Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz, yang berwenang menentukan pewaris tahta, mendapat ancaman dengan senjata oleh salah satu pangeran dari keluarga kerajaan.IRNA (26/10) mengutip keterangan Naseem melaporkan, setelah kematian Pangeran Mahkota Sultan bin Abdul Aziz di sebuah rumah sakit New York, muncul friksi yang bahkan berujung pada bentrokan menyangkut penentuan pewaris tahta di dalam keluarga kerajaan Saudi.Laporan itu menambahkan, dalam Syuro Baiat, yang dibentuk oleh Abdullah bin Abdul Aziz, Raja Saudi itu berniat menunjuk Pangeran Nayef bin Abdul Aziz sebagai pewaris tahta, namun mendapat penentangan dari salah satu pangeran yang langsung mengancam raja dengan menggunakan senjata.”Berdasarkan laporan yang bocor dari Syuro tersebut, salah seorang pangeran Saudi memprotes penunjukan Pangeran Nayef dengan mengarahkan senjatanya ke arah Raja Abdullah.Laporan sebelumnya menyebutkan, terjadi bentrokan antar pangeran Saudi pada acara pemakaman Pangeran Sultan bin Abdul Aziz. Televisi nasional Arab Saudi yang menayangkan acara yang pemakaman itu secara langsung, sempat merekam kejadian tersebut. Kematian Pangeran Mahkota Arab Saudi, Sultan bin Abdul Aziz al-Saud, yang merupakan pewaris tahta kerajaan, itu menyebabkan kevakuman kekuatan di Arab Saudi.
Tidak seperti di sistem monarki lain di dunia, garis suksesi tidak melintang langsung dari ayah ke anak sulung atau anak perempuan, namun menuju garis saudara-saudara raja. Jika garis saudara raja tidak berhasil maka dilimpahkan ke barisan berikutnya yaitu putra sulung raja atau saudaranya.
Raja Arab Saudi Abdullah telah menunjuk Manteri dalam Negeri Pangeran Nayef sebagai putera mahkota yang baru, kata sebuah pernyataan istana kerajaan yang dibacakan di televisi negara pada Jumat pagi sekali.
“Kami memilih Yang Mulia Pangeran Nayef bin Abdulaziz sebagai putera mahkota,” kata pernyataan itu, yang disiarkan kantor berita resmi SPA.
Pernyataan itu mengatakan Nayef ditunjuk setelah raja memberitahu Dewan Kesetiaan, badan keluarga yang dibentuk pada 2006 untuk melakukan proses suksesi di kerajaan Islam yang konservatif, pengekspor utama minyak dunia itu.
Itu adalah pertama kalinya dewan tersebut diminta untuk mengkonfirmasi pilihan raja akan putera mahkota, tindakan yang beberapa pengamat katakan akan membantu sistem suksesi yang tidak transparan.
Putera Mahkota Sultan telah meninggal karena kanker usus besar di New York hampir sepekan lalu. Ia juga menteri pertahanan dan penerbangan negara itu selama hampir lima dasawarsa. Belum ada pengganti untuk jabatan itu yang telah ditunjuk.
Pangeran Nayef selama ini telah membangun reputasi sebagai seorang konservatif yang memiliki hubungan dekat dengan kekuasaan keagamaan Saudi.
Bagaimanapun, beberapa pengamat dan mantan diplomat di Arab Saudi, tempat lahir Islam, mengatakan ia mungkin akan menunjukkan sisi yang berbeda dari karakternya dalam jabatan barunya.
Dalam beberapa tahun belakangan ia telah memimpin kerajaan itu dari hari ke hari ketika Raja Abdullah dan Pangeran Sultan tidak ada. Masalah punggung Raja Abdullah yang sering kambuh telah menyebabkan dia sering pergi ke luar negeri untuk perawatan medis. Sultan juga sudah lama sakit, bahkan terakhir berbulan-bulan di AS menjalani perawatan sebelum dinyatakan meninggal.
Menurut pernyataan itu, Pangeran Nayef juga ditunjuk sebagai wakil perdana menteri. Ia kini secara luas juga dianggap sebagai calon yang paling mungkin untuk mengambil-alih jabatan menteri pertahanan.
Sebagai menteri dalam negeri, Nayef memimpin upaya yang berhasil untuk mengakhiri gelombang serangan Al Qaida di kerajaan itu dari 2003.
Ia senang melukiskan dirinya sebagai seorang tentara di bawah komando raja Saudi.
Para pengamat sekarang menunggu siapa yang pada akhirnya akan mendapat jabatan menteri pertahanan — sangat penting dalam hubungannya dengan negara-negara besar Barat, dengan siapa kontrak persenjataan miliran dolar ditandatangani, dan khususnya jika jabatan itu diberikan pada seorang anggota keluarga kerajaan yang lebih muda.
Sekarang ini, jabatan-jabatan kementerian penting diduduki oleh putera-putera pendiri kerajaan, Raja Abdulaziz Ibn Saud, semuanya berusia 70-an dan 80-an tahun, dan beberapa di antara mereka memiliki masalah kesehatan.
Raja Abdullah sendiri baru keluar dari rumah sakit untuk operasi punggung, serta tampak lelah dan lemah pada upacara pemakaman Sultan
Diplomat Arab: Pangeran Nayef Dinilai Anti-reformasi
Sejumlah kalangan khawatir, jika Pangeran Nayef yang lahir pada 1933 itu, menjadi Raja, maka akan memundurkan upaya reformasi yang sudah dilaksanakan Raja Abdullah. Pasalnya, di kalangan Arab liberal, untuk masalah sosial, Nayef dinilai anti-reformasi.
Sementara dalam hal kebijakan luar negeri, Nayef sangat mementingkan keamanan nasional. Namun demikian, sejumlah diplomat di Riyadh mengatakan, kekhawatiran tersebut tidak beralasan karena sebenarnya Nayef adalah sosok yang pragmatis.
Oleh karena itu, saat waktunya tiba bagi Nayef untuk berkuasa, kebijakan reformis yang sudah dijalankan Abdullah tidak akan terganggu. Selain itu, hubungan Arab Saudi dengan sekutu utamanya, Amerika, juga tidak akan terganggu.
.Sementara dalam hal kebijakan luar negeri, Nayef sangat mementingkan keamanan nasional. Namun demikian, sejumlah diplomat di Riyadh mengatakan, kekhawatiran tersebut tidak beralasan karena sebenarnya Nayef adalah sosok yang pragmatis.
Oleh karena itu, saat waktunya tiba bagi Nayef untuk berkuasa, kebijakan reformis yang sudah dijalankan Abdullah tidak akan terganggu. Selain itu, hubungan Arab Saudi dengan sekutu utamanya, Amerika, juga tidak akan terganggu.
.
Tawuran Antarpangeran Saudi Terekam Televisi |
Pasukan Saudi Semakin Ganas di Awamiyah |
Perebutan Kekuasan di Saudi Semakin Memanas |
.
Siapa Pangeran Sultan? |
Pada tahun 2004, para dokter menyatakan bahwa Sultan bin Abdul Aziz menderita kanker di usus besar dan oleh karena itu, ia telah menjalani berbagai operasi.
Kembali pada tahun 2009 Pangeran Sultan bin Abdul Aziz menderita sakit parah dan harus terbaring di rumah sakit New York selama berbulan-bulan.
Setelah kematian saudaranya Fahad bin Abdul Aziz pada Agustus 2005, Sultan menjadi Pangeran Mahkota Arab Saudi.
Pewaris
Putra Pangeran Sultan yang paling terkenal adalah Pangeran Bandar bin Sultan bin Abdul Aziz, yang juga mantan dubes Saudi untuk Amerika Serikat. Putra Sultan lainnya adalah Pangeran Khaled bin Sultan, yang pernah menjadi Panglima Tinggi Militer Saudi para Perang Teluk tahun 1991.
Kematiannya dan Eskalasi Perebutan Tahta di Arab Saudi
Tidak diragukan lagi bahwa kematian Sultan memperuncing persaingan perebutan tahta di kerajaan Saudi. Apalagi seluruh calon raja pada barisan pertama sudah tua dan dalam kondisi kesehatan yang buruk.
Kandidat yang paling kuat untuk menduduki tahta setelah Sultan adalah Pangeran Nayef. Namun pangeran tersebut juga berada dalam kondisi kesehatan yang buruk dan telah menjalani perawatan secara intensif dalam 20 bulan terakhir.
Selain itu, tidak boleh dilupakan pengaruh kuat Pengeran Bandar bin Sultan, yang pernah menjabat sebagai dubes di Amerika Serikat dan saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Keamanan Nasional Saudi, karena ia merasa tidak puas dengan wewenang yang dimilikinya.
Selain Bandar, ada juga Pangeran Salman bin Abdul Aziz, yang memiliki pengaruh sangat kuat di antara keluarga kerajaan.
.
Jika Nayef Jadi Raja, Akan Terjadi Pemberontakan di Saudi |
Pangeran Nayef bin Abdul Aziz
Kematian Pangeran Mahkota Arab Saudi, Sultan bin Abdul Aziz al-Saud, yang merupakan pewaris tahta kerajaan, itu menyebabkan kevakuman kekuatan di Arab Saudi.Calon utama pewaris tahta Raja Saudi saat ini adalah Pangeran Nayef bin Abdul Aziz al-Saud, namun ia masih harus mendapat persetujuan dari Dewan Kesetiaan Saudi. Dewan tersebut adalah yang mengawasi masalah suksesi.Direktur Institut Hubungan Teluk [Persia] (I[P]GA), Ali al-Ahmad dalam wawancaranya dengan Press TV Ahad, (23/10) menyatakan, bahwa kematian Pangeran Sultan akan memantik perebutan kekuasaan di Arab Saudi.
Dikatakannya, “Pangeran Nayef dikenal sebagai politisi yang kasar dan merupakan sosok yang melawan segala bentuk reformasi dan dia juga bertanggung jawab atas berbagai pelanggaran kemanusiaan di Saudi.”
“Banyak warga Arab Saudi yang khawatir jika Pangeran Nayef menjadi Raja Arab Saudi karena penindakan keras terhadap rakyat juga akan semakin meningkat. Namun demikian, munculnya Nayef sebagai Raja Saudi justru membantu mempercepat proses perubahan di negara ini,” tegas al-Ahmad.
Lebih lanjut dijelaskannya, jika Nayef menjadi Raja, media massa Barat khususnya Amerika Serikat akan mengesankan dia sebagai seorang reformer. Namun rakyat Saudi tidak akan dapat melupakan seluruh kejahatan yang dilakukan Nayef selama ini. Tidak ada elemen dan lapisan dalam masyarakat Saudi, telah tidak menjadi korban kejahatan Nayef.
Menurutnya, akan lebih mudah bagi masyarakat, aktivis politik dan HAM Arab Saudi untuk melawan Nayef yang sudah tidak mungkin bersumbunyi di balik pencitraan Barat atau dengan aksi menebar pesona seperti yang dilakukan Raja Abdullah dengan kata-kata dan janji-janjinya.
Telah bersabda Rasulullah SAW, “Akan terjadi suatu perselisihan ketika meninggalnya seorang khalifah. Maka keluarlah seorang laki-laki dari penduduk Madinah dan ia lari ke Makkah. Lalu datanglah kepadanya orang-orang yang berasal dari penduduk Makkah, dan mereka membawa laki-laki tersebut dengan paksa. Kemudian mereka membaiatnya antara sudut Ka’bah dengan maqam Ibrahim.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Thabrani)..
ReplyDelete