa di WTC, Amerika Serikat mendapatkan dua medan perang di Afghanistan dan Iraq. Mereka tidak hanya bebas mengatur pemerintah negara setempat, tapi juga menguasai sumber-sumber daya alamnya. Selain itu, Amerika Serikat bebas menembaki anak-anak, perempuan dan orang jompo dengan alasan mencari "teroris".
Dengan alasan memerangi teror, Amerika menghancurkan Afghanistan dan Iraq. Bahkan ketika Afghanistan sudah hancur-lebur, Amerika tak juga mendapati Usamah, sekalipun sarung atau sandalnya. Naifnya, sampai Iraq hancur dan khasanah Islam juga banyak yang hilang, alasan mencari senjata pemusnah massal (Weapons of mass destruction / WMD) yang sering digembar-gemborkan itu juga tak pernah ditemukan.
Kini, dengan alasan yang sama, ia akan meng-Iraq-kan Libya, yang dikenal memiliki cadangan kandungan minyak cukup besar setelah Saudi.
Pengorbanan semacam itu sangat lazim, terlebih Amerika Serikat pernah melakukan hal yang serupa sebelumnya.
Di awal tahun 1960-an, para pemimpin teras militer AS dilaporkan pernah membuat rencana untuk membunuh orang-orang tak bersalah dan melancarkan aksi terorisme di kota-kota di Amerika Serikat guna mencari dukungan perang melawan Kuba. Begitu kabar yang pernah dilansir ABC News Mei 2001.
Operasi yang dinamakan Operation Northwoods itu merencanakan pembunuhan atas para imigran Kuba, menenggelamkan kapal-kapal yang mengangkut pengungsi kuba di laut lepas, meledakkan kapal-kapal Amerika, membajak pesawat-pesawat dan bahkan melancarkan aksi terorisme di berbagai kota di Amerika.
Krisis Paman Sam
Salah satu indikator untuk menilai kemakmuran sebuah negara adalah dengan melihat keadaan terkait kesejahteraan rakyatnya, seperti bidang pendidikan, kesehatan pangan dan papan.
Jika kita kumpulkan berita-berita yang berceceran tentang kehidupan rakyat Amerika Serikat dalam waktu beberapa tahun terakhir pasca 9/11, maka dengan jelas kita akan mendapati berita yang tidak jauh berbeda dengan beberapa negara berkembang atau bahkan terbelakang.
Kita mendengar tentang jutaan pengangguran di Amerika Serikat, tentang rakyat yang mengantri kupon makanan, rakyat yang kehilangan rumahnya, rakyat yang terbelit bunga hutang, orang sakit yang tidak bisa membayar biaya perawatan, dan juga sekolah-sekolah yang ditutup.
Melihat kondisi Amerika Serikat yang semakin memburuk, pada Maret 2009 Perdana Menteri China Wen Jiabao bahkan kepada wartawan pernah mengutarakan kekhawatirannya.
"Kami telah memberikan pinjaman yang sangat besar kepada Amerika Serikat. Tentu saja kami khawatir atas kemanan aset-aset kami. Jujur, saya sedikit khawatir," kata wen ketika itu. "Saya ingin menyerukan kepada Amerika Serikat untuk menghormati janji-janjinya, tetaplah menjadi negara yang kredibel dan memastikan keamanan aset-aset China," kata Wen, perdana menteri dari satu-satunya negara pemegang surat hutang AS terbesar di dunia.
Pendidikan, kata orang bijak, adalah modal utama kemajuan dan kebesaran sebuah negara. Kenyataannya pada masa sekarang ini, sepuluh tahun setelah peristiwa 9/11, kita melihat sekolah-sekolah dasar dan menengah di banyak negara bagian Amerika Serikat ditutup. Kita mendengar kabar bahwa guru-guru di Amerika bahkan harus membeli kapur tulisnya sendiri.
Boleh jadi, kehancuran akibat kejahatan dan dosa-dosa besar Amerika terhadap banyak negara dan berbagai bangsa akan berakhir pada titik kulminasi. Masalah, kapan waktu itu akan datang, hanya Alloh SWT yang Maha tahu.*
Penulis adalah pemerhati Dunia Islam
Monday, September 12, 2011
Mulai Kelihatan Belangnya, Dewan Transisi Nasional Libya Bagi-Bagi Minyak ke Negara NATO
Senin, 12/09/2011
Dewan Transisi Nasional yang sekarang mengendalikan pemerintahan di Libya ternyata sudah membuat kesepakatan untuk memberikan 35 persen pengolahan minyak mentahnya pada Prancis sebagai tanda "terima kasih" atas dukungan penuh dan total negara Prancis pada Dewan yang notabene berisi orang-orang yang anti-Gaddafi.
Laporan surat kabar Liberation menyebutkan, Prancis berhasil membuat kesepakatan dengan pemerintahan sementara di Libya untuk mengeksplorasi sepertiga dari sumber minyak negara Libya, dengan mengutip sebuah surat yang ditujukan pada Emir Qatar.
Surat yang dikirim Dewan Transisi Nasional di Libya tertanggal 3 April 2011, memberitahukan pada Emir Qatar--yang juga mendukung kelompok pemberontak anti-Gaddafi--tentang kesepakatan untuk "memberikan 35 persen pengolahan minyak mentahnya pada Prancis sebagai kompensasi atas dukungan total dan permanen (Prancis) Dewan."
Laporan ini jelas membuat Prancis kehilangan muka, karena dukungan yang ditunjukkan Prancis selama ini ternyata ada imbalannya. Apalagi pada saat yang sama Prancis menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin negara yang menyebut diri mereka "sahabat Libya" untuk mengakui eksistensi Dewan Transisi Nasional sebagai pemerintahan sementara di Libya.
Menteri Luar Negeri Prancis Alain Juppe berkelit bahwa ia tidak tahu menahu adanya "kesepakatan" dengan Dewan Transisi Nasional Libya itu. Dengan diplomatis Juppe mengatakan, "logis" jika negara-negara seperti Prancis yang telah membantu Dewan Transisi Nasional mengambil alih kekuasaan di Libya, ikut serta dalam rekonstruksi pemulihan di Libya.
Selain dengan Prancis, Dewan Transisi Nasional juga sudah menandatangani eksplorasi sumber minyak Libya dengan perusahaan minyak raksasa asal Italia, ENI pada 29 Agustus kemarin. Selain eksplorasi minyak, Dewan dan ENI juga menandatangani kesepakatan pembuatan jaringan pipa gas yang membentang dari ladang-ladang minya di Libya sampai ke Italia.
Sementara itu, di Inggris, anggota legislatif Alan Duncan harus menghadapi pertanyaan atas hubungannya dengan sebuah perusahaan minyak yang memberikan suplai minyak bagi Dewan Transisi Nasional Libya.
Anggota legislatif yang juga mantan pengusaha minyak itu punya hubungan dekat dengan Ian Taylor, presiden perusahaan Vitol yang memberikan bantuan dana ratusan ribu dollar bagi Partai Konservatif tempat Duncan bernaung.
Duncan-lah yang merancang perencanaan pemerintahan Inggris untuk menutup suplai minyak bagi Qaddafi, tapi tetap memberikan suplai minyak pada kelompok pemberontak anti-Gaddafi. Namun sekarang ia menghadapi "pertanyaan-pertanyaan serius" terkait proses dimana Vitol--perusahaan besar yang berbasis di Swiss--mendapatkan kontak minyak dari Dewan Transisi Nasional di Libya.
Anggota legislatif lainnya menuntut pemerintah memberikan penjelasan tentang kesepakatan "Sel Minyak Libya" senilai 1 miliar dollar, yang terkesan ditutup-tutupi.
Anggota legislatif dari Partai Buruh John Mann mendesak agar dilakukan penyelidikan dan meminta pemerintah untuk mengungkap apakah pejabat senior pemerintah Gus O' Donnell telah menyetujui "kesepakatan yang luar biasa" itu.
"Ini merupakan tindakan pemerintah yang sangat buruk. Pemerintah melakukan kesepakatan rahasia dengan perusahaan yang telah membayar Alan Duncan. Perilaku semacam ini sama saja dengan perilaku para diktator Arab itu, atau dengan perilakukan Amerika yang melakukan kesepakatan-kesepakatan di Irak setelah perang," tukas Mann.
Penulis AS: Serangan 9/11 Kerjaan Orang Dalam AS dan Mossad
Senin, 12/09/2011
"9/11 telah pada dasarnya digunakan untuk memasukkan uang ke dalam kompleks industri militer yang terancam setelah runtuhnya Uni Soviet," Enver Masud, penulis "9/11 Unveiled," mengatakan kepada Press TV Sabtu lalu.
"Belanja pertahanan naik karena serangan 9/11 yang tidak dilakukan oleh 19 pembajak Arab sebagaimana diklaim, tetapi serangan itu dilakukan oleh oknum di AS dan kemungkin besar agen Israel Mossad," kata Masud.
Pendiri "Dana Kebijaksanaan" tersebut mengatakan bahwa "kompleks industri militer AS telah meningkat pasca 9/11, meneror dunia dan mengambil kebebasan di rumah-rumah warga Amerika."
Pada 11 September 2001, serangkaian serangan terkoordinasi yang dilakukan di Amerika Serikat menyebabkan hampir 3.000 orang tewas.
Selama insiden itu, 19 orang yang dilaporkan sebagai anggota al-Qaidah membajak empat pesawat jet komersial dan menambrakkan dua dari pesawat ke Menara Kembar World Trade Center di New York City.
AS, di bawah pemerintahan mantan Presiden George W. Bush, menginvasi Afghanistan pada tahun 2001 setelah mengklaim bahwa serangan 9/11 dilakukan oleh anggota al-Qaidah yang dilindungi oleh rezim Taliban di Afghanistan pada saat itu.
AS juga menyerang Irak pada tahun 2003 mengklaim bahwa negara Timur Tengah tersebut memiliki senjata pemusnah massal.
Saturday, September 3, 2011
Imam Mahdi Mampu Mengumpulkan Semula Semua Bani Hasyim
Kata tabiin RH,
“As-Sufyani mengirimkan askarnya ke Madinah dan menyuruh agar membunuh setiap keturunan Bani Hasyim (yang dapat dijumpai), kemudian mereka menyerangnya. Bani Hasyim akhirnya bercerai-berai di (merata-rata) padang pasir dan di gunung-gunung. Apabila al-Mahdi muncul, mereka ini akan dikumpulkan semula.”
As-Sufyani yang dimaksudkan di sini adalah puak Badwi Bani Saud yang berfahaman Wahabi. Mereka menghantar pasukan tenteranya dari kawasan padang pasir Riyadh untuk menyerbu Madinah dan Makkah. Kuasa pemerintahan autonomi di Makkah dan Madinah, dua buah kota suci Islam itu dirampas daripada kekuasaan Syarif Makkah yang berketurunan Bani Hasyim, lalu mengambil alih kuasa di Hijaz termasuk Makkah dan Madinah.
Antara arahan yang diberi oleh pemimpin Bani Saud itu ialah agar dibunuh sahaja keturunan Syarif Makkah dan Madinah, mana yang terjumpa oleh mereka. Jika lari, kejar dan tangkap, kemudian dihukum bunuh. Kerana itu, seluruh Bani Hasyim lari bercerai-berai ke merata pelosok kawasan yang dapat melindungi mereka daripada kejaran puak Wahabi itu.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Popular Posts
-
Pegunungan sekitar Tembok Yajuj dan Majuj Danau dekat Tembok Yajuj & Majuj Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis ba...
-
PEMUDA BANI TAMIM SUDAH MUNCUL ? MARI KENALI BANI TAMIM Ucapan Rasulullah SAW tentang Bani Tamim Hadith Nabi SAW : ...
-
Published by Sang karut Amaran - Jika ia di luar akal dan ilmu ..maka anggaplah ia sebagai suatu dongengan ..carilah moral dan pengaj...
-
AMARAN : Artikel ini hanyalah semata-mata hiburan dongeng masa kini ,bersumberkan teropongan khayalan dan angan-angan semata-mata . Jika a...
-
“Akan ada segolongan kaum dari umatku yang menetap di sebuah daerah yang mereka namakan Bashrah, di sisi sebuah sungai yang disebut Dijl...
-
Published by Sang karut Amaran : Ini adalah artikal bersifat dongeng lagi karut ..adalah lebih baik para pembaca mengambil iktibarnya sa...
-
Beberapa tanda-tanda yang menunjukkan awal dari Hari Akhir akan segera Mulai meliputi: 1. Arab Revolutions (Musim Semi Arab) yang dimulai ...
-
Anak Indigo, menjelang akhir jaman kelak mereka akan direkrut untuk bergabung dengan pasukan pendukung Imam Mahdi. Benarkah itu? Sebuah...
-
“Akan ada segolongan umatku yang tetap atas Kebenaran sampai Hari Kiamat dan mereka tetap atas Kebenaran itu.” HR. Bukhari dan Musli...
-
Amaran : Berhati-hatilah ketika membaca kisah dongeng lagi karut ini ....hamba tidak memaksa para pembaca mempercayainya ..jika ada penga...