PASUKAN PANJI HITAM THE BLACK BANNER

Saturday, November 14, 2015

TEROR PARIS, 130 Tewas: Inilah 3 Skenario di Balik Serangan

Sabtu, 14 November 2015 | 20:14 WIB
TEROR PARIS, 130 Tewas: Inilah 3 Skenario di Balik Serangan
Peta serangan dalam teror di Paris 13 November 2015 yang menewaskan lebih dari 120 orang
TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok teroris membunuh sekitar 130 orang di berbagai lokasi di Paris pada Jumat malam, 13 November 2015.  Delapan pelaku berhasil ditembak polisi.

Kelompok mana yang telah melakukan serangan bom bunuh diri dan penembakan di sejumlah restoran, lokasi konser, dan stadion di Paris itu?

Petunjuk utama adalah kelompok-kelompok yang pernah melakukan kekerasan di Prancis. Atau mereka yang melibatkan warga negara Perancis di tempat lain di Eropa. Ini tiga skenario para dalang atau aktor utama serangan keji dan pengecut itu.



Skenario pertama, serangan itu dilakukan kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah). Sebelumnya, Isis menggunakan simpatisannya di Eropa untuk bertindak sendirian.


Awal November 2015, pesawat Metrojet, maskapai Rusia, jatuh di Sinai karena ledakan bom.  ISIS dituduh berada di belakang insiden itu. Jatuhnya pesawat itu menjadi indikasi ISIS berkembang sangat cepat dan kelompok ini adalah tersangka utama. Serangan di Paris konsisten dengan eskalasi terorisme terhadap target internasional selama 18 bulan ini.

Sebuah tim ISIS telah dikirim ke Perancis atau merekrut simpatisannya di Perancis, atau kedua cara dilakukan. Tim ini dikelola dari luar negeri. Ada perkiraan 520 warga negara Perancis ikut berjuang di Siria dan 250 jadi "pengungsi" seperti perkiraan terbaru aparat keamanan.


Skenario kedua, serangan Paris terkait dengan aksi terorisme di Paris 10 bulan lalu. Peristiwa itu melibatkan Isis atau Al-Qaida, organisasi terorisme yang dipimpin Osama bin Laden.

Ini memang bisa melibatkan keduanya, seperti yang terjadi pada Januari. Ketika itu ada tiga warga lokal bersenjata yang melakukan serangan.

Seorang diantaranya kagum dengan Isis tetapi tidak pernah kontak langsung dengan kelompok ini. Dua pelaku lainnya adalah saudara-saudaranya yang satu terhubung dengan jaringan Al-Qaeda di Yaman.  Kelompok ini mengaku bertanggung jawab atas serangan di di kantor majalah satire, Charlie Hebdo di Paris.

Al-Qaida berkepentingan untuk menaikkan pamornya setelah ISIS makin terkenal di kalangan organisasi teroris, sejak dua tahun terakhir. Serangan spektakuler di Paris akan menjadi salah satu cara untuk melakukan hal itu.


 Skenario ketiga, serangan Paris dilakukan aktor lokal dan sepenuhnya sendirian. Perancis kali ini ibarat kolam besar yang dipenuhi pria muda beragama Islam yang terasing, marah, dan frustrasi.

Ada diantara mereka yang telah lama mengikuti jaringan informal ekstremis, dan melakukan kekerasan. Sebagian diantara kelompok jaringan ini mengirim anggotanya  ke Suriah.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah pelaku kekerasan biasa disebut sebagai 'lone wolves'. Antara lain Mohammed Merah, yang menembak tujuh orang di Toulouse dan Montauban tahun 2012. Atau Mehdi Nemmouche, yang membunuh empat orang di museum Yahudi di Brussels, Keduanya memiliki link ke kelompok luar negeri.


Banyak penyerang yang tidak terlatih dapat melakukan pemmbunuhan mematikan seperti layaknya seorang profesional. Namun serangan Jumat kelabu di berbagai lokasi di Paris itu membutuhkan koordinasi, persiapan dan banyak sumber daya untuk beroperasi. Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang amatiran semata.

Beberapa taktik teroris atau targetnya bisa sepenuhnya asli. Namun kombinasi dari berbagai unsur yang berbeda sering merupakan inovasi.

Taktik serangan di Paris boleh jadi mengadopsi serangan di Mumbai, India pada tahun 2008. Ketika itu, sekelompok  orang menyerbu hotel, kafe, tempat ibadah Yahudi dan stasiun kereta. Sejak insiden Mumbai, aparat keamanan khawatir serangan teroris model ini akan terjadi negara-negara Barat.


Boleh jadi target serangan Paris pada Jumat malam, memiliki pesan tertentu. Lokasi-lokasi itu bukanlah wilayah yang ketat penjagaan keamanannya seperti kedutaan, tempat wisata, atau toko-toko mewah, atau museum.

Kecuali Stade de France, lokasi serangan adalah tempat-tempat sederhana di Paris dan kurang eksklusif, lingkungannya lebih multikultural dengan nuansa Timur. Bisa jadi lokasi ini jadi pilihan atau mungkin para teroris lebih mengenal dari daerah itu.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts