PASUKAN PANJI HITAM THE BLACK BANNER

Monday, October 19, 2015

Pemakaian Alat Komunikasi Nirkabel Dapat Membahayakan Mujahidin Suriah

Revolusi Suriah telah mengenal penggunaan perangkat sinyal nirkabel (wireless) sejak beberapa bulan pertama dimulainya revolusi Suriah, di mana Mujahidin terpaksa menggunakan alat-alat tersebut yang biasa disebut walkie talkie agar data atau informasi tidak jatuh ke tangan patroli intelijen rezim Assad, dan untuk mengatasi kendala jaringan Internet yang seringkali diputus rezim sebelum melancarkan serangan di setiap daerah, dan kemudian walkie talkie tersebut dalam penggunaannya berkembang menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam pertempuran. 

 
Itu perkembangan yang paling signifikan penggunaan walkie talkie dalam revolusi Suriah untuk pembentukan apa yang dikenal sebagai di daerah dibebaskan sebagai "observatorium", di mana mata-mata pengintai yang khusus untuk mengintai gerakan pesawat rezim, bisa memperingatkan daerah tertentu ketika pesawat tempur rezim hendak melewati atau menargetkan sesuatu daerah yang telah dibebaskan oleh Mujahidin. Selain itu, tim pengintai akan memperingatkan faksi militer yang posisinya mungkin berada di dalam jangkauan pesawat atau helicopter rezim Nushairiyyah. Di samping itu, walkie talkie berperan dalam memfasilitasi komunikasi jarak jauh antara daerah-daerah yang dikendalikan.
Meskipun hebatnya cara kerja sistem pengintaian ini, namun karena kurangnya kontrol, banyak kelemahan mulai muncul, bahkan ia bisa saja menimbulkan kerusakan lebih banyak dari kegunaannya. 

Ada beberapa kelemahan yang paling menonjol dalam penggunaan taktik pengintaian seperti ini, dan mungkin kelemahan pertama adalah dengan menggunakan sistem seperti ini gelombang sinyal frekuensi satelit akan sampai kepada semua orang, bukan hanya khusus pada frekuensi kamar operasi militer, dan faksi revolusioner, membuat pekerjaan mata-mata rezim jadi lebih mudah. 

Dalam konteks pembicaraan tentang kerusakan tersebut, ia harus ditujukan kepada titik penting, yaitu bahwa mereka yang bertanggung jawab dalam sistem pengintaian ini seringkali tidak memiliki pengetahuan dalam ilmu morse, atau dalam metode penyampaian informasi dari sisi psikologis. Sehingga ketika dimulainya pertempuran antara Mujahidin dan pasukan Assad, mereka para pengintai ini mulai mengirim berita tentang kehancuran banyak kendaraan tempur, dan membuat seolah-olah kemenangan di pihak Mujahidin, namun dalam sekejap mata berita kemenangan tersebut berubah menjadi seruan untuk meminta pasukan bantuan, dan peringatan dari jatuhnya daerah yang di bawah kendali Mujahidin. Suatu hal akan membuat kekacauan dan mempengaruhi moral faksi Mujahidin yang sedang bertempur. Lebih parah lagi, pasukan akan berada dalam kebingungan antara kemenangan di pihak Mujahidin atau kekalahan, sehingga ia akan mengarah kepada kekacauan di jajaran Mujahidin, 

Bahkan ada beberapa pasukan pengintai yang justru bertanggung jawab atas terjadinya penyergapan dan kerugian besar di pihak Mujahidin, misalnya, karena pasukan pengintai terburu-buru dalam menyampaikan berita pembebasan suatu daerah, itu menjadi penyebab tewasnya para pejuang akibat serangan udara dan artileri rezim Assad, karena sebagaimana yang telah diketahui, seringkali rezim Assad menerapkan taktik “bumi hangus” jika mengalami kekalahan. 

Tidak ada keraguan bahwa penggunaan teknologi dan eksploitasi pengembangan elektronik sangat penting, tetapi kita harus bergantung pada mereka yang berpengalaman dan ahli, mereka harus ditempatkan dan ditugaskan di bagian pengawasan tim pengintai dan beberapa lainnya dapat didistribusikan ke tempat-tempat tertentu, dan mengawasi pertukaran informasi antara daerah, dan antara pihak yang berkompeten seperti ruang operasi atau rumah sakit, atau tim pertahanan sipil.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts