Hari keenam serangan militer Israel di Jalur Gaza, Palestina, tak
ubahnya pemandangan berkontras tajam sebagaimana hari-hari sebelumnya.
Di
sebuah pemakaman Kota Gaza, anggota keluarga Dalu menggotong jenazah
empat bocah berbungkus bendera Palestina, yang tewas setelah bom Israel
menghancurkan rumah mereka, Ahad (18/11) lalu.
"Apakah anak-anak ini terlihat seperti teroris?" ujar salah seorang kerabat, dengan isak yang tertahan.
Di
Israel, di mana puluhan roket Hamas terus berjatuhan, sebagian besar di
wilayah kosong, Benjamin Netanyahu dan kabinetnya tengah rapat untuk
membahas serangan berikutnya.
Nun jauh di sana, sekitar 4.000 mil
di Kota Rangoon, sehari setelah pidato “sepenuhnya mendukung hak Israel
untuk mempertahankan diri", Presiden AS Barack Obama berkhotbah soal
pentingnya demokrasi di Burma (Myanmar).
Di tengah pembicaraan
tentang kemungkinan gencatan senjata yang dimediasi Mesir, dan laporan
Haaretz tentang persiapan kemungkinan serangan darat Israel, sulit
menebak apa yang bakal terjadi kemudian.
Gedung Putih menyatakan
Obama telah berbicara dengan Netanyahu dan Presiden Mesir, Muhammad
Mursi, tentang cara dan bagaimana meredakan situasi. Mungkin khawatir
serangan besar-besaran—terutama darat—bakal dihentikan sebelum mencapai
target.
Dan di hari ketujuh, Rabu (21/11), korban sipil di Gaza terus berjatuhan. Hampir 150 orang tewas, dan 1.000-an lainnya terluka.
Media-media
Barat kompak bak paduan suara, menggambarkan serangan Israel di Gaza
sebagai operasi Angkatan Bersenjata Israel (IDF) untuk "membela diri"
atas serangan roket Palestina ke wilayah Yahudi tersebut.
Padahal,
sejumlah laporan menyatakan Obama—jelang pilpres AS awal November
lalu—telah memberikan lampu hijau ke Tel Aviv tentang keterlibatan
langsung pemerintah dan militer AS dalam perencanaan dan pelaksanaan
serangan terhadap Gaza.
Pakar ekonomi (emeritus) Universtitas
Ottawa dan penasihat sejumlah negara berkembang, Michel Chossudovsky,
mengatakan ada bukti yang menunjukkan digelarnya operasi "Pillar of
Cloud" berhubungan erat dengan Washington, dalam konteks yang lebih luas
daripada sekedar proses perencanaan militer dua sekutu abadi tersebut.
“Sejumlah
pejabat senior militer AS berada di lokasi (Israel), bekerjasama dengan
rekan-rekan mereka di IDF, beberapa hari menjelang serangan,” beber
Chossudovsky di situs Globalresearch.ca.
Operasi Pillar of Cloud
(Tiang Awan) diluncurkan pada 14 November, tepat sepekan setelah
pemilihan presiden AS. Serangan ini, kata Chossudovsky, telah ditetapkan
dan bakal diluncurkan. Terlepas dari apa pun hasil pemilu AS.
Tindakan
pertama adalah pembunuhan pemimpin sayap militer Hamas, Ahmad
al-Jabari. Selanjutnya, operasi bakal berkembang menjadi pengeboman umum
dan invasi darat yang melibatkan penyebaran sekitar 75.000 serdadu
Zionis.
Malam itu, Selasa (20/11), dalam sebuah pertemuan di markas PBB, New
York, negara-negara Arab mendesak DK PBB mengutuk serangan mematikan
Israel di Gaza.
“Negara-negara Arab menginginkan DK PBB mengutuk
serangan barbar Israel dan mendesak dihentikannya permusuhan," kata
utusan Sudan yang merangkap Ketua Blok Arab di PBB, Daffa-Alla Elhag Ali
Osman.
Namun, seperti biasa, seruan itu tak mendapatkan respons. AS tetap ngotot membela serangan militer Israel, sang sekutu abadi.
"Israel,
seperti negara mana pun, memiliki hak untuk mempertahankan diri dari
serangan setan itu (Hamas),” ketus Duta Besar AS untuk PBB, Susan Rice,
sebagaimana dilansir AFP.
"Tidak ada justifikasi atas kekerasan
yang dilakukan Hamas dan organisasi teroris lainnya terhadap warga
Israel. Kami menyerukan kepada mereka yang bertanggungjawab untuk segera
menghentikan tindakan pengecut ini,” kecam Rice.
Game Perang AS-Israel
Hal
signifikan dalam menilai keterlibatan AS pada Operasi Pillar of Cloud
adalah fakta bahwa sebulan sebelum serangan, AS dan Israel terlibat
dalam game perang gabungan terbesar dalam sejarah Israel.
Tujuannya,
kata Chossudovsky, untuk menguji sistem pertahanan rudal Israel
terhadap serangan dari jauh dan dekat, yaitu Hizbullah (Iran) dan Hamas.
Menteri
Pertahanan AS Leon Panetta dan Menhan Israel Ehud Barack telah menjalin
komunikasi intim. Awal Agustus lalu, Panetta berada di Israel. Sebulan
kemudian, dia kembali ke Tel Aviv pada 3 Oktober, dua pekan sebelum
latihan militer bersama yang disebut “US-Israeli Austere Challenge 12”.
Pada 18 Oktober, AS dan Israel meluncurkan game perang gabungan tahap pertama.
Latihan
militer ini digelar selama empat pekan, tumpang tindih dengan pemilu AS
(6 November) dan mencapai puncak dengan dimulainya pemboman Gaza (14
November).
“Game perang gabungan AS-Israel mulai "siaran
langsung" pada 14 November dengan peluncuran operasi Pillar of Cloud,”
kata Chossudovsky.
Menurut Chossudovsky, bisa dimafhumi jika game
perang gabungan Paman Sam-Zionis ini di-“nawaitu”-kan mengarah ke arah
operasi militer yang sebenarnya. “Operasi Tiang Awan telah direncanakan
jauh-jauh hari, "dibenamkan" dalam struktur game perang gabungan
AS-Israel,” tegasnya.
Permainan perang gabungan berjuluk “Austere
Challenge 12” ini melibatkan partisipasi aktif 3.500 personel militer
AS dan 1.000 serdadu Israel.
Kontingen AS terdiri dari 1.000
prajurit yang ditempatkan di Israel—termasuk penasihat militer dan
pasukan khusus—bersama-sama dengan 2.500 tentara di bawah yurisdiksi
Armada AS ke-6 di Mediterania Timur dan Komando AS-Eropa (EUCOM).
Permainan
(game) perang gabungan AS-Israel dikoordinasi oleh Komandan Angkatan
Udara AS, Letjen Craig Franklin, dan Petinggi IDF, Brigjen Shachar
Shohat.
Tujuan manuver militer ini untuk menciptakan “tekanan”
di wilayah Israel dan lepas pantai Mediterania serta menguji kemampuan
pertahanan udara Israel terhadap serangan Hamas dan Hizbullah, musuh
dekat dan jauh.
Pelaksanaan
game diawasi ketat oleh Komandan EUCOM, Laksamana James G Stavridis.
Sejumlah laporan menyatakan pembentukan pos komando AS dalam operasi
Israel berada di bawah yurisdiksi EUCOM.
Dalam konteks latihan perang, Hamas dan Hizbullah diidentifikasi sebagai musuh dekat dan sekutu Iran.
Latihan militer bersama AS-Israel mensimulasikan kemungkinan meluasnya
serangan roket ke Israel, baik dari musuh dekat maupun jauh—Hizbullah
(Iran).
Stavridis mengatakan, kedua belah pihak (AS dan struktur
komando Israel) telah bekerja keras untuk menciptakan kemampuan nyata
selama latihan.
“Latihan ini dimaksudkan untuk mensimulasikan
perang yang meluas di Timur Tengah dan membutuhkan campur tangan AS,
serta memberikan Israel sistem pertahanan untuk mencegat rudal,”
jelasnya sebagaimana dilansir Haaretz.
Latihan ini juga
melibatkan penyebaran Patriot Pac-3 (sistem pertahanan antirudal Israel)
yang ditempatkan di seluruh Israel. Kapal perang AS yang berlabuh di
lepas pantai Israel tak mau kalah, turut unjuk gigi dalam latihan.
Latihan
pencegatan rudal merupakan bagian integral dari latihan militer
bersama. Pasukan Israel dan AS berlatih mengidentifikasi target yang
menuju Israel, dalam rangka menentukan cara apa yang harus digunakan
untuk mencegatnya—dan mengaktifkan sistem pertahanan secepat
mungkin—sebelum target mendarat di wilayah Israel.
Menteri
Pertahanan Israel, Ehud Barak, mengatakan latihan gabungan tersebut
mencerminkan kerjasama yang mendalam dengan Amerika sebagai sarana untuk
menghadapi ancaman berkelanjutan dari Hamas. Pernyataan ini ditegaskan
Ehud pada 12 November, dua hari sebelum militernya menggempur Gaza.
“Ini
merupakan saat yang sangat penting untuk memajukan koordinasi
pertahanan rudal kita dalam menghadapi ujian di masa depan.... juga
untuk tindakan yang sedang berlangsung terhadap Hamas dan organisasi
teror di Gaza, yang kemungkinan akan memburuk.” kata Ehud sebagaimana
dikutip Haaretz.
“Jalur Gaza merupakan tantangan signifikan...
yang di pusatnya terdapat senjata, termasuk ancaman roket yang dapat
mencapai wilayah kita,” tandas dia.
Di lain pihak, Hamas tak mau kalah. Akan tetap meladeni serangan Israel, hatta
serangan darat sekalipun. “Terkait serangan darat, kami tidak
mengundang bencana. Tapi jika tak terhindarkan, kami tidak takut,” ujar
Pemimpin Politik Hamas, Khalid Misyal, dalam sebuah konferensi pers,
Selasa (20/12).
Israel, kata Misyal, menggangap Gaza lemah dan
kelinci percobaan. “Saya katakan, hitung kembali strategi kalian. Jika
tidak, itu kubur kalian!” tegasnya.
Chairul Akhmad
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Popular Posts
-
Pegunungan sekitar Tembok Yajuj dan Majuj Danau dekat Tembok Yajuj & Majuj Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis ba...
-
PEMUDA BANI TAMIM SUDAH MUNCUL ? MARI KENALI BANI TAMIM Ucapan Rasulullah SAW tentang Bani Tamim Hadith Nabi SAW : "...
-
Published by Sang karut Amaran - Jika ia di luar akal dan ilmu ..maka anggaplah ia sebagai suatu dongengan ..carilah moral dan pengaj...
-
AMARAN : Artikel ini hanyalah semata-mata hiburan dongeng masa kini ,bersumberkan teropongan khayalan dan angan-angan semata-mata . Jika a...
-
“Akan ada segolongan kaum dari umatku yang menetap di sebuah daerah yang mereka namakan Bashrah, di sisi sebuah sungai yang disebut Dijl...
-
Published by Sang karut Amaran : Ini adalah artikal bersifat dongeng lagi karut ..adalah lebih baik para pembaca mengambil iktibarnya sa...
-
Beberapa tanda-tanda yang menunjukkan awal dari Hari Akhir akan segera Mulai meliputi: 1. Arab Revolutions (Musim Semi Arab) yang dimulai ...
-
Anak Indigo, menjelang akhir jaman kelak mereka akan direkrut untuk bergabung dengan pasukan pendukung Imam Mahdi. Benarkah itu? Sebuah...
-
WALMART IS NOT GOOD FOR INDIA VADAKAYIL Enter Jew Yakov Mikhailovich Sverdlov -- Sverdlov was a Bolshevik party leader...
-
Innalhamdalillah nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruh. Wa na’udzubillahiminsyururi anfusina wa min sayyiaati ‘amalina. Mayyahdihilla...
No comments:
Post a Comment