Sebelum ini masyarakat dikejutkan eksekusi brutal jurnalis AS, James
Foley yang diklaim perbuatan ISIS. Belakangan muncul foto-foto yang
diunggah di internet proses eksekusi dilakukan di sebuah studio disertai
lambang CIA (Central Intelligennce Agency)
Koordinator Indonesia Crime Analyst Forum (ICAF) Mustofa B.
Nahrawardaya, menuturkan sebagian besar masyarakat Indonesia tidak
berpikir jernih menyikapi fenomena Daulah Islamiyah Iraq wa Syam (Daisy/ISIS/ISIL) di Timur Tengah yang kini dijadikan sorotan di Indonesia.
Dengan dalih mengajak masyarakat berfikir
cerdas, aktivis Muhammadiyah ini mengajukan beberapa pertanyaan yang
bisa dijadikan bahan pemikiran masyarakat Indonesia.
Ia mengajukan lima pertanyaan menyangkut fenomena ISIS kepada masyarakat;
Pertama, media mana yang berani menjamin bahwa ISIS yang digambarkan di media selama ini adalah ISIS “milik” Abu Bakar Al Baghdadi?
(Abu Bakar al-Baghdadi
adalah Khalifah yang diangkat oleh Daulah Islamiyah Iraq dan Syam yang
lebih popular dengan ISIS (Islamis State of Iraq and Syam) saat
Ramadhan tahun 2014 lalu).
Kedua, apakah perilaku
ISIS yang digambarkan ‘kejam’ itu memang dilakukan oleh ISIS-nya Al
Baghdadi, atau ISIS milik pihak lain? Siapa yang menjamin?
Ketiga, jika memang “ada”
yang dilakukan oleh ISIS Al Baghdadi, apakah kemudian semua kekejaman
“ISIS” bisa dialamatkan kepada ISIS milik Al Baghdadi?
Keempat, jika memang
semua perilaku kejam yang seringkali ditampilkan oleh media sebagaimana
dituduhkan kepada kelompok ISIS (seperti memenggal, memperkosa,
merampok, membunuh, menyandera, membakar, melempar orang dari atas
gedung tinggi dan sebagainya), apakah lantas kita mudah percaya bahwa
itu adalah sebuah perbuatan kelompok yang ingin mendirikan Negara Islam?
Kelima, jika tidak percaya, kenapa masih menyebut ISIS? Namun jika kita percaya, berarti kita masih belum sehat dalam berpikir.
“Mana ada mendirikan negara Islam dengan membunuh orang atau melakukan tindak kekejaman lainnya?” ujarnya
Mustofa menegaskan hingga kini, masyarakat
mengetahui kekejaman ISIS hanya dari media massa yang tidak terhubung
langsung ke sumber utama ISIS sendiri.
Sumber-sumber yang dipakai media, lanjutnya, hanya dari website, akun twitter, email, surat-surat elektronik, blog, dan lain sebagainya. Tidak pernah satupun media datang ke wilayah ISIS dan bertemu langsung.
“Bahkan sumber media hanyalah klaim atau
pengakuan dari orang yang mengaku orang dekat ISIS, mantan penerjemah
ISIS, dan seterusnya. Di mana Al Baghdadi?” imbuh Mustofa.
Bagaimana mungkin berita yang sudah
tersebar ke seluruh dunia, bahkan sudah dipercaya sebagian besar Muslim
sedunia, ternyata berasal dari sumber yang tidak benar?
Mustofa menyampaikan kekhawatirannya,
media-media yang mencoba memberitakan kegiatan ISIS milik Al Baghdadi
yang mana digambarkan sebagai pasukan gagah berani melawan kedhaliman,
justru kemudian distampel sebagai media teroris.*
Rep: Ibnu Sumari
Editor: Cholis Akbar
No comments:
Post a Comment