Tidak
ada keraguan bahwa Quran adalah kitab Allah dan seluruh umat Islam di
dunia diminta untuk menerima ajaran dan perintahnya. Ketika seseorang
membuka Quran dan melihat selintas pada ayat-ayatnya, ia akan menemukan
sesuatu yang nampaknya merupakan bentangan masa depan yang luar biasa,
menakjubkan dan menggembirakan serta akhir dari alam semesta ini.
Quran menunjukkan bahwa tujuan utama misi rasul agama Islam adalah memenangkan agama Islam atas agama-agama lain di dunia ini dan suatu hari cita-cita ini akhirnya akan tercapai.
Dialah yang telah mengutus rasul-Nya (Muhammad) dengan petunjuk datt agama kebenaran, untuk memenangkan agama-Nya atas agama¬- agama lainmeskipun kaum musyrikin tidak menyukainya.”
(QS. at-Taubah:33).
Kitab suci yang dibawa Rasulullah terakhir berisi kabar gembira bahwa kekuasaan di muka bumi ini pada akhirnya akan dipegang oleh hamba-hamba Allah yang saleh dan taat.
Sesungguhnya muka bumi ini kepunyaan Allah. la mewariskan kepada orang-orang yang Ia sukai, dan akhir yang baik diperuntukkan bagi orang-orang beriman.. “ (QS. al-A’raf:128).
Sesungguhnya Karni tulis dalam Zabur sesudah Kitab Pemberi Peringatan bahwa sesungguhnya hamba-hamba-Ku yang saleh akan mewarisi muka bumi ini.” (QS. al-Anbiya:105).
Dunia yang akan dipenuhi kerusakan, kehancuran dan kebodohan, seperti tubuh tanpa nyawa, akan dibangkitkan dengan cahaya terang keadilan sebagaimana yang ditunjukkan dalam kitab-Nya:
Ketahuilah Allah menghidupkan alam semesta setelah kematian.nya. (QS. al-Hadid : 17)
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan beramal saleh bahwa Ia akan menjadikan mereka khalifah di muka bumi ini sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka mewarisi yang lain dan la akan menegakkan bagi mereka agama Yang telah di ridhoi dan menggantikan rasa takut mereka agar mereka menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku. (QS. an-Nur : 55)
Mereka berniat memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka tetapi Allah hendak menyempumakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya. (QS. ash-Shaff : 8)
Dan Kami hendak memperlihatkan kebaikan kepada orang-orang yang tertindas di muka bumi ini untuk menjadikan mereka tanda dan pewaris. (QS. al-Qashash : 5)
Quran menunjukkan bahwa tujuan utama misi rasul agama Islam adalah memenangkan agama Islam atas agama-agama lain di dunia ini dan suatu hari cita-cita ini akhirnya akan tercapai.
Dialah yang telah mengutus rasul-Nya (Muhammad) dengan petunjuk datt agama kebenaran, untuk memenangkan agama-Nya atas agama¬- agama lainmeskipun kaum musyrikin tidak menyukainya.”
(QS. at-Taubah:33).
Kitab suci yang dibawa Rasulullah terakhir berisi kabar gembira bahwa kekuasaan di muka bumi ini pada akhirnya akan dipegang oleh hamba-hamba Allah yang saleh dan taat.
Sesungguhnya muka bumi ini kepunyaan Allah. la mewariskan kepada orang-orang yang Ia sukai, dan akhir yang baik diperuntukkan bagi orang-orang beriman.. “ (QS. al-A’raf:128).
Sesungguhnya Karni tulis dalam Zabur sesudah Kitab Pemberi Peringatan bahwa sesungguhnya hamba-hamba-Ku yang saleh akan mewarisi muka bumi ini.” (QS. al-Anbiya:105).
Dunia yang akan dipenuhi kerusakan, kehancuran dan kebodohan, seperti tubuh tanpa nyawa, akan dibangkitkan dengan cahaya terang keadilan sebagaimana yang ditunjukkan dalam kitab-Nya:
Ketahuilah Allah menghidupkan alam semesta setelah kematian.nya. (QS. al-Hadid : 17)
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan beramal saleh bahwa Ia akan menjadikan mereka khalifah di muka bumi ini sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka mewarisi yang lain dan la akan menegakkan bagi mereka agama Yang telah di ridhoi dan menggantikan rasa takut mereka agar mereka menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku. (QS. an-Nur : 55)
Mereka berniat memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka tetapi Allah hendak menyempumakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya. (QS. ash-Shaff : 8)
Dan Kami hendak memperlihatkan kebaikan kepada orang-orang yang tertindas di muka bumi ini untuk menjadikan mereka tanda dan pewaris. (QS. al-Qashash : 5)
Itu hanyalah beberapa contoh kecil berita berita gembira yang disebutkan dalam Quran. Dengan mempelajari hal ini dan tanda-tanda sama yang lainnya, disimpulkan bahwa pesan-pesan Islam akan sempuma apabila cita-cita suci ini tercapai. Seluruh tujuan-tujuan khayal dan buatan akan hancur dan agama Islam, agama yang benar dan satu, akan menjadi agama semua orang yang berada di timur dan di barat dunia ini. Ketidakadilan, penindasan, diskriminasi akan musnah dan keadilan dan persamaan yang merupakan hukum penciptaan dunia akan akan ditegakan di semua tempat.
Kerajaan khalifah yang di angkat Allah yang menampakkan dirinya di setiap penjuru dunia.Cahaya petunjuk Allah akan bersinar di muka bumi ini akan menjadi milik orang-orang yang beriman. Benarlah, Quran memberi berita gembira. Hari yang sangat dinanti-nanti secara antusias oleh seluruh umat muslim di dunia akan tiba.
Selain Quran, ucapan Nabi Muhammad SAW merupakan harta karun ajaran Islam yang paling berharga. Di lautan mutiara hadis Islam, berita gembira mengenai Kerajaan yang Adil dapat dilihat yang memuat tentang ‘Revolusi Ilahi dan’Pemimpin yang ditunjuk Allah’, yang akan memenuhi cita-cita suci ini.
Dalam hadis yang disepakati semua kaum muslimin, Nabi Muhammad berkata,
“Meskipun masa keberadaan dunia ini telah habis dan hanya tersisa satu hari sebelum Hari Kiamat tiba, Allah akan memperpanjang hari itu hingga waktu tertentu untuk menegakkan kerajaan orang yang berasal dari Ahlulbaitku yang akan dinamai dengan namaku. la akan mengisi dunia ini dengan kedamaian dan keadilan sebagaimana dunia ini akan dipenuhi ketidakadilan dan penindasan setelahnya.”
Hadis berharga di atas menunjukkan bahwa janji-janji Allah yang samgat berharga akan dipenuhi, secepatnya atau dalam waktu yang akan datang, dengan suatu cara atau cara lain, sebagaimana juga disebutkan aluh sebagian besar sumber hadis Sunni dan Syi’i.
Pada pembahasan kenabian dan imamah (kepemimpinan) dibahas bahwa sebagai kansekwensi dari aturan petunjuk umum yang yang mengatur semua penciptaan, manusia memang perlul dikaruniai kekuatan menerima wahyu melalui kenabian yang akan membawanya kepada kesempurnaan norma-norma manusia dan kesejahteraan umat manusia. Tentu saja apabila kesempurnaan dan kebahagiaan itu mustahil bagi manusia, fakta bahwa ia dikaruniai kekuatan akan sia – sia dan tidak mempunyai makna. Tetapi dalam penciptaan tidak ada kesia – siaan.
Dengan kata lain, sejak mendiami bumi, manusia memiliki Keinginan untuk menjalani kehidupan sosial yang dipenuhi kebahagiaan dalam makna sebenarnya dan telah didorang untuk berusaha mencapai tujuan ini. Apabila keinginan tersebut tidak memiliki eksistensi objektif, keinginan itu tidak akan tertulis dalam fitrah manusia, sama halnya dengan apabila tidak ada makanan berarti tidak akan ada arti dari rasa lapar (karena rasa lapar dipahami apabila seseorang membandingkan orang yang telah makan dan yang belum makan), dan apabila tidak ada air tidak akan ada rasa haus dan apabila tidak ada reproduksi tidak akan ada ketertarikan seksual di antara lawan jenis.
Oleh karena itu, dengan alasan kebutuhan dan tujuan yang paling dalam, masa depan akan menampakkan suatu hari ketika masyarakat manusia akan dipenuhi keadilan, semua orang akan hidup dalam ketenangan dan kedamaian, dan umat manusia akan dipenuhi kebaikan dan kesempumaan. Penegakan kandisi seperti itu akan terjadi melalui tangan manusia tetapi dengan pertolongan ilahi. Dan pemimpin masyarakat seperti itu diberi nama dengan bahasa hadis-hadis, yaitu Mahdi (Orang yang diberi petunjuk).
Pada agama-agama berbeda yang memerintah dunia, seperti Hindu, Budha, Zoroaster, Yahudi, Nasrani, dan Islam, terdapat keterangan tentang seseorang yang akan datang sebagai juru selamat manusia. Agama-agama ini telah memberitakan kabar gembira tentang kedatangannya, meskipun tentunya, ada perbedaan kecil pada hal-hal yang kecil yang dapat dipahami apabila ajaran ini dibandingkan dengan teliti.
Dengan demikian, kita harus menerima keyakinan bahwa hadis-hadis Nabi Muhammad SAW telah menawarkan kepada kita mengenai seseorang yang akan datang dengan nama Imam Mahdi. Dan tentunya, Nabi Isa akan muncul sebagai salah satu pengikut Imam Mahdi, berdasarkan hadis Nabi.
Ada banyak hadis yang disebutkan dalam sumber-sumber hadis Sunni dan Syi’ah tentang kedatangan Imam Mahdi. Contohnya, ia adalah keturunan Nabi Muhammad SAW dan kedatangannya akan membuat masyarakat manusia mencapai kesempumaan sesungguhnya dan per¬wujudan kehidupan spiritual. Selain itu, ada banyak hadis lain yang menyatakan bahwa Imam Mahdi adalah putra Imam kesebelas, Imam Hasan Askari, dan bahwa setelah dilahirkan dan mengalami kegaiban (ada di tengah-tengah manusia tetapi ia tidak dapat dikenali), Imam Mahdi akan datang lagi, mengisi dunia dengan keadilan sebagaimana sebelumnya di mana dunia ini telah dirusak oleh ketidakadilan dan penindasan.
Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW berkata kepada Ali bin Abi Thalib, “Sepeninggalku akan ada dua belas pemimpin. Yang pertama adalah engkau, wahai Ali, dan yang terakhir adalah ‘pembimbing’ (ul Qaim) yang dengan karunia Allah akan memperoleh kemenangan di seluruh dunia timur dan barat.”
Ali ar-Ridha bin Musa al-Kazhim (Imam kedelapan) berkata dalam sebuah hadis;
“Imam setelahku adalah putraku, Muhammad, dan setelahnya adalah putranya, Ali, dan setelahnya adalah putranya, Ilasan, dan setelah Hasan adalah putranya, Hujjatul Qaim (bukti Allah yang akan muncul) dan ditunggu-tunggu selama masa gaibnya akan ditaati selama masa kehadirannya. Meskipun masa keberadaan dunia ini telah habis dan hanya tersisa satu hari sebelum Hari Kiamat tiba, Allah akan memperpanjang hari itu hingga ia muncul dan mengisi dunia ini dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dunia ini telah dipenuhi oleh ketidakadilan. Tetapi, kapan? Mengenai berita kedatangannya (waktu kemunculannya), ayahku sering berkata kepadaku yang ia dengar dari nenek moyangnya yang mendengarnya dari Ali as bahwa pertanyaan itu ditanyakan kepada Nabi Muhammad, `Wahai Nabi, kapankah, pemberi petunjuk (al-Qairn) yang berasal dari keluarganya itu akan datang?’ la berkata, “Pertanyaan seperti itu sama dengan pertanyaan kapan hari kiamat akan tiba.” Hanya Allah yang mengetahuinya dan la akan menemukannya pada waktu yang tepat. Hal ini sangat berat bagi bumi dan langit. Tidak datang kepada kalian kecuali orang-orang yang mengetahui. (QS. al-Araf :187)
Musa Baghdadi berkata, “Aku mendengar Hasan Askari bin Ali Hadi (Imam ke sebelas) berkata;
“Aku melihat bahwa perbedaan akan muncul diantara kalian sepeninggalku tentang pemimpin setelahku. Barang siapa yang menerima para imam setelah Rasulullah tetapi menyangkal putraku, ia seumpama orang yang menerima semua nabi tetapi menyangkal kenabian Muhammad, Rasulullah, karena menaati pemimpin terakhir yang berasal dari keluarga kami sama dengan menaati pemimpin pertama dari keluarga kami, dan menyangkal pemimpin yang pertama berarti menyangkal pemimpin yang terakhir dari keluarga kami. Tetapi, berhati-hatilah! Sesungguhnya putraku dalam keadaan gaib ketika semua orang terjatuh dalam kebimbangan kecuali orang-orang yang dilindungi Allah.
Ada ratusan hadis nabi mengenai Imam Mahdi as yang telah dicatat dalam koleksi hadis Sunni dan Syi’ah. Sebagian besar ulama dari semua mazhab pemikiran Islam masing-masing memiliki kitab-kitab kumpulan hadis mengenai Imam Mahdi, Imam akhir zaman. Jumlah kitabnya mencapai sepuluh jilid. (Mengenai keterangan hal ini, lihatlah artikel selanjutnya) Dengan demikian, meyakini Imam Mahdi tidak hanya khusus bagi kaum Syi’ah. Para ulama Sunni juga meyakininya meskipun mereka tidak memiliki informasi yang banyak tentangnya sebagaimana yang dimiliki kaum Syi’ah.
Dokumentasi Kaum Sunni Mengenai Imam Mahdi as
Mengenai saudara-saudara kaum Sunni, ada enam koleksi hadis utama berdasarkan standar kaum Sunni yang membuktikan kesahihan sebuah hadis. Kitab-kitab tersebut di antaranya, Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Shahih at-Turmudzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan Abu Daud, dan Shahih an-Nasa’i. Kami hanya akan mengutip beberapa hadis dari enam kitab tersebut untuk membuktikan bahwa seorang saudara Sunni yang berpengetahuan luas tidak dapat menyangkal bahwa:
1) Mahdi as akan datang pada akhir zaman untuk menegakkan pemerintahan seluruh dunia,
2) Mahdi as berasal dari Ahlulbait Nabi Muhammad SAW;
3) Mahdi as berasal dari keturunan Fathimah as, putri Nabi Muhammad SAW,
4) Mahdi as tidak sama dengan Nabi Isa,
5) Nabi Isa as akan muncul sebagai salah satu pengikut Imam Mahdi dan shalat di belakangnya dalam suatu shalat berjamaah.
Fakta lain yang tidak dapat disangkal adalah bahwa banyak ulama Sunni terkemuka telah menulis kitab demi kitab secara khusus tentang Imam Mahdi as. Berikut ini hanyalah beberapa hadis mengenai Imam Mahdi yang diakui kaum Sunni sebagai hadis yang Shahih.
Meskipun masa keberadaan dunia ini telah habis dan hanya tersisa satu hari sebelum Hari Kiamat tiba, Allah akan memperpanjang hari itu hingga waktu tertentu untuk menegakkan kerajaan orang yang berasal dari Ahlulbaitku yang akan dinamai dengan namaku. la akan mengisi dunia ini dengan kedamaian dan keadilan sebagaimana dunia ini akan dipenuhi ketidakadilan dan penindasan setelahnya.’
Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Mahdi adalah salah satu anggota keluarga kami (Ahlulbait).”
Dari hadis-hadis di atas, jelaslah bahwa Imam Mahdi as berasal dari Ahlulbait Nabi Muhammad, dan ia bukanlah NabiIsa as. Dengan demikian, Mahdi dan Almasih adalah dua kepribadian yang berbeda tetapi mereka datang pada saat yang sama. Mahdi sebagai Imam dan Nabi Isa sebagai pengikutnya. Hadis berikut ini dengan jelas menyebutkan bahwa Imam Mahdi merupakan salah satu keturunan putrid Nabi Muhammad SAW, Nabi Muhammad bersabda, “Mahdi berasal dari keluargaku, dari Keturunnn Fathimah (putri nabi).”
Selain itu, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kami putra putri Abdul Muththalib adalah penghulu para penghuni surga, aku, Hamzah, Ali, Ja’far bin Abi Thalib, Hasan, Husain, dan Mahdi.”
Nabi Muhammad berkata,
“Mahdi akan muncul di tengah-tengah umatku. la akan hidup selama tujuh atau sembilan tahun. Pada saat itu, umatku akan mendapatkan kebaikan yang melimpah ruah yang tidak pemah terjadi sebelumnya. Umatku akan mendapatkan makanan yang sangat banyak, sehingga tidak perlu menyimpan apa pun, kemudian harta yang melimpah, sehingga apabila seseorang meminta kepada Mahdi sedikit dari harta itu, ia akan berkata, ‘Ini, ambillah!”5
Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Kami (Aku dan keluargaku) adalah keluarga yang telah Allah jadikan bagi mereka kehidupan akhirat lebih utama daripada kehidupan dunia. Anggota keluargaku akan mengalami penderita¬an yang sangat hebat dan mengalami pengusiran secara paksa dari kampung halaman mereka setelah aku tiada. Kemudian akan datang orang-orang dari Timur sambil membawa bendera-bendera hitam. Mereka akan meminta agar kebaikan diberikan kepada mereka, tetapi mereka akan ditolak. Karena itu, mereka akan berperang dan mendapat kemenangan. Mereka akan diberi apa yang mereka inginkan pertama kali.
Tetapi mereka akan menolak untuk menerimanya hingga mereka memberikannya kepada seorang lelaki dari keluargaku (Ahlulbait) yang mengisi muka bumi ini dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kerusakan. Maka barang siapa yang sampai pada masa itu, ia harus mendatangi mereka meskipun .ia merangkak di atas es karena di antara mereka terdapat wakil Allah (Khalifatullah) Mahdi.”
Selain itu, Nabi Muhammad bersabda,
“Dunia ini tidak akan hancur hingga seorang lelaki dari kalangan bangsa Arab yang namanya sama dengan namaku muncul.”
Dalam kita kita Shahih Muslim, pada bab al-Fitan, ada beberapa hadis menarik mengenai sesuatu yangakan terjadi pada akhir zaman dunia ini. Kita kutip dua hadisnya, Abu Nadra meriwayatkan :
“Kami saat itu bersama-sama Jabir bin Abdillah. Jabir diam untuk beberapa lama lalu meriwayatkan apa yang telah dikatakan Nabi Muhammad, ‘Akan datang seorang Khalifah pada akhir zaman umatku yang dengan sukarela memberi kekayaan kepada orang-orang tanpa menghitungnya.’ Aku bertanya kepada Abu Nadra dan Abu Ala, `Maksud kalian Umar bin Abdul Aziz?’ Mereka menjawab, ‘Bukan, (ia adalah Imam Mahdi).
Hal yang sama terdapat dalam Shahih Muslim. Abu Sa’id dan Jabir bin Abdillah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, ‘Akan datang pada akhir zaman seorang khalifah yang akan membagikan kekayaan tanpa menghitungnya.”9 Diriwayatkan pula;
“Pada akhir zaman, umatku akan mengalami penderitaanyang tidak pemah terjadi sebelumnya, sehingga manusia tidak dapat mencari jalan keluar. Kemudian Allah akan mendatangkan seorang lelaki dari keturunanku, yang akan mengisi dunia ini dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi kebatilan. Para penghuni bumi dan langit mencintainya. Langit akan mencurahkan airnya di semua tempat dan bumi akan memberikan segala sesuatu yang ia miliki dan segala penjuru bumi akan berwama hijau.”10
Ibnu Majah dalam kitab Sunan-nya mengutip ucapan Ibnu Hanafiyah dan Imam Ali bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Mahdi berasal dari Ahlulbditku, Allah akan memunculkannya dalam satu malam (artinya kedarangannya sangat tidak terduga dan sangat tiba-tiba).”
Selain itu diriwayatkan bahwa, Ali bin Abi Thalib berkata, “Ketika ‘Pemimpin’ dari keluarga Muhammad (al-Qa’im ali Muhammad) muncul, Allah akan menyatukan orang-orang yang berada di timur dan di barat.”‘
Ibnu Hajar menuliskan bahwa, Muqatil bin Sulaiman dan orang-orang yang mengikutinya di antara para mufasir Sunni mrnyatakan bahwa ayat. “Dan ia akan datang sebagai Tanda ( Datangnya hari Kiamat )’ turunya berkenaan dengan Mahdi.”
Ahmad bin Hanbal juga mencatat, Nabi Muhammad bersabda, ‘Allah akan mengeluarkan Mahdi yang berasal dari keluargaku dari persembunyian sebelum Hari Kiamat, meskipun tinggal satu hari lagi kehidupan di dunia ini akan berakhir, ia akan menyebarkan keadilan dan persamaan di muka bumi ini dan menghancurkan kezaliman dan penindasan.”
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa Jabir bin Abdillah Anshari berkata,
“Aku mendengar Rasulullah-bersabda, ‘Sekelompok umatku akan berperang demi kebenaran hingga mendekati akhir zaman, saat Nabi Isa datang. Pemimpin kelompok itu akan memintanya memimpin shalat tetapi Nabi Isa menolak.’ la berkata, ‘Tidak, sesungguhnya, di antara kalian Allah telah menunjuk para pemimpin bagi yang lain dan la telah mengkarunia anugerah-Nya kepada mereka.”
Ibnu Abu Shaibah, ahli hadis Sunni lain dan guru Bukhari dan Muslim, telah meriwayatkan banyak hadis tentang Imam Mahdi as. la juga meriwayatkan bahwa Imam (pemimpin) kaum muslimim yang akan menjadi Imam shalat Nabi Isa as adalah Imam Mahdi.
Jalaluddin Suyuthi menyebutkan;
“Aku mendengar orang-orang kafir menyangkal apa yang telah dinyatakan tentang Nabi Isa bahwa ketika ia turun ia akan shalat subuh di belakang Imam Mahdi. Mereka menyatakan, ‘Kedudukkan Nabi Isa lebih tinggi untuk shalat di belakang seseorang yang bukan rasul.’Ini merupakan pendapat yang aneh karena persoalan shalatnya Nabi Isa di belakang Imam Mahdi telah dibuktikan secara jelas melalui beragam hadis Shahih dari Nabi Muhammad, yang sangat dapat dipercaya.”
Kemudian Suyuthi meriwayatkan beberapa hadis berkenaan dengan hal ini.;
Hafizh Ibnu Hajar Asqalani juga menyebutkan bahwa Imam Mahdi berasal dari umat ini, dan Nabi Isa akan datang dan shalat di belakangnya.
Hadis ini juga disebut oleh ulama Sunni, Ibnu Hajar Haitsami, yang menuliskan, “Ahlulbait adalah seperti bintang-bintang yang melalui mereka kita ditunjukki ke jalan yang benar..Dan apabila bintang-bintang ini diambil (disembunyikan) kita akan berhadapan dengan tanda-tanda kebesaran Allah yang dijanjikan (Hari Kiamat). Kiamat akan terjadi ketika Imam Mahdi muncul, sebagaimana yang disebutkan di hadis-hadis, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya, Dajjal akan dibunuh, dan tanda-tanda kebesaran Allah akan muncul bersusulan.”
Ibnu Hajar juga mengutip perkataan Husain Ajiri, “Hadis-hadis Mustafa SAW tentang munculnya Imam Mahdi telah diriwayatkan melalui beragam sumber dan hadis ini melebili tingkat kemutawatiran hadis.Pada hadis ini dijelaskan bahwa ia adalah Ahlulbaitnya, dan ia akan mengisi dunia ini dengan keadilan, kemudian Nabi Isa as akan datang pada waktu yang sama dan membantu Nabi Isa membunuh Dajjal di negeri Palestina, dan ia akan memimpin dunia ini dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya.”
Dengan demikian apabila Imam Mahdi dan Nabi Isa adalah orang yang sama seperti yang dinyatakan segelintir orang yang bodoh, bagaimana dapat ia shalat dibelakang dirinya sendiri? Selain itu, hadis tersebut menunjukkan bahwa Imam Mahdi dan Nabi Isa akan datang pada saat yang sama sehingga mereka akan shalat Shubuh bersama di Yerusalem.
Sebenarnya, persamaan kata ‘Mesiah’ dalam bahasa Arab adalah ill-Masih yang artinya ‘dibersihkan/disucikan’. Kata ini telah digunakan Halam Quran sebagai nama Nabi Isa as. Dengan demikian, Mesiah adalah Nabi Isa as dan bukan Imam Mahdi as. Tetapi, kata ‘Mesiah’ memiliki makna lain dalam bahasa Inggris, Penyelamat. Akibatnya, ada beberapa punerjemah bahasa Inggris yang menerjemahkan kata ‘Messiah’ untuk Imam Mahdi as dengan makna Penyelamat yang tidak berkaitan sama, sekali dengan kata dalam bahasa Arab, al-Masih.
Kita akan tunjukkan bahwa ada hadis yang dibuat-buat yang umumnya di gunakan oleh Ahmadiyah Qadiani untuk membuktikan bahwa Mahdi dan Nabi Isa adalah orang yang sama. Hadis tersebut menyatakan,
“Dan tidak ada Imam Mahdi kecuali Nabi Isa.” Hadis ini dianggap sebagai hadis yang tak dikenal dan aneh oleh Hakim dan ia mengatakan bahwa ada ketidaksesuaian dalam rangkaian perawinya.
Baihaqi berkata bahwa Muhammad bin Khalid menyatakan hadis ini mufrad. Nasa’i menyebutkan bahwa hadis ini tidak dikenal dan ditolak, dan bahwa orang-orang yang mengingat hadis ini menegaskan bahwa hadis-hadis yang menyatakan bahwa Mahdi adalah keturunan Fathimah adalah hadis yang sahih dan dapat dipercaya.
Nabi Isa bukanlah Imam kaum Muslimin, dan ketika ia datang, ia akan menjadi pengikut Imam kaum Muslimin yang dikenal sebagai Imam Mahdi as. Dalam Shahih al-Bukhari, diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Bagaimana keadaanmu apabila Putra Maryam datang kepadamu dan Imam kalian ada di antara kalian?”
Hafizh, Muhammad bin Ali Syaukani (1250/1834), menulis buku at-Tawdzih fi Tsawatur ma jaa’a fi al-Muntazhar wa-Dajjal wa al-Masih(Penjelasan Mengenai Riwayat-riwayat Orang yang Dinantikan, Dajjal, dan Nabi Isa) mengenai Imam Mahdi as, bahwa, “Hadis mengenai Imam Mahdi telah diriwayatkan oleh banyak perawi dan merupakan hadis yang sahih, tidak memiliki keraguan dan pertentangan, karena dalam fiqih, syarat kemutawatirannya valid bahkan untuk hadis-hadis dengan jumlah narasi yang lebih sedikit dari jumlah narasi hadis ini. Banyak juga ucapan para sahabat yang secara eksplisit menyebut Imam Mahdi, yang memiliki status riwayat dari Nabi Muhammad karena tidak ada pertanyaan mengemukakan ucapan itu melalui ijtihad.”
Penulis buku Ghayah al-Ma’amul menyebutkan bahwa, “Riwayat ini merupakan riwayat terkenal di kalangan para ulama masa lalu bahwa sekarang harus datang seorang lelaki dari keluarga Nabi Muhammad SAW bemama Mahdi. Selain itu, hadis mengenai Imam Mahdi telah diriwayatkan oleh sahabat Nabi yang paling terkenal, juga oleh ulama-ulama kenamaan seperti Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Tabarani, Abu Ya’ala, Bazzar, Imam Ahmad bin Hanbal, dan Hakim. Lebih jauh lagi, orang-orang yang menyatakan bahwa hadis-hadis mengenai kedatangan Imam Mahdi adalah hadis lemah, mereka sendiri sebenarnya yang salah.”
Saban dalam bukunya Isaf ar-Raghibin, menyebutkan bahwa berita tentang kedatangan Imam Mahdi dapat disusuri sampai ke Muhammad SAW dan bahwa ia adalah salah satu anggota keluarga Nabi Muhammad serta akan mengisi dunia ini dengan keadilan.”
Suway dalam bukunya Saba’iq adz-Dzahab meriwayatkan bah wa pa ra ulama berijtihad bahwa Imam Mahdi as akan datang pada akhir zaman dan mengisi dunia ini dengan keadilan, dan hadis-hadis yang mendu kung tentang kedatangannya sangat banyak.
Hafizh Abu Hasan Muhammad bin Husain Sijistani Aburi Syafifi (363/974) berkata, “Hadis-hadis itu diriwayatkan oleh banyak perawi yang disebarkan secara luas oleh banyak perawi dari Musthafa SAW mengenai Mahdi yang berasal dari keluarga Nabi Muhammad SAW dan yang akan mengisi dunia ini dengan keadilan..” Pernyataan ini diterima oleh ulamn selanjutnya sebagaimana yang disaksikan oleh Ibnu Hajar Asqalani.z’ Rumusan paling baik dari keyakinan seluruh kaum Muslimin mengenai Imam Mahdi as telah diyakini oleh seseorang yang dirinya sendiri tidak meyakini kedatangannya dan menyangkal keshahihan had is¬hadis tentang Imam Mahdi as. la adalah Ibnu Khaldun (809/1406), seorang sejarawan terkemuka, dalam al-Muqaddimah. la menuliskan,
“Biarlah diketahui bahwa hadis ini adalah peristiwa yang diriwayatkan oleh semua muslim di sepanjang zaman, bahwa pada akhir zaman seorang lelaki dari keluarga Nabi Muhammad akan datang dan mengokohkan Islam serta menyebarkan keadilan tanpa kegagalan. Umat Islam akan mengikutinya dan ia akan menguasai seluruh dunia Islam. la bemama Mahdi.”
Kutipan di atas membuktikan bahwa bahkan Ibnu Khaldun pun berpendapat meyakini Imam Mahdi bukan ciri aliran Islam tertentu, tetapi merupakan keyakinan yang umum di semua umat Islam.
Ulama Sunni secara terang-terangan mengkriitik orang–orang itu (seperti Ibnu Khaldun) yang berusaha membuat keraguan terhadap hadis mengenai Imam Mahdi as, dan dengan tegas menyatakan bahwa meyakini Imam Mahdi telah ditegakkan dengan kokoh bagi semua umat Islam.
Syekh Ahmad Muhammad Syakir (1377/1958), salah satu ulama hadis dan tafsir kantemporer,26 Menulis dalam tafsirnya, “Meyakini Imam Mahdi bukanlah khusus bagi kaum Syi’ah karena hal ini berasal dari riwayat banyak sahabat Nabi sedemikian rupa sebingga tidak seorang pun dapat meragukan kebenaran itu.” Setelah itu, ia meneruskan dengan penyangkalan yang kuat terhadap kelemahan hadis Ibnu Khaldun mengenai Imam Mahdi.
Sayid Sabiq, mufti bagi Persaudaraan Kaum Muslimin, dalam bukunya, al-’Aqa’id al-Islamiyyah, bahwa gagasan mengenai Imam mahdi memang benar dan merupakan salah satu ajaran Islam yang harus diyakini. Sabiq juga meriwayatkan beragam hadis berkaitan dengan kedatangan Mahdi as dalam bukunya di atas.
Fatwa terbaru dikeluarkan di Mekah oleh Rabithah Alam Islami pada 11 Oktober 1976 (23 Syawa11396) yang menyatakan bahwa lebih dari dua puluh sahabat Nabi meriwayatkan hadis mengenai Imam Mahdi, dan memberi daftar nama-nama para ulama hadis yang telah meriwayatkan riwayat itu, dan orang-orang yang telah menulis buku-buku mengenai Imam Mahdi. Fatwa tersebut berbunyi,
“Para pengingat (huffazh) dan ulama hadis telah menegaskan bahwa ada riwayat yang Shahih dan dapat dipercaya di antara hadis-hadis mengenai Mahdi. Mayoritas hadis-hadis ini diriwayatkan melalui berbagai perawi. Tidak ada keraguan bahwa status riwayat-riwayatnya shahih dan mutawatir, bahwa meyakini Imam Mahdi merupakan sesuatu yang wajib, dan merupakan salah satu ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Hanya orang-orang yang tidak memperhatikan sunnah serta para pemalsu ajaran saja yang menyangkalnya.
Dua ulama Syafi’i, Ganji dalam buku al-Bayan dan Syablanji dalam buku Ntar al-Abshar, menerangkan ayat 42:28 sesuai riwayat Sa’id bin Jubair, Dialah yang mengutus utusannya (Muhammad) dengan petunjuk dan agama yang benar untuk memenangkan agamanya di atas agama lainnya, sebagai janji kepada Nabi Muhammad bahwa bumi ini akan dipenuhi oleh Mahdi yang merupakan keturunan Fathimah as.
Bahkan Ibnu Taimiyah (728/1328) menulis dalam Minhaj as-Sunnah (jilid 4, hal 211-212) bahwa hadis mengenai Mahdi benar-benar dapU dipercaya, dan muridnya, Dzahabi, sepakat dengannya dalam tulisan mengenai ringkasan buku gurunya.
Hadis ini juga disebut oleh ulama Sunni, Ibnu Hajar Haitsami, yang menuliskan, “Ahlulbait adalah seperti bintang-bintang yang melalui mereka kita ditunjukki ke jalan yang benar..Dan apabila bintang-bintang ini diambil (disembunyikan) kita akan berhadapan dengan tanda-tanda kebesaran Allah yang dijanjikan (Hari Kiamat). Kiamat akan terjadi ketika Imam Mahdi muncul, sebagaimana yang disebutkan di hadis-hadis, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya, Dajjal akan dibunuh, dan tanda-tanda kebesaran Allah akan muncul bersusulan.”
Ibnu Hajar juga mengutip perkataan Husain Ajiri, “Hadis-hadis Mustafa SAW tentang munculnya Imam Mahdi telah diriwayatkan melalui beragam sumber dan hadis ini melebili tingkat kemutawatiran hadis.Pada hadis ini dijelaskan bahwa ia adalah Ahlulbaitnya, dan ia akan mengisi dunia ini dengan keadilan, kemudian Nabi Isa as akan datang pada waktu yang sama dan membantu Nabi Isa membunuh Dajjal di negeri Palestina, dan ia akan memimpin dunia ini dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya.”
Dengan demikian apabila Imam Mahdi dan Nabi Isa adalah orang yang sama seperti yang dinyatakan segelintir orang yang bodoh, bagaimana dapat ia shalat dibelakang dirinya sendiri? Selain itu, hadis tersebut menunjukkan bahwa Imam Mahdi dan Nabi Isa akan datang pada saat yang sama sehingga mereka akan shalat Shubuh bersama di Yerusalem.
Sebenarnya, persamaan kata ‘Mesiah’ dalam bahasa Arab adalah ill-Masih yang artinya ‘dibersihkan/disucikan’. Kata ini telah digunakan Halam Quran sebagai nama Nabi Isa as. Dengan demikian, Mesiah adalah Nabi Isa as dan bukan Imam Mahdi as. Tetapi, kata ‘Mesiah’ memiliki makna lain dalam bahasa Inggris, Penyelamat. Akibatnya, ada beberapa punerjemah bahasa Inggris yang menerjemahkan kata ‘Messiah’ untuk Imam Mahdi as dengan makna Penyelamat yang tidak berkaitan sama, sekali dengan kata dalam bahasa Arab, al-Masih.
Kita akan tunjukkan bahwa ada hadis yang dibuat-buat yang umumnya di gunakan oleh Ahmadiyah Qadiani untuk membuktikan bahwa Mahdi dan Nabi Isa adalah orang yang sama. Hadis tersebut menyatakan,
“Dan tidak ada Imam Mahdi kecuali Nabi Isa.” Hadis ini dianggap sebagai hadis yang tak dikenal dan aneh oleh Hakim dan ia mengatakan bahwa ada ketidaksesuaian dalam rangkaian perawinya.
Baihaqi berkata bahwa Muhammad bin Khalid menyatakan hadis ini mufrad. Nasa’i menyebutkan bahwa hadis ini tidak dikenal dan ditolak, dan bahwa orang-orang yang mengingat hadis ini menegaskan bahwa hadis-hadis yang menyatakan bahwa Mahdi adalah keturunan Fathimah adalah hadis yang sahih dan dapat dipercaya.
Nabi Isa bukanlah Imam kaum Muslimin, dan ketika ia datang, ia akan menjadi pengikut Imam kaum Muslimin yang dikenal sebagai Imam Mahdi as. Dalam Shahih al-Bukhari, diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Bagaimana keadaanmu apabila Putra Maryam datang kepadamu dan Imam kalian ada di antara kalian?”
Hafizh, Muhammad bin Ali Syaukani (1250/1834), menulis buku at-Tawdzih fi Tsawatur ma jaa’a fi al-Muntazhar wa-Dajjal wa al-Masih(Penjelasan Mengenai Riwayat-riwayat Orang yang Dinantikan, Dajjal, dan Nabi Isa) mengenai Imam Mahdi as, bahwa, “Hadis mengenai Imam Mahdi telah diriwayatkan oleh banyak perawi dan merupakan hadis yang sahih, tidak memiliki keraguan dan pertentangan, karena dalam fiqih, syarat kemutawatirannya valid bahkan untuk hadis-hadis dengan jumlah narasi yang lebih sedikit dari jumlah narasi hadis ini. Banyak juga ucapan para sahabat yang secara eksplisit menyebut Imam Mahdi, yang memiliki status riwayat dari Nabi Muhammad karena tidak ada pertanyaan mengemukakan ucapan itu melalui ijtihad.”
Penulis buku Ghayah al-Ma’amul menyebutkan bahwa, “Riwayat ini merupakan riwayat terkenal di kalangan para ulama masa lalu bahwa sekarang harus datang seorang lelaki dari keluarga Nabi Muhammad SAW bemama Mahdi. Selain itu, hadis mengenai Imam Mahdi telah diriwayatkan oleh sahabat Nabi yang paling terkenal, juga oleh ulama-ulama kenamaan seperti Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Tabarani, Abu Ya’ala, Bazzar, Imam Ahmad bin Hanbal, dan Hakim. Lebih jauh lagi, orang-orang yang menyatakan bahwa hadis-hadis mengenai kedatangan Imam Mahdi adalah hadis lemah, mereka sendiri sebenarnya yang salah.”
Saban dalam bukunya Isaf ar-Raghibin, menyebutkan bahwa berita tentang kedatangan Imam Mahdi dapat disusuri sampai ke Muhammad SAW dan bahwa ia adalah salah satu anggota keluarga Nabi Muhammad serta akan mengisi dunia ini dengan keadilan.”
Suway dalam bukunya Saba’iq adz-Dzahab meriwayatkan bah wa pa ra ulama berijtihad bahwa Imam Mahdi as akan datang pada akhir zaman dan mengisi dunia ini dengan keadilan, dan hadis-hadis yang mendu kung tentang kedatangannya sangat banyak.
Hafizh Abu Hasan Muhammad bin Husain Sijistani Aburi Syafifi (363/974) berkata, “Hadis-hadis itu diriwayatkan oleh banyak perawi yang disebarkan secara luas oleh banyak perawi dari Musthafa SAW mengenai Mahdi yang berasal dari keluarga Nabi Muhammad SAW dan yang akan mengisi dunia ini dengan keadilan..” Pernyataan ini diterima oleh ulamn selanjutnya sebagaimana yang disaksikan oleh Ibnu Hajar Asqalani.z’ Rumusan paling baik dari keyakinan seluruh kaum Muslimin mengenai Imam Mahdi as telah diyakini oleh seseorang yang dirinya sendiri tidak meyakini kedatangannya dan menyangkal keshahihan had is¬hadis tentang Imam Mahdi as. la adalah Ibnu Khaldun (809/1406), seorang sejarawan terkemuka, dalam al-Muqaddimah. la menuliskan,
“Biarlah diketahui bahwa hadis ini adalah peristiwa yang diriwayatkan oleh semua muslim di sepanjang zaman, bahwa pada akhir zaman seorang lelaki dari keluarga Nabi Muhammad akan datang dan mengokohkan Islam serta menyebarkan keadilan tanpa kegagalan. Umat Islam akan mengikutinya dan ia akan menguasai seluruh dunia Islam. la bemama Mahdi.”
Kutipan di atas membuktikan bahwa bahkan Ibnu Khaldun pun berpendapat meyakini Imam Mahdi bukan ciri aliran Islam tertentu, tetapi merupakan keyakinan yang umum di semua umat Islam.
Ulama Sunni secara terang-terangan mengkriitik orang–orang itu (seperti Ibnu Khaldun) yang berusaha membuat keraguan terhadap hadis mengenai Imam Mahdi as, dan dengan tegas menyatakan bahwa meyakini Imam Mahdi telah ditegakkan dengan kokoh bagi semua umat Islam.
Syekh Ahmad Muhammad Syakir (1377/1958), salah satu ulama hadis dan tafsir kantemporer,26 Menulis dalam tafsirnya, “Meyakini Imam Mahdi bukanlah khusus bagi kaum Syi’ah karena hal ini berasal dari riwayat banyak sahabat Nabi sedemikian rupa sebingga tidak seorang pun dapat meragukan kebenaran itu.” Setelah itu, ia meneruskan dengan penyangkalan yang kuat terhadap kelemahan hadis Ibnu Khaldun mengenai Imam Mahdi.
Sayid Sabiq, mufti bagi Persaudaraan Kaum Muslimin, dalam bukunya, al-’Aqa’id al-Islamiyyah, bahwa gagasan mengenai Imam mahdi memang benar dan merupakan salah satu ajaran Islam yang harus diyakini. Sabiq juga meriwayatkan beragam hadis berkaitan dengan kedatangan Mahdi as dalam bukunya di atas.
Fatwa terbaru dikeluarkan di Mekah oleh Rabithah Alam Islami pada 11 Oktober 1976 (23 Syawa11396) yang menyatakan bahwa lebih dari dua puluh sahabat Nabi meriwayatkan hadis mengenai Imam Mahdi, dan memberi daftar nama-nama para ulama hadis yang telah meriwayatkan riwayat itu, dan orang-orang yang telah menulis buku-buku mengenai Imam Mahdi. Fatwa tersebut berbunyi,
“Para pengingat (huffazh) dan ulama hadis telah menegaskan bahwa ada riwayat yang Shahih dan dapat dipercaya di antara hadis-hadis mengenai Mahdi. Mayoritas hadis-hadis ini diriwayatkan melalui berbagai perawi. Tidak ada keraguan bahwa status riwayat-riwayatnya shahih dan mutawatir, bahwa meyakini Imam Mahdi merupakan sesuatu yang wajib, dan merupakan salah satu ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Hanya orang-orang yang tidak memperhatikan sunnah serta para pemalsu ajaran saja yang menyangkalnya.
Dua ulama Syafi’i, Ganji dalam buku al-Bayan dan Syablanji dalam buku Ntar al-Abshar, menerangkan ayat 42:28 sesuai riwayat Sa’id bin Jubair, Dialah yang mengutus utusannya (Muhammad) dengan petunjuk dan agama yang benar untuk memenangkan agamanya di atas agama lainnya, sebagai janji kepada Nabi Muhammad bahwa bumi ini akan dipenuhi oleh Mahdi yang merupakan keturunan Fathimah as.
Bahkan Ibnu Taimiyah (728/1328) menulis dalam Minhaj as-Sunnah (jilid 4, hal 211-212) bahwa hadis mengenai Mahdi benar-benar dapU dipercaya, dan muridnya, Dzahabi, sepakat dengannya dalam tulisan mengenai ringkasan buku gurunya.
Di
antara ulama-ulama Syi’ah, saya ingin menyebut karya besar Luthfullah
Syafi Gulpaigani, yang menyusun ensiklopedia berjudul Muntakhab
al-Atsar. Dalam bukunya, ada riwayat hadis yang lengkap mengenai
kedatangan Imam Mahdi as dan gambaran mengenai dunia sebelum dan setelah
kedatangannya. la menyebutkan enam puluh sumber hadis Sunni, termasuk
enam kitab hadis utama; dan lebih dari sembilan puluh sumber hadis
Syi’ah untuk menekankan kebenaran bahwa Mahdi bukanlah peristiwa yang
dibuat-buat.
Sejauh yang dapat kami temukan, sedikitnya tiga puluh lima ulama Sunni terkemuka telah menulis empat puluh enam buku khusus tentang Imam Mahdi as, di antaranya; Kitab al-Mahdi oleh Abu Daud, Alamat al-Mahdi oleh Jalaluddin Suyuthi, al-Qaml al-Mukhtasar fi Alamat al-Mahdi al¬-Muntazhar oleh Ibnu Hajar, al-Bayan fi Akhbar Sahib az-Zaman oleh Allamah Abu Abdillah bin Muhammad Yusuf Ganji Syafi’I, Iqd al-Durar fi Akhbar oleh Imam al-Muntazhar oleh Syekh Jamaluddin Yusuf Dimishqi, Mahdi Ali Rasttl oleh Ali bin Sultan Muhammad Harawi Hanafi, Manaqib al-Mahdi oleh Hafizh Abu Nu’aim Isbahani, al-Bttrhan fi’ Alamat al-Mahdi Akhir az-Zantart oleh Muttaqi Hindi, Arba’in Hadits fi al-Mahdi oleh Abdul A’la Hamadani, Akhbar al-Mahdi oleh Hafizh Abu Nu’aim.
Kesimpulannya, meyakini kedatangan Imam Mahdi as yang merupakan orang yang berbeda dengan Nabi Isa as merupakan sebuah fakta yang tidak dapat disangkal kaum Sunni. Seperti yang didiskusikan di atas, para ulama Sunni menegaskan bahwa meyakini Mahdi dari keluarga Nabi merupakan salah satu poros Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Pada bagian selanjutnya, kami akan mumbahas poin-poin perbedaan antara Syi’ah dan sebagian besar kaum Sunni mengenai persoalan Imam Mahdi.
Sejauh yang dapat kami temukan, sedikitnya tiga puluh lima ulama Sunni terkemuka telah menulis empat puluh enam buku khusus tentang Imam Mahdi as, di antaranya; Kitab al-Mahdi oleh Abu Daud, Alamat al-Mahdi oleh Jalaluddin Suyuthi, al-Qaml al-Mukhtasar fi Alamat al-Mahdi al¬-Muntazhar oleh Ibnu Hajar, al-Bayan fi Akhbar Sahib az-Zaman oleh Allamah Abu Abdillah bin Muhammad Yusuf Ganji Syafi’I, Iqd al-Durar fi Akhbar oleh Imam al-Muntazhar oleh Syekh Jamaluddin Yusuf Dimishqi, Mahdi Ali Rasttl oleh Ali bin Sultan Muhammad Harawi Hanafi, Manaqib al-Mahdi oleh Hafizh Abu Nu’aim Isbahani, al-Bttrhan fi’ Alamat al-Mahdi Akhir az-Zantart oleh Muttaqi Hindi, Arba’in Hadits fi al-Mahdi oleh Abdul A’la Hamadani, Akhbar al-Mahdi oleh Hafizh Abu Nu’aim.
Kesimpulannya, meyakini kedatangan Imam Mahdi as yang merupakan orang yang berbeda dengan Nabi Isa as merupakan sebuah fakta yang tidak dapat disangkal kaum Sunni. Seperti yang didiskusikan di atas, para ulama Sunni menegaskan bahwa meyakini Mahdi dari keluarga Nabi merupakan salah satu poros Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Pada bagian selanjutnya, kami akan mumbahas poin-poin perbedaan antara Syi’ah dan sebagian besar kaum Sunni mengenai persoalan Imam Mahdi.
Syarat-syarat Khusus Imam Mahdi
Pada bagian sebelumnya, kita ketengahkan banyak hadis dari enam koleksi hadis Sunni yang sahih mengenai fakta bahwa Imam Mahdi as, yang tidak sama denganNabi Isa (Messiah) as, akan datang dan ia berasal dari keturunan Nabi melalui Fathimah as. Hadis-hadis tersebut lebih jauh menekankan fakta bahwa Nabi Isa, yang merupakan seorang nabi besar, akan shalat di belakang Imam Mahdi. Kita juga ketengahkan beberapa fatwa para ulama Sunni yang menyatakan bahwa meyakini Imam Mahdi berasal dari keluarga Nabi merupakan salah satu ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, dan orang yang menyangkalnya adalah orang bodoh atau inovator.
Pada bagian ini, saya ingin membicarakan beberapa sifat khusus Imam Mahdi yang tidak diakui oleh sebagian besar kaum Sunni.
Kaum Syi'ah meyakini bahwa Imam Mahdi merupakan satu-satunya putra Imam Hasan Askari (Imam kesebelas) yang lahir pada tanggal 15 Syaban 255/869 di Samarra, Iraq. la menjadi Imam ketika ayahnya syahid pada tahun 260/874. Imam Mahdi memasuki keghaiban (menghilang; meninggalkan umat tetapi ia tidak diketahui) pada saat yang sama. la akan muncul kembali apabila Allah berkehendak.
Lebih jelasnya lagi: Julukannya adalah Mahdi yang artinya orang yang diberi petunjuk. Namanya adalah Muhammad Ibnu Hasan as, garis keturunannya berakhir pada Ali bin Abi Thalib, yakni Muhammad bin Hasan bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Musa bin Ja’far bin Muhammad bin ,Ali bin Fusain bin Ali bin Abi Thalib as.
Di lain pihak, sebagian besar kaum Sunni tidak yakin bahwa ia telah dilahirkan. Mereka yakin ia akan dilahirkan sebelum melaksanakan misinya. Nama Imam Mahdi adalah Muhammad, nama yang sama sebagaimana yang diyakini kaum Syi’ah. Tetapi, ada salah satu riwayat Sunni yang menambahkan bahwa nama ayah Imam Mahdi adalah Abdullah. Sekarang mari kita lihat masing-masing argumen.
Pertanyaan 1 : Beberapa orang kaum sunni bertanya kepada kaum Syi’ah bahwa bagaimana dapat seorang anak berusia lima tahun dapat menjadi pemimpin umat manusia?
Jawaban :
Pertama kita harus mempertanyakan apakah fenomena pemimpin yang masih muda memiliki contoh yang sama dalam sejarah yang tidak diragukan lagi, hal tersebut memang ada. Quran memberikan sejumlah contoh yang patut disebutkan di sini. Kami memiliki contoh Nabi Isa yang menjadi rasul dan berbicara kepada orang-orang ketika ia masih seorang bayi.
Tetapi ia menunjuk pada bayi itu. Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kami berbicara kepada seorang anak yang masih dalam gendongan?” la berkata, “Sesungguhnya aku adalah hamba Allah. la telah menganugrahiku Kitab dan mengangkatku sebagal seorang rasul, dan la memberkahiku di manapun aku berada, dan Ia menganjurkanku untuk bersembahyang dan mengeluarkan zakat selama aku hidup.” (QS. Maryam : 29-31)
Dengan demikian Nabi Isa menjadi rasul dan menerima wahyu serta Kitab Suci ketika usianya kurang dari dua tahun.
Lebih jauh lagi, pada beberapa ayat sebelumnya, Quran menyebutkan peristiwa Nabi Yahya as. Allah SWT berfirman kepadanya, Wahai Yahya! Peganglah Kitab ini dengan sungguh-sungguh, Dan Kami menunjuknya (sebagai rasul) ketika ia masih anak-anak. (QS. Maryam : 21).
Dengan demikian, apabila seorang anak berusia dua tahun dapat menjadi seorang rasul dan menerima wahyu serta Kitab, mengapa hal ini tidak dapat terjadi kepada seorang anak berusia lima tahun menjadi seorang Imam?
Contoh ketiga adalah Nabi Sulaiman as yang ditunjuk Allah SWT menjadi penerus ayahnya, Nabi Daud, dan menjadi rasul umatnya ketika ia belum mencapai usia remaja.
Pertanyaan 2: Setiap manusia tidak kekal. Bagaimana dapal Imam Mahdi as hidup begitu lama?
Jawaban :
Memang setiap makhluk kecuali Allah Swl tidak Kekal, Imam Mahdi pun akan meninggal dunia suatu hari nanti. Tetapi, perbedaannya adalah lamanya hidup di dunia ini. Quran dan hadits Nabi menunjukkan kepada kita bahwa beberapa orang berumur panjang di dunia ini. Dengan demikian kemungkinan terjadinya fenomena tersebut dibenarkan oleh agama Islam.
Tahukah anda bahwa menurut Quran Surah al-Ankabut ayat 14, Nabi Nuh as menjadi nabi selama 950 tahun? Usianya pasti lebih dari itu karena kita harus menambahkan usianya sebelum kenabian pada usia di atas.
Setujukah anda bahwa Nabi Isa as masih hidup? la, sebenarnya, berusia lebih dari 2000 tahun sekarang. Tentunya ia tidak tinggal di muka bumi. la berada di surga. Menurut ajaran Islam, ia akan kembali ke muka bumi dan shalat di belakang Imam Mahdi as.
Setujukah anda bahwa Nabi Khidir as masih hidup? Quran men¬ceritakan kisah pertemuannya dengan Nabi Musa as. la ada sebelum zamannya Nabi Musa as, dan Nabi Khidir as juga sekarang berusia lebih dari 3000 tahun. la tinggal di muka bumi ini, tetapi kita tidak dapat mengenalinya (agak serupa dengan kasus Imam Mahdi). la menjadi salah satu wakil Allah SWT.
Ulama Hanafi, Sibt bin Jauzi, dalam bukunya Tatkhirat al-Khawas al-Ummah hal. 325-328 menyebutkan dua puluh dua orang yang diyakini kaum Muslimin hidup dengan usia yang beragam dari 300 hingga 3000 tahun. Hal ini tidak diragukan. Allah SWT mampu memberi kehidupan yang sangat panjang pada hamba-hamba-Nya, tetapi la juga menentukan kematian bagi setiap orang (termasuk orang-orang yang di sebutkan di atas) yang kematiannya dapat segera atau dalam waktu yang lama.
Selain itu, secara ilmiah, tidak ada keberatan apa pun pada pernyataan jangka waktu yang lama. Sekelompok ilmuwan melakukan serangkaian penelitian di Institut Rockefeller di New York pada tahun 1912 terhadap bagian-bagian tertentu dari tanaman, hewan, dan manusia. Para Ilmuwan ini di antaranya Dr. Alex Carl, Dr. Jack Lope, dan Dr. Warren Lewis serta istrinya. Salah satu penelitian yang dilakukan adalah penelitian pada syaraf, otot, hati, kulit, ginjal manusia. Organ-organ ini tidak tersambung pada tubuh manusia. Organ ini adalah organ independen yang mungkin diberikan untuk diteliti.
Kesimpulan yang didapat oleh para ilmuwan adalah bahwa ‘bagian-bagian organ’ ini dapat terus hidup hampir tanpa batas sepanjang dipelihara dengan baik, dan sepanjang mereka terlindungi dari interaksi negatif ekstemal seperti mikroba dan hambatan-hambatan lain yang mungkin menghambat pertumbuhan organ-organ ini. Sel dapat terus berkembang secara normal dalam kandisi di atas dan pertumbuhan itu secara langsung berkaitan dengan makanan yang diberikan.
Sekali lagi, penuaan tidak berpengaruh pada organ-organ ini, dan organ-organ ini berkembang setiap tahun tanpa ada tanda-tanda kerusakan. Para ilmuwan menyimpulkan bahwa organ-organ ini akan terus berkembang sepanjang kesabaran para ilmuwan itu sendiri tidak habis, yang membut mereka mengabaikan proses pemeliharaan.
Pertanyaan 3: Di mana Imam Mahdi as berada sekarang?
Imam Mahdi as menghilang pada tahun 260/874 ketika ia menjadi imam. Terakhir kali ia terlihat adalah di gudang rumah ayahnya di Samarra, Iraq. Itulah mengapa hal tersebut didesas-desuskan bahwa Syi’ah meyakini Imam Mahdi as berada di gua tersebut.
1. Beberapa sejarawan Sunni menyebutkan secara ceroboh bahwa kaum Syi’ah yakin Mahdi berada di gua atau gudang itu. la terlihat di sana untuk terakhir kalinya. Imam Mahdi as dapat berada di mana saja atas kehendak Allah SWT. Tetapi, satu hal yang jelas adalah bahwa ia hidup di dunia ini di antara orang-orang dan mereka tidak mengetahuinya.
Apabila gudang tersebut menjadi terkenal sebagai ‘Gudang Keghaiban’ (Sardab a{-Ghaybah), karena dibuat seperti itu oleh sumber non-Syi’ah. Padahal nama seperti itu tidak disebutkan oleh ulama Syi’ah. Imam Mahdi as kadang-kadang berada di suatu tempat dan melakukan perjalanan mengelilingi dunia, sama seperti keyakinan umum kaum Muslimin tentang Nabi Khidir as.
2. Mengenai kegaiban Imam Mahdi as, Quran tidak mengatur kegaiban sama sekali. Sekali lagi, contoh Nabi Isa as dan Nabi Khidir as, yang keduanya ghaib, merupakan contoh yang patut disebutkan.
Pertanyaan 4a : Mengapa Imam Mahdi menghilang
Pertanyaan 4b : Mengapa Imam Mahdi tidak muncul sekarang ?
Pertanyaan 4c : Kapan ia akan datang?
Di balik semua itu ada banyak alasan. Alasan utama adalah kegaiban akan disingkap ketika Imam Mahdi datang. Berikut ini kita memberi empat alasan sekadarnya.
Pertama, jawaban paling mudah adalah bahwa hal ini adalah kehendak Allah SWT. Kehendak-Nya bersandar pada Kebijaksanaan yang tidak terbatas. Kedatangan Imam Mahdi hanya bergantung kepada keputusan Allah. la mengetahui yang terbaik untuk dilakukan. Pertanyaan ini mungkin sama naifnya: Mengapa beberapa orang berkulit hitam sedang yang lainnya berkulit putih? Mengapa sebagian orang cantik sedang sebagian lainnya tidak? Ini adalah kehendak Allah.
Kedua, jawaban yang menjawab pertanyaan mengapa sebagian orang cantik sedang yang lainnya tidak adalah ujian. Allah dapat memasukkan semua orang ke surga secara langsung, tetapi la tidak melakukannya karena la ingin menguji kita. Hanya orang-orang yang taat kepada Allah yang patut masuk surga. Saat ini Allah ingin menguji bagaimana kita bertindak di lingkungan yang penuh dosa. Apabila seseorang menjaga dirinya di dunia saat ini, ia memiliki imbalan yang lebih daripada saat masa Imam Mahdi datang, karena pada saat itu lingkungan akan benar-benar sehat dan lebih mudah untuk menjaga diri. Hal ini hanya salah satu aspek. Ingatlah bahwa hanya Imam Mahdi yang memiliki kesempatan untuk menaklukkan dunia ini. Bahkan, Nabi kita tidak dapat melakukannya. Dengan demikian, ujian yang sulit diberikan di sepanjang zaman dan tidak hanya diberikan kepada kita.
Ketiga, Imam Mahdi as akan datang segera setelah umat siap menerimanya. Umat di sepanjang sejarah tidak pemah siap. Mereka membunuhi para rasul dan para imam satu demi satu. Tetapi Allah SWT terus mengutus rasulnya hingga akhirnya la mengutus Nabi Muhammad yang membawa pesan terakhir pada saat ketika evolusi pikiran manusia mencapai kedewasaan, lalu Allah memberi mereka agama yang paling sempuma dan paling akhir.
Setelah itu la tidak perlu menyampaikan pesan yang baru. Dengan demikian, la mengutus para Penunjuk Jalan (Imam) yang menjaga dan menjelaskan pesan-pesan-Nya selama masa-masa sulit bagi umat.
Mereka juga melakukan hal itu, dan kita bangga bahwa kita memiliki para Imam seperti Imam Ja’far Shadiq as yang menjelaskan aspek-aspek fiqih, dan lain, lain. la juga memiliki kesempatan emas mengajar saat terjadi perseteruan antara Umayah dan Abbasiah. Selama periode yang singkat itu, ketika para tiran dari kedua pihak saling sibuk satu sama lain, Imam mengajar fiqih dan agama di kelas-kelas berjumlah 5000 murid (Tidak perlu disebutkan bahwa Abu Hanifah adalah salah satu muridnya).
Sekarang, adalah waktunya untuk bertindak. Tetapi, sayangnya sebagian bestir umat ragu untuk mengikuti jalan yang benar. Mereka malah menentang dan membunuh para Imam Ahlulbait, dan memperlakukan mereka sama seperti para nenek moyang mereka memperlakukan para rasul. (Bahkan Nabi Muhammad berkata, “Tidak ada nabi yang diperlakukan seburuk diriku.”)
Situasi seperti itu akan terus berlangsung hingga suatu waktu ketika umat menyadari bahwa mereka memerlukan seorang Imam yang ditunjuk Allah yang mengatur mereka karena mereka tidak dapat memecahkan persoalan mereka. Ketika hal ini terjadi secara universal, dan ketika umat putus asa dan kecewa dengan semua isme (jalan hidup, ideologi), dan ketika semua mengangkat tangan untuk memohon pertolongan, maka umat siap untuk menerima kedatangannya.
Mereka tidak akan membunuhnya seperti mereka melakukan hal tersebut kepada imam yang lain atau memperlakukan mereka dengan buruk. Mereka akan menerimanya.
Tentunya, hal ini tidak akan terjadi hingga umat di seluruh dunia mengalami penderitaan yang sangat berat, perang di seluruh dunia, kerusakan oleh kekuatan setan (seperti Dajjal dan Sufyani) yang tidak mudah diramalkan di masa datang yang dekat ini.
Keempat, Imam Mahdi akan datang ketika semua jenis ideologi diuji dan semuanya gagal. Pada saat itu, umat akan mengerti bahwa mereka tidak memiliki jalan keluar lagi dan mereka akan menerima Imam Mahdi dengan mudah. Contohnya, lihat ajaran komunisme yang diproklamasikan Rusia seratus tahun yang lalu. Semua orang di dunia pada saat itu berpikir bahwa ajaran itu merupakan jalan hidup paling baik yang menjamin kesejahteraan umat manusia.
Tetapi, mereka terkejut, ajaran itu hancur dengan cepat dari dalam ajaran itu sendiri yang menunjukkan bahwa jalan keluar ini tidak dapat dipraktekkan. Sekarang, ada orang yang berpikir bahwa ajaran kapitalisme dapat menyelesaikan persoalan mereka seluruhnya. Sistem ini juga akan hancur karena berdasarkan riba. Keadaan tersebut harus mencapai titik di mana orang-orang Amerika memiliki hutang yang besar kepada dunia. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa orang-orang ini tidak akan pemah dapat membayar hutang mereka secara penuh.
Dan hal ini berdasarkan sudut pandang ekanomi. Umat juga menderita karena jenis korupsi, nafsu, kurangnya spiritualitas, dan lain-lain. Sistem seperti itu akan hancur sendirinya baik cepat atau lambat, dengan suatu cara atau cara lainnya. Dan ketika semua jenis jalan hidup menunjukkan kelemahannya dalam praktik, umat kemudian akan menghormati kebenaran.
Imam Mahdi as menghilang pada tahun 260/874 ketika ia menjadi imam. Terakhir kali ia terlihat adalah di gudang rumah ayahnya di Samarra, Iraq. Itulah mengapa hal tersebut didesas-desuskan bahwa Syi’ah meyakini Imam Mahdi as berada di gua tersebut.
1. Beberapa sejarawan Sunni menyebutkan secara ceroboh bahwa kaum Syi’ah yakin Mahdi berada di gua atau gudang itu. la terlihat di sana untuk terakhir kalinya. Imam Mahdi as dapat berada di mana saja atas kehendak Allah SWT. Tetapi, satu hal yang jelas adalah bahwa ia hidup di dunia ini di antara orang-orang dan mereka tidak mengetahuinya.
Apabila gudang tersebut menjadi terkenal sebagai ‘Gudang Keghaiban’ (Sardab a{-Ghaybah), karena dibuat seperti itu oleh sumber non-Syi’ah. Padahal nama seperti itu tidak disebutkan oleh ulama Syi’ah. Imam Mahdi as kadang-kadang berada di suatu tempat dan melakukan perjalanan mengelilingi dunia, sama seperti keyakinan umum kaum Muslimin tentang Nabi Khidir as.
2. Mengenai kegaiban Imam Mahdi as, Quran tidak mengatur kegaiban sama sekali. Sekali lagi, contoh Nabi Isa as dan Nabi Khidir as, yang keduanya ghaib, merupakan contoh yang patut disebutkan.
Pertanyaan 4a : Mengapa Imam Mahdi menghilang
Pertanyaan 4b : Mengapa Imam Mahdi tidak muncul sekarang ?
Pertanyaan 4c : Kapan ia akan datang?
Di balik semua itu ada banyak alasan. Alasan utama adalah kegaiban akan disingkap ketika Imam Mahdi datang. Berikut ini kita memberi empat alasan sekadarnya.
Pertama, jawaban paling mudah adalah bahwa hal ini adalah kehendak Allah SWT. Kehendak-Nya bersandar pada Kebijaksanaan yang tidak terbatas. Kedatangan Imam Mahdi hanya bergantung kepada keputusan Allah. la mengetahui yang terbaik untuk dilakukan. Pertanyaan ini mungkin sama naifnya: Mengapa beberapa orang berkulit hitam sedang yang lainnya berkulit putih? Mengapa sebagian orang cantik sedang sebagian lainnya tidak? Ini adalah kehendak Allah.
Kedua, jawaban yang menjawab pertanyaan mengapa sebagian orang cantik sedang yang lainnya tidak adalah ujian. Allah dapat memasukkan semua orang ke surga secara langsung, tetapi la tidak melakukannya karena la ingin menguji kita. Hanya orang-orang yang taat kepada Allah yang patut masuk surga. Saat ini Allah ingin menguji bagaimana kita bertindak di lingkungan yang penuh dosa. Apabila seseorang menjaga dirinya di dunia saat ini, ia memiliki imbalan yang lebih daripada saat masa Imam Mahdi datang, karena pada saat itu lingkungan akan benar-benar sehat dan lebih mudah untuk menjaga diri. Hal ini hanya salah satu aspek. Ingatlah bahwa hanya Imam Mahdi yang memiliki kesempatan untuk menaklukkan dunia ini. Bahkan, Nabi kita tidak dapat melakukannya. Dengan demikian, ujian yang sulit diberikan di sepanjang zaman dan tidak hanya diberikan kepada kita.
Ketiga, Imam Mahdi as akan datang segera setelah umat siap menerimanya. Umat di sepanjang sejarah tidak pemah siap. Mereka membunuhi para rasul dan para imam satu demi satu. Tetapi Allah SWT terus mengutus rasulnya hingga akhirnya la mengutus Nabi Muhammad yang membawa pesan terakhir pada saat ketika evolusi pikiran manusia mencapai kedewasaan, lalu Allah memberi mereka agama yang paling sempuma dan paling akhir.
Setelah itu la tidak perlu menyampaikan pesan yang baru. Dengan demikian, la mengutus para Penunjuk Jalan (Imam) yang menjaga dan menjelaskan pesan-pesan-Nya selama masa-masa sulit bagi umat.
Mereka juga melakukan hal itu, dan kita bangga bahwa kita memiliki para Imam seperti Imam Ja’far Shadiq as yang menjelaskan aspek-aspek fiqih, dan lain, lain. la juga memiliki kesempatan emas mengajar saat terjadi perseteruan antara Umayah dan Abbasiah. Selama periode yang singkat itu, ketika para tiran dari kedua pihak saling sibuk satu sama lain, Imam mengajar fiqih dan agama di kelas-kelas berjumlah 5000 murid (Tidak perlu disebutkan bahwa Abu Hanifah adalah salah satu muridnya).
Sekarang, adalah waktunya untuk bertindak. Tetapi, sayangnya sebagian bestir umat ragu untuk mengikuti jalan yang benar. Mereka malah menentang dan membunuh para Imam Ahlulbait, dan memperlakukan mereka sama seperti para nenek moyang mereka memperlakukan para rasul. (Bahkan Nabi Muhammad berkata, “Tidak ada nabi yang diperlakukan seburuk diriku.”)
Situasi seperti itu akan terus berlangsung hingga suatu waktu ketika umat menyadari bahwa mereka memerlukan seorang Imam yang ditunjuk Allah yang mengatur mereka karena mereka tidak dapat memecahkan persoalan mereka. Ketika hal ini terjadi secara universal, dan ketika umat putus asa dan kecewa dengan semua isme (jalan hidup, ideologi), dan ketika semua mengangkat tangan untuk memohon pertolongan, maka umat siap untuk menerima kedatangannya.
Mereka tidak akan membunuhnya seperti mereka melakukan hal tersebut kepada imam yang lain atau memperlakukan mereka dengan buruk. Mereka akan menerimanya.
Tentunya, hal ini tidak akan terjadi hingga umat di seluruh dunia mengalami penderitaan yang sangat berat, perang di seluruh dunia, kerusakan oleh kekuatan setan (seperti Dajjal dan Sufyani) yang tidak mudah diramalkan di masa datang yang dekat ini.
Keempat, Imam Mahdi akan datang ketika semua jenis ideologi diuji dan semuanya gagal. Pada saat itu, umat akan mengerti bahwa mereka tidak memiliki jalan keluar lagi dan mereka akan menerima Imam Mahdi dengan mudah. Contohnya, lihat ajaran komunisme yang diproklamasikan Rusia seratus tahun yang lalu. Semua orang di dunia pada saat itu berpikir bahwa ajaran itu merupakan jalan hidup paling baik yang menjamin kesejahteraan umat manusia.
Tetapi, mereka terkejut, ajaran itu hancur dengan cepat dari dalam ajaran itu sendiri yang menunjukkan bahwa jalan keluar ini tidak dapat dipraktekkan. Sekarang, ada orang yang berpikir bahwa ajaran kapitalisme dapat menyelesaikan persoalan mereka seluruhnya. Sistem ini juga akan hancur karena berdasarkan riba. Keadaan tersebut harus mencapai titik di mana orang-orang Amerika memiliki hutang yang besar kepada dunia. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa orang-orang ini tidak akan pemah dapat membayar hutang mereka secara penuh.
Dan hal ini berdasarkan sudut pandang ekanomi. Umat juga menderita karena jenis korupsi, nafsu, kurangnya spiritualitas, dan lain-lain. Sistem seperti itu akan hancur sendirinya baik cepat atau lambat, dengan suatu cara atau cara lainnya. Dan ketika semua jenis jalan hidup menunjukkan kelemahannya dalam praktik, umat kemudian akan menghormati kebenaran.
Kelima,
Imam Mahdi as akan datang ketika ia memiliki 313 pembantu dari
orang-orang yang paling beriman. Imam Mahdi tidak dapat memerintah dunia
tanpa bantuan, menteri, dan lain-lain. Komunitas harus membangkitkan
orang-orang seperti ini.
Sebenarnya tidak seorang pun dari sebelas Imam lainnya memiliki pengikut berjumlah sebanyak itu. Saya akan memberi contoh.
Sebelum wafatnya, Nabi Muhammad SAW memerintahkan Ali bin Abi Thalib bahwa apabila jumlah pengikutnya yang setia kepadanya (setelah rasul wafat) melebihi empat puluh orang. Ia harus menggunakan kekuatan untuk mengambil haknya dan mengambil tampuk kepemimpinan. Jika tidak, ia harus berdiam diri karena orang-orang yang benar-benar beriman akan dibunuh tanpa dapat membantu Islam. Sayangnya, jumlah orang yang setia kepada Ali bin Abi Thalib tidak mencapai empat puluh orang pada saat – saat yang penting itu.
Contoh lainnya. Salah satu pengikut Ahlulbait dari Khurasan datang ke Madinah untuk menemui Imam Ja’far Shadiq as. Ia melaporkan kepada Imam bahwa semua orang di wilayahnya adalah pendukung Imam. Ia bertanya kepada Imam mengapa ia tidak memberontak terhadap para tiran ketika ia memiliki pengikut sebanyak itu. Secara kebetulan, di dekat mereka ada oven yang panas. Imam Ja’far meminta orang itu untuk memasukki oven tersebut.
Ketika orang itu merasakan panasnya oven itu yang membakar, ia berkata, “Ini panas, bagaimana aku dapat masuk ke dalamnya, karena apabila aku masuk, aku akan terbakar?” Sementara itu, salah satu pengikut setia Imam Shadiq bemama Yahya Ibnu Barmaki datang. Imam memintanya masuk ke oven tersebut yang langsung dilakukannya. Lelaki’ yang satu lagi merasa heran. Kemudian Imam bertanya kepadanya apakah ada orang yang bersungguh-sungguh seperti dia di antara suku Khurasan.
la menjawab bahwa ia tidak tahu apakah ada orang yang setaat itu. Kemudian Imam meminta pengikut setianya untuk keluqr dari oven dan ia ke luar dengan keadaan sehat tanpa terbakar atau terluka. Imam, kemudian menunjukkan halaman di mana beberapa burung tengah mengerumuni makanan, dan Imam berkata, “Apabila aku memiliki pengikut-pengikut setia sedikitnya sama dengan jumlah burung¬burung itu, aku akan memberontak.” Lelaki itu berkata, “Aku menghitung jumlah burung itu dan jumlahnya tidak lebih dari beberapa belas ekor.”
Hadis-hadis menyatakan bahwa Imam Mahdi memerlukan 313 pengikut yang tidak hanya sungguh-sungguh dan beriman, tetapi juga memililiki ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan yang tinggi. Imam Mahdi harus memiliki empat puluh ribu pengikut setia lainnya yang akan mengisi posisi kedua. Orang-orang ini tidak akan datang dari langit. Tergantung dari kita untuk mendidik masyarakat kita yang dapat membantu menciptakan orang-orang seperti itu, pertama-tama dimulai dari keluarga, teman, kemudian sekolah, kota, negara sejauh kemampuan kita. Kita harus memulai dari diri kita sendiri untuk menghindari dosa dan mencapai ilmu serta kebijaksanaan lebih banyak dan menjadi orang yang lebih taat kepada Allah SWT.
Pertanyaan 5: Kaum Syi’ah menyatakan bahwa ibu dari Imam Mahdi as adalah seorang budak. Bukankah hal ini memalukan bahwa ia terlahir dari seorang budak ?
Pertanyaan ini akan kami jawab dengan mengajikan pertanyaan berikut: Bukankah Hajar as, istri Nabi Ibrahim as, seorang budak? Bukankah ia yang mengandung Isma’il as, yang merupakan nenek moyang Nabi Muhammad secara langsung? Apabila hal ini diterima bagi Nabi Muhammad, penutup kenabian, menjadi keturunan Nabi Isma’il as yang terlahir dari seorang budak, mengapa kita harus malu terhadap Imam Mahdi as?
Ibunda Imam Mahdi as bemama Narjis, seorang tawanan Romawi yang dibawa oleh Imam Askari as dan menikah dengannya. la sebenarnya bertemu Sayidah Fathimah as dalam mimpi yang memerintahkan kepadanya untuk pergi ke perbatasan di mana kaum Muslimin tengah berperang. Kemudian ia menjadi tawanan, dan dijual kepada agen Imam Askari as yang menunggu kedatangan tawanan-tawanan kota.
Kami perlu menyebutkan bahwa kelahiran Mahdi as adalah peristiwa yang dirahasiakan, karena penguasa Abbasiah mengetahui bahwa Mahdi yang akan melancarkan revolusi berasal dari putra Imam Ahlulbait yang kesebelas, dan sedang menunggu kedatangannya untuk menangkap dan membunuhnya. Karena itu, Imam Hasan Askari as, ayahanda Mahdi, tidak dapat menampakkan secara terang-terangan siapa ibunda Mahdi as.
Beragam nama digunakan sebagai usaha untuk menipu penguasa, dan mencegah mereka mengenalinya. Itulah bagian dari rencana melindungi Imam Mahdi as. Seandainya ayahnya sedikit ceroboh dalam melindungi putranya, jelaslah bahwa Mahdi as tidak akan hidup. Cerita kelahiran Imam Mahdi as sama seperti kelahiran Nabi Musa as.
Semua wanita di keluarga Imam Askari secara terus menerus diperiksa oleh ahli-ahli wanita Abbasiah untuk menemukan apabila ada yang hamil. Sebenarnya, kata Askari’ menjadi nama dari ayah Mahdi as, karena ia dipaksa hidup dalam kawalan tentara sehingga rumahnya dapat dikantrol oleh penguasa. Sama seperti Ibunda Nabi Musa as, lbunda Imam Mahdi as tidak memiliki tanda-tanda kehamilan hingga detik-detik terakhir. Tetapi tidak diragukan lagi bahwa yang terjadi itu adalah kehendak Allah SWT.
Dengan kandisi yang sulit serta berat, kelahiran Imam as sangat dirahasiakan. Hanya sedikit sahabat dekat yang diberi tahu. Hal ini karena kelahiran Imam Mahdi as merupakan ancaman langsung terhadap pemerintahan yang korup. Situasi ini sangat dipahami ketika kita melihat ke belakang, ke tahun-tahun pertama Islam ketika Nabi menyebarkan agama secara sangat rahasia kepada pengikut-pengikutnya yang setia. Nabi Muhammad SAW khawatir dengan kehidupan orang-orang beriman ini, dan ia melarang mereka memberi informasi yang akan membahayakan seluruh misinya.
Pertanyaan 6: Siapakah ayah Imam Mahdi as?
Kaum Syi’ah dan beberapa ulama Sunni meyakini bahwa ayahnya adalah Imam Hasan Askari (260/874). Mayoritas hadis Nabi yang melimpah mengenai Imam Mahdi menyatakan bahwa nama Imam Mahdi sama dengan Nabi Muhammad (yakni Muhammad).
Tetapi ada satu riwayat Sunni yang memiliki kalimat tambahan berkenaan dengan nama ayahnya juga sama dengan nama ayah Nabi Muhammad (yakni Abdullah). Kalimat tambahan ini tidak ada di semua riwayat lain yang disampaikan oleh ahli-ahli hadis Sunni dan Syi’ah yang meriwayatkan hadis ini.
Selain itu, kalimat tambahan ini, dalam hadis-hadis Syi’ah adalah bahwa nama panggilannya sama dengan nama panggilan Nabi Muhammad, Abdul Qasim. Sebenarnya kaum Sunni meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda kepada Ali, “Seorang anak akan lahir kepadamu yang telah aku beri nama dengan namaku dan nama panggilanku.”
Sebenarnya tidak seorang pun dari sebelas Imam lainnya memiliki pengikut berjumlah sebanyak itu. Saya akan memberi contoh.
Sebelum wafatnya, Nabi Muhammad SAW memerintahkan Ali bin Abi Thalib bahwa apabila jumlah pengikutnya yang setia kepadanya (setelah rasul wafat) melebihi empat puluh orang. Ia harus menggunakan kekuatan untuk mengambil haknya dan mengambil tampuk kepemimpinan. Jika tidak, ia harus berdiam diri karena orang-orang yang benar-benar beriman akan dibunuh tanpa dapat membantu Islam. Sayangnya, jumlah orang yang setia kepada Ali bin Abi Thalib tidak mencapai empat puluh orang pada saat – saat yang penting itu.
Contoh lainnya. Salah satu pengikut Ahlulbait dari Khurasan datang ke Madinah untuk menemui Imam Ja’far Shadiq as. Ia melaporkan kepada Imam bahwa semua orang di wilayahnya adalah pendukung Imam. Ia bertanya kepada Imam mengapa ia tidak memberontak terhadap para tiran ketika ia memiliki pengikut sebanyak itu. Secara kebetulan, di dekat mereka ada oven yang panas. Imam Ja’far meminta orang itu untuk memasukki oven tersebut.
Ketika orang itu merasakan panasnya oven itu yang membakar, ia berkata, “Ini panas, bagaimana aku dapat masuk ke dalamnya, karena apabila aku masuk, aku akan terbakar?” Sementara itu, salah satu pengikut setia Imam Shadiq bemama Yahya Ibnu Barmaki datang. Imam memintanya masuk ke oven tersebut yang langsung dilakukannya. Lelaki’ yang satu lagi merasa heran. Kemudian Imam bertanya kepadanya apakah ada orang yang bersungguh-sungguh seperti dia di antara suku Khurasan.
la menjawab bahwa ia tidak tahu apakah ada orang yang setaat itu. Kemudian Imam meminta pengikut setianya untuk keluqr dari oven dan ia ke luar dengan keadaan sehat tanpa terbakar atau terluka. Imam, kemudian menunjukkan halaman di mana beberapa burung tengah mengerumuni makanan, dan Imam berkata, “Apabila aku memiliki pengikut-pengikut setia sedikitnya sama dengan jumlah burung¬burung itu, aku akan memberontak.” Lelaki itu berkata, “Aku menghitung jumlah burung itu dan jumlahnya tidak lebih dari beberapa belas ekor.”
Hadis-hadis menyatakan bahwa Imam Mahdi memerlukan 313 pengikut yang tidak hanya sungguh-sungguh dan beriman, tetapi juga memililiki ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan yang tinggi. Imam Mahdi harus memiliki empat puluh ribu pengikut setia lainnya yang akan mengisi posisi kedua. Orang-orang ini tidak akan datang dari langit. Tergantung dari kita untuk mendidik masyarakat kita yang dapat membantu menciptakan orang-orang seperti itu, pertama-tama dimulai dari keluarga, teman, kemudian sekolah, kota, negara sejauh kemampuan kita. Kita harus memulai dari diri kita sendiri untuk menghindari dosa dan mencapai ilmu serta kebijaksanaan lebih banyak dan menjadi orang yang lebih taat kepada Allah SWT.
Pertanyaan 5: Kaum Syi’ah menyatakan bahwa ibu dari Imam Mahdi as adalah seorang budak. Bukankah hal ini memalukan bahwa ia terlahir dari seorang budak ?
Pertanyaan ini akan kami jawab dengan mengajikan pertanyaan berikut: Bukankah Hajar as, istri Nabi Ibrahim as, seorang budak? Bukankah ia yang mengandung Isma’il as, yang merupakan nenek moyang Nabi Muhammad secara langsung? Apabila hal ini diterima bagi Nabi Muhammad, penutup kenabian, menjadi keturunan Nabi Isma’il as yang terlahir dari seorang budak, mengapa kita harus malu terhadap Imam Mahdi as?
Ibunda Imam Mahdi as bemama Narjis, seorang tawanan Romawi yang dibawa oleh Imam Askari as dan menikah dengannya. la sebenarnya bertemu Sayidah Fathimah as dalam mimpi yang memerintahkan kepadanya untuk pergi ke perbatasan di mana kaum Muslimin tengah berperang. Kemudian ia menjadi tawanan, dan dijual kepada agen Imam Askari as yang menunggu kedatangan tawanan-tawanan kota.
Kami perlu menyebutkan bahwa kelahiran Mahdi as adalah peristiwa yang dirahasiakan, karena penguasa Abbasiah mengetahui bahwa Mahdi yang akan melancarkan revolusi berasal dari putra Imam Ahlulbait yang kesebelas, dan sedang menunggu kedatangannya untuk menangkap dan membunuhnya. Karena itu, Imam Hasan Askari as, ayahanda Mahdi, tidak dapat menampakkan secara terang-terangan siapa ibunda Mahdi as.
Beragam nama digunakan sebagai usaha untuk menipu penguasa, dan mencegah mereka mengenalinya. Itulah bagian dari rencana melindungi Imam Mahdi as. Seandainya ayahnya sedikit ceroboh dalam melindungi putranya, jelaslah bahwa Mahdi as tidak akan hidup. Cerita kelahiran Imam Mahdi as sama seperti kelahiran Nabi Musa as.
Semua wanita di keluarga Imam Askari secara terus menerus diperiksa oleh ahli-ahli wanita Abbasiah untuk menemukan apabila ada yang hamil. Sebenarnya, kata Askari’ menjadi nama dari ayah Mahdi as, karena ia dipaksa hidup dalam kawalan tentara sehingga rumahnya dapat dikantrol oleh penguasa. Sama seperti Ibunda Nabi Musa as, lbunda Imam Mahdi as tidak memiliki tanda-tanda kehamilan hingga detik-detik terakhir. Tetapi tidak diragukan lagi bahwa yang terjadi itu adalah kehendak Allah SWT.
Dengan kandisi yang sulit serta berat, kelahiran Imam as sangat dirahasiakan. Hanya sedikit sahabat dekat yang diberi tahu. Hal ini karena kelahiran Imam Mahdi as merupakan ancaman langsung terhadap pemerintahan yang korup. Situasi ini sangat dipahami ketika kita melihat ke belakang, ke tahun-tahun pertama Islam ketika Nabi menyebarkan agama secara sangat rahasia kepada pengikut-pengikutnya yang setia. Nabi Muhammad SAW khawatir dengan kehidupan orang-orang beriman ini, dan ia melarang mereka memberi informasi yang akan membahayakan seluruh misinya.
Pertanyaan 6: Siapakah ayah Imam Mahdi as?
Kaum Syi’ah dan beberapa ulama Sunni meyakini bahwa ayahnya adalah Imam Hasan Askari (260/874). Mayoritas hadis Nabi yang melimpah mengenai Imam Mahdi menyatakan bahwa nama Imam Mahdi sama dengan Nabi Muhammad (yakni Muhammad).
Tetapi ada satu riwayat Sunni yang memiliki kalimat tambahan berkenaan dengan nama ayahnya juga sama dengan nama ayah Nabi Muhammad (yakni Abdullah). Kalimat tambahan ini tidak ada di semua riwayat lain yang disampaikan oleh ahli-ahli hadis Sunni dan Syi’ah yang meriwayatkan hadis ini.
Selain itu, kalimat tambahan ini, dalam hadis-hadis Syi’ah adalah bahwa nama panggilannya sama dengan nama panggilan Nabi Muhammad, Abdul Qasim. Sebenarnya kaum Sunni meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda kepada Ali, “Seorang anak akan lahir kepadamu yang telah aku beri nama dengan namaku dan nama panggilanku.”
Satu
riwayat yang memiliki tambahan kalimat (bahwa nama ayahandanya sama
dengan nama ayahanda Nabi Muhammad) mungkin telah diciptakan oleh Abdullah bin Hasan (mutsanna-kedua) Ibnu (Imam) Hasan as. Abdullah (145/762) mempunyai seorang putra bernoma Muhammad yang memanggilnya Nafs az-Zakiyyah dan Mahdi.
Abdullah sering menggunakan kekuasaan dan kekayaannya untuk mendukung
revolusi putranya. Abdullah sering menyembunyikan putranya selama
periode Umayah ketika tidak ada bahaya baginya. ketika ia bertanya
mengapa ia melakukan hal ini, ia berkata “ Ini sebuah gagasan, waktu
mereka belum tiba”. Pada surat pertama yang Muhammad kirim kepada
khalifah Abbasiah, Manshur, ia menuliskan, “Dari Muhammad hin Abdillah,
Mahdi,... “
Muhammad bin Abdillah memulai tuntutannya pada akhir pemerintahan khalifah Umayah. Muhammad menjadi kuat dan berusaha mendapatkan dukungan khalifah Umayah terakhir, Marwan bin Muhammad (132/750), tetapi khalifah tidak mengindahkannya. Abu Abbas Falasti berkata kepada Marwan, “Muhammad bin Abdillah berusaha mendapatkan kekuasaan karena ia menyatakan dirinya sebagai Mahdi.” Marwan membalas, “Apa yang akan ia lakukan? (Mahdi) bukanlah dirinya, atau ayah dari nenek moyangnya. la adalah putra dari seorang budak wanita.”
Ketika Marwan berkata bahwa Mahdi bukanlah ayah keturunannya, maksudnya keturunan Imam Hasan as, karena Mahdi as adalah keturunan Imam Husain as dan putra dari seorang hamba sahaya wanita. Bahkan Marwan mengetahui hadis-hadis ini karena itu ia tidak mengindahkan Muhammad bin Abdillah. Hal ini menunjukkan bahwa versi hadis yang benar dari Nabi Muhammad beredar luas pada saat itu.
Ada juga kemungkinan bahwa kalimat-kalimat palsu dilakukan ololi khalifah Abbasiah, Abdullah Manshur, yang memanggil putranya Mahdi. Muslim bin Qutaibah berkata, “Mansyur memanggilku dan berkata, ‘ Muhammad bin Abdillah memberontak dan ia menyebut dirinya Mahdi. Demi Allah, ia bukanlah Mahdi. Aku akan mengatakan sesuatu yap lain yang tidak pemah aku katakan kepada siapa pun sebelumnya, d an srtelah kalian. Demi Allah, putraku bukanlah Mahdi juga, ... tetapi akan menaggilnya demikian agar ia memperoleh masa depan yang baik.”
Selain itu, khalifah Manshur menciptakan ‘hadis’ berikut. Diriwayatkan oleh Hakim bahwa Ibnu Abbas berkata, “ Empat orang ini berasal dari kami, Ahlulbait, Saffah, Mundzir, Manshur, Manshur dan Mahdi”.
Jelaslah bahwa dengan menciptakan riwayat di atas, Manshur memutuskan rangkaian khalifah Abbasiah dan memasukkan namanya sendiri dan nama putranya, Mahdi, di antara Ahlulbait. Ibnu Abbas tidak pemah mengucapkan kalimat seperti itu dan ia sendiri tidak termasuk ke dalam Ahlulbait, apalagi penguasa-penguasa Abbasiah.
Dari semua penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa kepalsuan riwayat yang memberi kalimat tambahan, berasal dari Muhammad bin Abdillah dan/atau khalifah Abbasiah, Mahdi. Di sini bukan tempat kita memeriksa hadis secara kritis tetapi hanya menunjukkan latar belakang sejarah mengenai hal itu.
Sebagaimana yang telah disebutkan, ulama Sunni menolak riwayat yang satu itu.
Berikut ini nama-nama ulama Sunni yang menulis bahwa Imam Mahdi telah lahir, dan merupakan satu-satunya putra Imam Hasan Askari as. la masih hidup dan saat ini gaib dan akan muncul kembali untuk menegakkan pemerintahan yang adil. Mereka sepakat dalam hal ini dengan kaum Syi’ah.
1. Kamaluddin bin Thalhah, dalam bukunya Matalib as-Su’aal Fi Manaqib Aal ar-Rasul;
2. Sulaiman bin Ibrahim Qunduzi Hanafi (dikenal sebagai Khawajah Kalan), dalam bukunya Yanabi ‘ al-Mawaddah yang juga membenarkan dari sumber-sumber hadis Sunni bahwa mencintai Ahlulbait adalah satu¬satunya jalan yang benar dan aturan Islam;
3. Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf Ganji, Syafi’ i (658), penulis buku al-Bayan fi Akhbar Shahib az-Zaman dan Kifayah at-Talib;
4. Syekh Nuruddin Ali bin Muhammad bin Sabbagh, Maliki, dari Mekkah, dalam bukunya, al-Fush al-Muhimmah, hal. 310-319.
5. Ahmad bin Ibrahim bin Hasyim Baladzuri adalah salah satu ulama besar dan ahli hadis yang juga membenarkan Imamah dan kegaiban Imam keduabelas dalam bukunya yang berjudul al-Hadits al-Mutassalsil;
6. Ibnu Arabi (Muhyiddin Muhammad bin Ali bin Muhammad Arabi), Hanbali, dalam bukunya al-Futuhat al-Makkiyyah (bab 366) membahas secara rinci tentang kelahiran tentang kulahiran Mahdi, putra Askari, dan kedatangannnya kembali sebelum Hari Kiamat.
7. lbnu Khashab (Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin nhnwd bin Khashab), membahas secara rinci tentang Imam keduabelas dalam buku biografi berjudul Tawarikh Mawalid al-A’immah wa Wafiyatihim;
Syekh Abdullah Sya’rani (905), Sufi terkenal, dalam karyanya Yaqaqit, bab 66, membahas kelahiran dan kegaiban Imam keduabelas. la juga membahas secara lengkap tentang Imam Mahdi as dalam bukunya yang lain berjudul Aqa’id al-Akabir;
8. Syekh Hasan Iraqi yang menerima Imam kedua belas, memuji Sya’rani sebagai seorang sufi yang saleh dan terpelajar, dan meriwayatkan kisah pertemuan Sya’rani dengan Imam keduabelas;
9. Sayid Ali, dikenal sebagai Khawas, guru Sya’rani, juga meyakini Imam keduabelas. la membenarkan apa yang dinyatakan Syekh Hasan mengenai pertemuan Sya’rani dengan Imam ke dua belas;
10. Nuruddin Abdurrahman bin Ahmad, dikenal sebagai Mullah Jami, dalam bukunya, Syawahid an-Nubuwah (bukti kenabian Nabi Muhammad) membahas kelahiran Imam keduabelas dan pernyataannya sangat sepakat dengan riwayat Syi’ah;
11. Muhammadbin Mahmud Bukhari, Hanafi, dikenal sebagai Khawajah Farsa dalam bukunya Fasl al-Khitab memberi penjelasan tentang kelahiran, kegaiban, dan kemunculan kembali Imam kedua belas;
12. Syekh Abdul Haq Dehlawi, dalam bukunya Jazb e Qulub, meriwayatkan pernyataan Hakima, putri Imam kesembilan yang diminta Imam keduabelas, Imam Askari, untuk menemani Narjis, ibunda Imam terakhir di malam terakhir ketika ia melahirkan putranya;
Muhammad bin Abdillah memulai tuntutannya pada akhir pemerintahan khalifah Umayah. Muhammad menjadi kuat dan berusaha mendapatkan dukungan khalifah Umayah terakhir, Marwan bin Muhammad (132/750), tetapi khalifah tidak mengindahkannya. Abu Abbas Falasti berkata kepada Marwan, “Muhammad bin Abdillah berusaha mendapatkan kekuasaan karena ia menyatakan dirinya sebagai Mahdi.” Marwan membalas, “Apa yang akan ia lakukan? (Mahdi) bukanlah dirinya, atau ayah dari nenek moyangnya. la adalah putra dari seorang budak wanita.”
Ketika Marwan berkata bahwa Mahdi bukanlah ayah keturunannya, maksudnya keturunan Imam Hasan as, karena Mahdi as adalah keturunan Imam Husain as dan putra dari seorang hamba sahaya wanita. Bahkan Marwan mengetahui hadis-hadis ini karena itu ia tidak mengindahkan Muhammad bin Abdillah. Hal ini menunjukkan bahwa versi hadis yang benar dari Nabi Muhammad beredar luas pada saat itu.
Ada juga kemungkinan bahwa kalimat-kalimat palsu dilakukan ololi khalifah Abbasiah, Abdullah Manshur, yang memanggil putranya Mahdi. Muslim bin Qutaibah berkata, “Mansyur memanggilku dan berkata, ‘ Muhammad bin Abdillah memberontak dan ia menyebut dirinya Mahdi. Demi Allah, ia bukanlah Mahdi. Aku akan mengatakan sesuatu yap lain yang tidak pemah aku katakan kepada siapa pun sebelumnya, d an srtelah kalian. Demi Allah, putraku bukanlah Mahdi juga, ... tetapi akan menaggilnya demikian agar ia memperoleh masa depan yang baik.”
Selain itu, khalifah Manshur menciptakan ‘hadis’ berikut. Diriwayatkan oleh Hakim bahwa Ibnu Abbas berkata, “ Empat orang ini berasal dari kami, Ahlulbait, Saffah, Mundzir, Manshur, Manshur dan Mahdi”.
Jelaslah bahwa dengan menciptakan riwayat di atas, Manshur memutuskan rangkaian khalifah Abbasiah dan memasukkan namanya sendiri dan nama putranya, Mahdi, di antara Ahlulbait. Ibnu Abbas tidak pemah mengucapkan kalimat seperti itu dan ia sendiri tidak termasuk ke dalam Ahlulbait, apalagi penguasa-penguasa Abbasiah.
Dari semua penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa kepalsuan riwayat yang memberi kalimat tambahan, berasal dari Muhammad bin Abdillah dan/atau khalifah Abbasiah, Mahdi. Di sini bukan tempat kita memeriksa hadis secara kritis tetapi hanya menunjukkan latar belakang sejarah mengenai hal itu.
Sebagaimana yang telah disebutkan, ulama Sunni menolak riwayat yang satu itu.
Berikut ini nama-nama ulama Sunni yang menulis bahwa Imam Mahdi telah lahir, dan merupakan satu-satunya putra Imam Hasan Askari as. la masih hidup dan saat ini gaib dan akan muncul kembali untuk menegakkan pemerintahan yang adil. Mereka sepakat dalam hal ini dengan kaum Syi’ah.
1. Kamaluddin bin Thalhah, dalam bukunya Matalib as-Su’aal Fi Manaqib Aal ar-Rasul;
2. Sulaiman bin Ibrahim Qunduzi Hanafi (dikenal sebagai Khawajah Kalan), dalam bukunya Yanabi ‘ al-Mawaddah yang juga membenarkan dari sumber-sumber hadis Sunni bahwa mencintai Ahlulbait adalah satu¬satunya jalan yang benar dan aturan Islam;
3. Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf Ganji, Syafi’ i (658), penulis buku al-Bayan fi Akhbar Shahib az-Zaman dan Kifayah at-Talib;
4. Syekh Nuruddin Ali bin Muhammad bin Sabbagh, Maliki, dari Mekkah, dalam bukunya, al-Fush al-Muhimmah, hal. 310-319.
5. Ahmad bin Ibrahim bin Hasyim Baladzuri adalah salah satu ulama besar dan ahli hadis yang juga membenarkan Imamah dan kegaiban Imam keduabelas dalam bukunya yang berjudul al-Hadits al-Mutassalsil;
6. Ibnu Arabi (Muhyiddin Muhammad bin Ali bin Muhammad Arabi), Hanbali, dalam bukunya al-Futuhat al-Makkiyyah (bab 366) membahas secara rinci tentang kelahiran tentang kulahiran Mahdi, putra Askari, dan kedatangannnya kembali sebelum Hari Kiamat.
7. lbnu Khashab (Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin nhnwd bin Khashab), membahas secara rinci tentang Imam keduabelas dalam buku biografi berjudul Tawarikh Mawalid al-A’immah wa Wafiyatihim;
Syekh Abdullah Sya’rani (905), Sufi terkenal, dalam karyanya Yaqaqit, bab 66, membahas kelahiran dan kegaiban Imam keduabelas. la juga membahas secara lengkap tentang Imam Mahdi as dalam bukunya yang lain berjudul Aqa’id al-Akabir;
8. Syekh Hasan Iraqi yang menerima Imam kedua belas, memuji Sya’rani sebagai seorang sufi yang saleh dan terpelajar, dan meriwayatkan kisah pertemuan Sya’rani dengan Imam keduabelas;
9. Sayid Ali, dikenal sebagai Khawas, guru Sya’rani, juga meyakini Imam keduabelas. la membenarkan apa yang dinyatakan Syekh Hasan mengenai pertemuan Sya’rani dengan Imam ke dua belas;
10. Nuruddin Abdurrahman bin Ahmad, dikenal sebagai Mullah Jami, dalam bukunya, Syawahid an-Nubuwah (bukti kenabian Nabi Muhammad) membahas kelahiran Imam keduabelas dan pernyataannya sangat sepakat dengan riwayat Syi’ah;
11. Muhammadbin Mahmud Bukhari, Hanafi, dikenal sebagai Khawajah Farsa dalam bukunya Fasl al-Khitab memberi penjelasan tentang kelahiran, kegaiban, dan kemunculan kembali Imam kedua belas;
12. Syekh Abdul Haq Dehlawi, dalam bukunya Jazb e Qulub, meriwayatkan pernyataan Hakima, putri Imam kesembilan yang diminta Imam keduabelas, Imam Askari, untuk menemani Narjis, ibunda Imam terakhir di malam terakhir ketika ia melahirkan putranya;
12. Arif Abdurrahman Sufi, dalam karyanya Mir’at al-Asar (Cermin Misteri) membahas secara rinci kelahiran, dan kegaiban Imam kedua belas;
Ali Akbar bin Asad Allah Maududi, dalam bukunya, Mukasyafah (Penyingkapan), yang merupakan tafsiran Nafahat al-Uns karya Abdur¬rahman Jami, membenarkan keberadaan Imam Mahdi sebagai titik pusat petunjuk setelah ayahnya, Imam Hasan Askari yang juga merupakan pusat petunjuk Imamah;
13. Malik Ulama Dulatabadi yang merupakan seorang ulama terkenal, dalam bukunya Hidayah as-Sa’dah membenarkan kepernimpinan dan kegaiban Imam Mahdi;
14. Nasr bin Ali Jahzami Nasri, salah satu perawi hadis yang paling dipercaya yang telah dipuji Khatib al-Baghda dalam buku sejarahnya, dan Yusuf GanjiSyafi’i, dalam bukunya Manaqib, telahmengenalkan Nasr sebagai salah satu guru dari al-Bukhari dan Muslim. Nasr menegaskan keberadaan Qa’im aali Muhammad (‘penopang’ di antara keluarga Muhammad), salah satu di antara para Imam dari keluarga Nabi Muhammad SAW yang tugasnya menegakkan Islam di seluruh muka bumi ini;
15. Mulla Ali Qari, salah satu ahli hadis terkemuka, dalam buku terkenalnya, Mirqat, membahas Imam Mahdi setelah ia Benyebutkan pernyataan terkenal Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa sepe¬ninggalnya akan datang dua belas penerus (khalifah). Mulla Ali menyatakan tentang kekuasaan mereka dan tidak adanya perbedaan di antara mereka karena mereka adalah pemimpin-pemimpin yang benar;
16. Kazi Jawad Sibti adalah orang Nasrani tetapi kemudian ia masuk Islam. la menulis buku berjudul Barahin Sibtiyyah (Bukti-bukti yang dikemukakan Sibti), yang merupakan penyangkalan penulis-penulis Nasrani. la meriwayatkan kenabian dari Nabi Ashaya mengenai kedatangan seorang lelaki dari keturunan terpilih dari garis keturunan Nabi Adam yang terpilih yang akan menjadi singgasana, dengan kata lain, ia akan mengisi ruh kebijaksanaan, simpati, keadilan, ilino pengetahuan, dan menjadi orang yang sangatbertakwa kepada Allah SWT Allah menganugeralrinya akal yang tinggi dan agung dan menjadikannya kuat. Keputusannya diambil berdasarkan berita yang ia dengar dari dunia luar, tetapi ia memiliki pandangan yang diberi petunjuk tentang segala sesuatu dan menilai umat berdasarkan apa yang benar-benar ada di hati-hati mereka. la lebih jauh menyatakan bahwa caranya menilai sangat berbeda dan tidak sama dengan rasul atau wali Allah manapun. Umat Islam sepakat bahwa gambaran Mahdi seperti ini merupakan keturunan Fathimah binti Muhammad SAW. Nampaknya pandangan Syi’ah merupakan tafsiran kenabian sesungguhnya yang benar.
17. Sibt bin jauji, Hanafi, (Syamsuddin Abul Muzhaffar Yusuf), penulis buku Tathkirat al-Khawas, hal. 325-328, menyebutkan dua puluh dua nama orang yang diyakini kaum Muslimin hidup hingga 300-3000 tahun! la juga menulis tentang Imam keduabelas sebagai berikut, “la (Mahdi) adalah Muhammad bin Hasan bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Musa Ridha. Namanya adalah Abu Abdillah dan Abu Qasim as. la adalah penerus terakhir Nabi Muhammad SAW. la adalah Imam terakhir dari keluarga Nabi Muhammad SAW. la adalah bukti Allah yang kuat (al-Hujjah). la adalah Pemilik Zaman (Shahib az-Zaman). la adalah orang yang dinantikan (al-Muntazhar).”
18. Abu Bakar Ahmad bin Hasan Baihaqi, ahli fiqih Syafi terkemuka, membenarkan kelahiran putra Imam Askari dan menyatakan bahwa ia adalah Imam Mahdi yang dinantikan itu;
19. Syekh Sadruddin, dikenal sebagai Hamawi, telah menulis sebuah buku tentang Imam terakhir dari keluarga Nabi Muhammad SAW. la rncngutip sebuah hadis Nabi Muhammad sebagai berikut, “Orang-orang terpelajar mencari para pengikutku berada di antara barisan para nabi dari Bani larnil,” dan merupakan dua belas Naqib (pemimpin) Bani Israil (lihat QS. wali terakhir, yang merupakan penerus Nabi yang terakhir, wali kedua belas terdapat dalam garis kuturunan Aulia, yaitu Mahdi, Shahib az-Zaman, nama dan julukannya tidak boleh digunakan untuk urang lain. Syekh Ahmad Jami, (seperti yang dikutip oleh Qunduzi, penulis Yanabf al-Mawaddah, dan Qadhi Nur Allah penulis Majalis al-Mu’minin) menulis puisi berikut ini.
Hati ini dipenuhi kecintaan kepada Haydar
Di sisi Haydar, Hasan adalah penunjuk jalan dan Pemirapin kami Debu-debu di telapak kaki Husain
Adalah celak di mataku.
Al-Abidin, penghias seluruh orang-orang yang taat Bagaikan mahkota di kepalaku.
AI-Baqir adalah cahaya kedua mataku
Agama Yang Ja far bawa adalah benar dan jalan Yang Musa tawarkan adalah jalan yang lurus.
Wahai orang-orang yang taat: dengarlah aku yang memuji raja sekalian raja (ar-Ridha)
Yang terkubur di Khurasan
Setitik debu pusaranya adalah penawar seluruh rasa sakit
Pemimpin orang-orang yang beriman adalah at-Taqi, Wahai kaum Muslimin
Jika kalian mencintai at-Taqi melebihi siapapun Kalian telah melakukan hal yang tepat dan benar. AI-Askari adalah cahaya mata Adam dan dunia ini Dimanakah kita menemukannya, di dunia ini, seorang pemimpin seperti al-Mahdi?
20. Syekh Amir Ibnu Basri telah membuat sebuah elegi (pujian) berjudul Qasidala Tayya. Isinya mengandung hal-hal mistis, ilmu, teosofi, kebenaran, dan persoalan etika. Berikut ini bait yang dikutip.
Wahai Imam Mahdi! Berapa lama engkau akan disembunyikan? Bantulah kami, wahai ayah kami, dengan balasanmu!
Kami merasa bersedih karena waktu penantian begitu panjang.
Demi Tuhanmu, karuniakanlah kami dengan orang-orang yang mencintaimu
Wahai pusat dari sekalian makhluk! Segerakanlah kedatangan, orang tercinta kami!
Kembalikanlah, sehingga kami dapat menikmati keberadaannya. Sesungguhnya, yang demikian merupakan kebahagian yang sangat besar Karena seorang pencinta akan menemui orang yang dicintainya setelah lama bada
No comments:
Post a Comment