DAMASKUS
Presiden Rusia Vladimir Putin
semakin memperlihatkan dukungannya kepada Bashar Asad. Militernya, yang sudah terlibat
sejak awal 2013 meskipun dalam perannya sebagai pemasok senjata dan penasihat,
telah meluncurkan kampanye pengeboman pertama di Suriah. Seperti rekan
Amerika-nya Barak Obama, Putin menyatakan bahwa militer Rusia berada di Suriah
untuk memerangi ISIS.
Bilal Abdul Karem
Jurnalis Bilal Abdul Kareem
memberikan penjelasan mengenai 3 hal yang harus dipelajari dari sepak terjang
Putin di Suriah pekan ini:
1.
Putin, seperti halnya yang lain, tidak memiliki kepentingan nyata dalam
memerangi ISIS. Rusia telah menggunakan kartu ISIS untuk memberikan legitimasi
terhadap dirinya untuk bisa memasuki konflik Suriah secara militer, seperti
halnya yang telah dilakukan oleh Amerika Serikat, Perancis, dan lain-lain.
Memang ISIS telah mengambil kota
gurun Palmyra pada bulan Mei tahun ini, namun selain itu momentum ISIS telah
melambat untuk sebagian besar tahun ini. Alasan yang diberikan oleh mereka di
Moskow tidak dijumpai di Mosul dan Raqqa.
“Bukti saya adalah pengeboman yang
dilancarkan oleh Rusia sejauh ini secara resmi berjumlah sekitar 12 serangan.
Hanya satu dari pengeboman itu yang mengenai kubu ISIS di Raqqa dan itupun di
wilayah pedesaan, di pinggiran provinsi,” ungkap Bilal.
Wilayah Jisr Shughour dan Jabal
al-Zawiya bukanlah wilayah ISIS. Daerah ini diambil dari tangan pemerintah oleh
Jaysh Al Fath pada bulan April tahun ini. Kelompok-kelompok yang terlibat di
bawah bendera Jaysh Al Fath adalah sebagian besar orang-orang yang lahir dan
besar di Suriah.
Jaisyul Fath Suriah (Foto: Ahrar
Syam)
“Bagaimana bisa pengeboman wilayah
Jisr Shughur dikatakan membantu memerangi ISIS ketika kelompok-kelompok yang
terlibat adalah adalah musuh sengit ISIS?”.
Bahkan hal ini diakui bahwa kelompok
perlawanan yang dilatih oleh AS juga menjadi target serangan udara Rusia.
Beberapa hari yang lalu, kota
Taftanaz yang berada di pinggiran Kota Idlib dikabarkan terkena dampak bom
Rusia. Beberapa warga mengatakan bahwa itu adalah rudal Rusia.
“Ketika saya mewawancarai warga,
mereka menyebutkan bahwa jenis rudal yang melanda kota mereka itu tidak seperti
rudal yang biasa mereka lihat digunakan oleh rezim Bashar Assad selama 4 tahun
terakhir,” kata Bilal.
Oleh karena itu ada dua realitas
yang terlihat jelas:
a.
Keberadaan pasukan Putin di Suriah untuk memastikan bahwa Bashar Assad dan
rezimnya tidak runtuh. Jika hal itu terjadi, maka itu berarti bahwa pangkalan
militer tunggal Rusia yang berada di seluruh Timur Tengah akan terancam. Ini
akan menjadi kemunduran besar bagi Moskow karena rivalnya AS bisa menikmati
kenyamanan dengan kehadiran militer di Irak, Kuwait, Bahrain, Turki, Qatar,
UEA, Arab Saudi, Israel, Yordania dan Mesir.
russia troops syria
Putin tentu saja tidak bisa dengan
terus terang menyatakan bahwa ia ingin “melebarkan sayapnya” dan menyebarkan
pengaruhnya sehingga ia membutuhkan alasan politik yang benar untuk
melakukannya. Alasan itu adalah: ISIS!
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni
Eropa, Federica Mogherini mengatakan kepada Aljazeera:
“Yang sangat ditakutkan oleh Rusia adalah runtuhnya struktur negara di Suriah; ini yang bisa menjadi salah satu alasan Rusia, tetapi ini bisa juga menjadi keinginan Rusia untuk menunjukkan bahwa Rusia adalah pemain penting dan substansial,” kata Mogherini.
“Yang sangat ditakutkan oleh Rusia adalah runtuhnya struktur negara di Suriah; ini yang bisa menjadi salah satu alasan Rusia, tetapi ini bisa juga menjadi keinginan Rusia untuk menunjukkan bahwa Rusia adalah pemain penting dan substansial,” kata Mogherini.
ISIS. (Foto: twitter)
b.
Kehancuran ISIS akan berarti kehancuran dari alasan Rusia untuk membangun
kekuatan militer di Timur Tengah. Oleh karena itu Putin ingin agar kelompok Abu
Bakar Baghdadi itu terus eksis dan mendominasi beberapa berita utama. Inilah
sebabnya mengapa kita melihat dan akan tetap melihat bahwa sebagian besar
pengeboman akan berfokus pada kelompok non-ISIS.
2.
Media berita telah jatuh ke dalam pola pikir “Senjata Pemusnah Massal”. Ini
berarti bahwa banyak dari apa yang dinyatakan di pemberitaan dalam beberapa
pekan terakhir telah difokuskan hanya pada dua kelompok pertempuran di Suriah:
Rezim Suriah vs ISIS. Ini adalah narasi yang sangat diinginkan oleh Washington,
Moskow, Teheran, dan yang lainnya.
Narasi bahwa rakyat Suriah bisa
memilih antara Bashar atau Baghdadi adalah salah satu alasan yang memberikan
legitimasi kepada mereka untuk melakukan penyerangan di Suriah. Media tampaknya
telah dibutakan dengan fakta di lapangan dan terus mengabaikan wilayah besar
yang dikendalikan oleh kelompok pejuang Sunni.
3.
Moskow berulang kali mengatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk memerangi
ISIS, akan tetapi proporsi serangan di wilayah yang dikuasai ISIS tampaknya
menceritakan kisah yang berbeda. Tiga dari dua belas serangan yang diklaim oleh
Rusia telah melanda kawasan yang dikendalikan oleh Jaysh Al Fath.
Langit kota Idlib Suriah dibisingkan
oleh suara pesawat tak berawak. Apa yang sebenarnya sangat ditakutkan oleh
Moskow adalah kelompok koalisi seperti Jaysh Al Fath. Jaysh Al Fath adalah
koalisi dari kelompok Islam utama yang berjuang di bawah satu bendera yang
dipimpin oleh Dr. Abdullah Muhaysini.
Dr. Abdullah Muhaysini (kiri)
Kelompok-kelompok seperti ISIS
adalah eksklusif. Ini berarti bahwa hanya “ummat Islam” versi mereka yang bisa
bergabung. Ini akan mengesampingkan sebagian besar ummat Islam pada umumnya dan
karena itu bisa menghambat potensi pertumbuhan mereka. Namun kelompok-kelompok
Sunni seperti Jaysh Al Fath jauh lebih inklusif dan mereka muncul untuk
beroperasi pada platform yang menyerukan kepada Muslim untuk mempraktekkan
Islam menurut apa yang mereka fahami ketimbang harus memenggal kepala mereka.
Jenis pendekatan ini telah menciptakan suasana kepercayaan di benak banyak
orang Suriah pada umumnya, karena mereka telah lelah melihat kelompok-kelompok
baru yang bemunculan setiap minggu.
Oleh karena itu, Putin tak akan
melepas Suriah begitu saja, sejahat apapun rezim Asad. Rusia sangat
menginginkan kelanggengan rezim Assad sebagai sekutu di kawasan itu untuk
semakin memperkuat hegemoni Rusia di Timur Tengah.
itu, Putin
tak akan melepas Suriah begitu saja, sejahat apapun rezim Asad. Rusia
sangat menginginkan kelanggengan rezim Assad sebagai sekutu di kawasan
itu untuk semakin memperkuat hegemoni Rusia di Timur Tengah.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/10/08/apa-motif-dari-sepak-terjang-putin-di-suriah.html#sthash.nQgd3B9v.dpuf
No comments:
Post a Comment