Turki Gerbang Menuju Syam
Segala puji hanya milik Allah ‘azza wa jalla, shalawat dan salam semoga tercurahkan pada Rasulullah SAW, keluarganya dan para sahabatnya serta siapapun yang menjadikan beliau sebagai teladan dalam kehidupannya, amma ba’du.
Dalam catatan kedua ini kami ingin memberikan gambaran dan pengetahuan kepada kaum muslimin mengenai kedudukan Turki yang teramat penting sebagai gerbang masuk Suriah. Bahkan sudah menjadi rahasia umum bahwa Turki yang merupakan negara tetangga Suriah dan saling berbagi perbatasan seluas 800 km, semenjak revolusi dimulai telah menjadi pintu masuk paling aman dan kondusif bagi para muhajirin (pejuang yang datang dari luar Suriah), jurnalis, dan tim relawan untuk masuk ke dalam Suriah.
Foto 1: Peta Turki dan Negara-negara tetangga
Pemerintahan Turki dan masyarakat Turki pada umumnya dikenal sebagai bangsa yang sangat santun dan berjiwa penolong. Hal ini telah terbukti dengan berbagai kebijakan Erdogan (baca dalam Bahasa Turki: Erdoan) untuk membuka negerinya kepada hampir 1 juta pengungsi Suriah yang terpaksa meninggalkan negeri mereka untuk menyelamatkan diri dari kebrutalan dan kebiadaban Asad dan bala tentara syi’ahnya yang berkoalisi dengan Iran, Hizbullat Lebanon dan Rusia. Bahkan Erdogan dengan berani telah tampil di berbagai forum Internasional -dengan tegas- mengutuk Basyar Asad, dan menuntut PBB serta dunia Internasioanal segera mengambil sikap untuk menghentikan Asad dan rezimnya, serta menyeret mereka ke pengadilan Internasional atas kejahatan kemanusian luar biasa. Sikap ini menunjukkan keberpihakan Erdogan dan bangsa Turki pada umumnya untuk membela dan menolong ahlus Sunnah Suriah yang sedang mengalami tragedi kemanusian luar biasa.
Hal ini berbanding terbalik dengan situasi di Iraq, Jordania,dan Lebanon yang juga merupakan negara-negara yang berbatasan langsung dengan Suriah. Disana hampir tidak ada celah dan keleluasan untuk bisa didapati jalur keluar-masuk yang aman dan kondusif bagi para mujahidin baik muhajirin maupun anshar (pejuang lokal), terlebih bagi para jurnalis dan relawan kemanusian. Walaupun tercatat bahwa sebagian masyarakat Suriah juga ada yang mengungsi di Lebanon dan Jordania. Dengan berbagai situasi politik yang sedang berkembang di tiga negara tetangga Suriah ini, maka dapat dimaklumi mengapa destinasi terbaik dan paling kondusif sebagai jalur masuk dan keluar dari Suriah hanyalah Turki.
Apa yang sedang kita bicarakan disini adalah keadaan dan situasi Revolusi Suriah sebelum datangnya sebuah jama’ah “pengacau” proyek jihad Syam. Jama’ah ini menamakan diri mereka dengan nama Daulah Islam Irak dan Syam/Islamic State in Irak and Sham (ISIS) dan belakangan berganti nama menjadi Daulah Islam (IS) saja, sedangkan di kalangan para Ulama dan jama’ah-jama’ah jihad lain mereka digelari dengan nama "Jama’ah Daulah".
Pasca jama’ah daulah datang di bumi jihad Syam, situasi sedikit demi sedikit berubah dan semua kemudahan yang selama ini terhampar di jihad Syam mendadak menjadi semakin sulit terutama di perbatasan Turki-Suriah. Berbagai strategi dan kebijakan jama'ah daulah di Suriah yang telah kita saksikan bersama mulai dari kedatangan mereka yang tiba-tiba, kemudian deklarasi sepihak mereka tanpa musyawarah dengan berbagai kelompok yang telah terlebih dahulu eksis dan berjuang di Suriah, sampai pada pembunuhan serta kecurangan-kecurangan lainnya yang butuh satu bagian khusus atau lebih dimana kami akan mengupas tuntas terkait sepak terjang mereka di bumi jihad Syam, serta dampak fitnah jama’ah Daulah ini terhadap peta jihad Syam khususnya, serta dampak yang mereka timbulkan pada peta jihad global pada umumnya.
Sekarang, mari mengenal salah satu kota terpenting di Turki, tentu saja Istanbul. Istanbul adalah kota terbesar di Turki yang menjadi jantung ekonomi, budaya, dan sejarah negara ini. Dengan jumlah penduduk 13,9 juta, kota ini membentuk salah satu aglomerasi perkotaan terbesar di Eropa dan termasuk salah satu kota terbesar di dunia menurut jumlah penduduk di dalam batas kota. Istanbul yang memiliki luas 5.343 kilometer persegi adalah kota lintas benua yang membentang melintasi Selat Bosphorus —salah satu perairan tersibuk di dunia—di Turki barat laut, antara Laut Marmara dan Laut Hitam. Kota ini terbelah dalam dua dataran yang dipisahkan oleh selat Bosphorus, satu bagian berada di wiayah Eropa dan satu bagian lainnya berada di wilayah Asia. Pusat perdagangan dan sejarahnya terletak di sebelah Eropa, sementara sepertiga penduduknya tinggal di Asia.
Didirikan di promontori Sarayburnu sekitar tahun 660 SM dengan nama Byzantium, kota yang sekarang bernama Istanbul ini berkembang menjadi salah satu kota paling penting dalam sejarah Dunia. Selama enam belas abad setelah didirikan kembali dengan nama Konnstantinopel pada tahun 330 M, kota ini menjadi ibu kota dari empat kekaisaran terbesar dalam sejarah dunia, yaitu:
- Kekaisaran Romawi (330–395 M)
- Kekaisaran Romawi Timur (395–1204 dan 1261–1453 M)
- Kekaisaran Latin (1204–1261 M)
- Khilafah Utsmaniyah (1453–1922 M)
Foto 2: Hagia Sophia dan Masjid Sultan Ahmed, Istanbul.
Fakta sejarah dan peninggalan sejarah lintas budaya dan agama ini menjadikan Istanbul menjadi salah satu destinasi wisata terpadat dan terfavorit dunia. Beragam turis mancanegara yang datang ke Istanbul dari seluruh belahan dunia membentuk Istanbul dan Turki menjadi terbiasa dengan orang asing yang datang berkunjung ke negaranya. Bahkan kultur “terbiasa” dengan multi-ras ini menjadikan Turki begitu terbuka dan sekaligus sangat bersahabat dengan pendatang.
Sebagian besar muhajirin, relawan, dan jurnalis yang datang ke Suriah melalui Turki akan berkesimpulan sama, bahwa bangsa Turki amat begitu ramah dan sangat terbuka, tapi disaat yang sama mereka juga terkesan tidak mau-tahu (sangat cuek) dengan urusan pendatang dan orang asing, tentu selama para turis ini tidak membuat masalah dan melanggar hukum yang berlaku disana.
Kultur hebat lain yang dimiliki bangsa Turki pada umumnya adalah nilai ukhuwah yang tinggi dan selalu ingin menolong. Karakter ini seakan telah melekat pada bangsa Turki sehingga tidak mengherankan begitu banyak cerita yang kami kumpulkan dari para muhajirin, relawan dan jurnalis bahkan para mahasiswa serta perantau Indonesia dan Malaysia yang mengalami dan menyaksikan batapa bangsa Turki sangat ringan tangan untuk menolong dan membantu mereka.
Beberapa mahasiswa Indonesia dan Malaysia yang sedang belajar di berbagai perguruan tinggi di Turki, telah menceritakan pada kami bagaimana masyarakat Turki sangat mencintai dan menyayangi mereka. Masyarakat Turki senantiasa memberikan hadiah kepada para pelajar asing baik berupa makanan ataupun uang tunai. Kemudian beberapa relawan dari berbagai Negara yang kami temui juga pernah menceritakan pada kami, mereka selalu diberikan kemudahan dalam mengurus izin serta administrasi pada pihak otoritas setempat untuk mengangkut berbagai obat-obatan, selimut dan bahan makanan yang akan mereka masukkan ke Suriah melalui Turki. Dan pengalaman pribadi kami ketika dalam perjalanan menuju perbatasan Suriah, di suatu pos pemeriksaan tentara nasional Turki kami dihentikan dan diperiksa. Maka setelah seorang Kapten mengetahui bahwa saya berpasportkan Indonesia dia langsung mendatangi saya dan bertanya:
Kapten: Are all of you Moslems? [Apakah semua kalian muslim?]
Saya: Yes we are, Alhamdulillah. [Tentu saja, Alhamdulillah]
Kapten: (Sambil tersenyum) Are you syi’i or sunni? [Kalian syi’ah atau sunni?]
Saya: We are all sunni. [Kami semua adalah sunni]
Kapten: Great, I hate syi’i. (sambal senyum lagi) are you going to help Syrians sunni? [Mantap! ane benci syi’ah. Kalian datang untuk menolong sunni Suriah kan?]
Saya: (kaget dan shock) yes, actually we are journalists. We are going to see and make some interviews with them. We want to share their factual conditions to our people in Indonesia. [Ya, sebenarnya kami adalah jurnalis. Kami datang untuk mewawancarai langsung mereka, agar kami bisa memberitakan keadaan real mereka kepada masyarakat kami]
Kapten: (Senyum lagi sambil mengembalikan passport kami) Please, and good luck. (kemudian menyalami saya dengan kuat seraya tersenyum hangat).
——————-
Inilah secuil fakta dan situasi bagaimana Turki, masyarakat dan tentaranya bahkan pemerintahannya telah memainkan peran yang teramat penting sebagai pintu masuk yang begitu mudah menuju Suriah. Lihatlah bagaimana bangsa ini sangat menghargai dan memudahkan urusan para pendatang, terlebih pendatang yang ingin membantu revolusi Suriah. Kami teringat pernyataan tegas mantan Perdana Mentri yang kini menjabat sebagai Presiden Republik Turki, Erdogan di hadapan parlemen dan bangsanya: “Apakah kita akan membiarkan bangsa Suriah mati menggenaskan di negeri mereka? Sungguh tidak akan, kita akan terus membuka perbatasan negeri kita bagi mereka yang membutuhkan perlindungan dari kita!”
Tercatat kini Turki telah menampung hampir 1 juta pengungsi Suriah. Bahkan Erdogan dengan tegas memerintahkan tentara Turki yang menjaga perbatasan untuk menembak jatuh pesawat Suriah jika berani mendekati perbatasan Turki. Masih kuat di ingatan kita, pada maret 2014 sebuah pesawat jet tempur Suriah ditembak jatuh oleh Angkatan Udara Turki. Lalu Erdogan memberikan ucapan selamat kepada Angkatan Udaranya seraya memperingatkan Asad: "Sebuah pesawat Suriah melanggar wilayah udara kita. Pesawat F-16 kita mengambil tindakan dan menembak jatuh pesawat itu. Kenapa? Karena jika Anda melanggar wilayah udara saya, tamparan kami setelah ini akan sangat keras," Tegas Erdogan.
Itulah sebabnya, setelah kami masuk ke Suriah, kami menyaksikan eksodus besar-besaran masyarakat Suriah dari berbagai provinsi, khususnya Aleppo ke wilayah A’zas dan sekitarnya yang berada tepat di perbatasan Turki. Karena wilayah yang berada dekat dengan perbatasan Turki relatif lebih aman dan kondusif, selain jet tempur Asad tidak berani mendekat untuk menembaki roket dan melempari mereka dengan bom birmil, di wilayah perbatasan ini masyarakat Suriah bisa memenuhi segala kebutuhan primer mereka dengan lebih mudah baik berupa makanan, obat-obatan, pakaian, yang semuanya dipasok dari Turki. Bahkan di wilayah yang berbatasan dengan Turki, akses informasi masyarakat Suriah jauh lebih mudah dan gampang. Karena mereka masih bisa menggunakan simcard operator-operator telekomunikasi Turki yang sinyalnya menembus wilayah Suriah sekitar perbatasan.
Foto 3: Peta perbatasan Turki-Suriah, Lakasi realativ aman dari serangan Asad.
Kami juga menyaksikan, kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh tentara penjaga perbatasan kepada para mujahidin Suriah yang keluarganya tinggal di camp-camp pengungsian di wilayah Turki. Bahkan sebagian mereka bercerita pada kami, sebelum terjadi fitnah jama’ah daulah, mereka bisa keluar masuk Turki dengan mudah jika ingin menjenguk anak dan istri mereka. Ada diantara mereka yang masuk ke Turki untuk menjenguk istri dan anaknya sedangkan dia masih berseragam militer Jabhah Nushrah, berjenggot lebat dan rambut panjang sebahu ala mujahid. Tentara Turki hanya bertanya kepada mujahid ini : “Apakah anda mujahid” dan sang mujahid menjawab dengan jelas: “Tentu!”, kemudian tentara Turki akan langsung mempersilahkan dia masuk untuk menemui anak dan istrinya di Turki. Namun, setelah jama’ah daulah datang dan mengacau di Suriah, kini setiap kali dia masuk ke Turki untuk menjenguk anak dan istrinya, maka dia harus menyamar menjadi warga sipil, tidak boleh memakai atribut mujahid, harus mencukur habis jenggot dan memangkas rambut panjangnya. Lihatlah bagaimana keadaan berubah kontras disebabkan fitnah jama’ah daulah ini.
Kami tidak memungkiri bahwa belakangan ini terjadi banyak penangkapan oleh tentara Turki di perbatasan. Bahkan kami juga mendengar ada beberapa penembakan terjadi kepada warga Suriah yang kedapatan menerobos perbatasan diam-diam. Setelah kami telusuri, ternyata dalam tubuh tentara Turki yang menjaga perbatasan yang dalam Bahasa Turki disebut asker dan dalam Bahasa arab ammiyah di Suriah disebut jandarma, mereka terdiri dari tiga unsur:
- Tentara Nasionalis sekuler: Mereka menjalankan tugas sesuai dengan komando pimpinan dan arahan militer pusat. Tetapi masih ada celah untuk bernegosiasi dengan mereka. Dengan memberikan sedikit uang pelicin maka urusan perbatasan terkadang bisa diakalin dan dipermudah oleh tentara kategori ini.
- Tentara Turki yang sunni: Kalangan tentara ini adalah pro-Islam dan suka menolong masyarakat sunni Suriah dan juga mempermudah urusan mujahidin di perbatasan dan di dalam Turki.
- Tentara Turki yang syi’ah : Kategori ini sudah jelas siapa yang mereka dukung dan bela dalam Revolusi Suriah. Jadi merekalah yang kerap menangkapi muhajirin dan bahkan menembak para penerobos perbatasan.
Dalam urusan visa? Turki adalah salah satu Negara yang menjadikan sektor wisata sebagai pemasukan utama negara. Maka tidak mengherankan kenapa semua urusan di Turki deselesaikan dengan “membayar”. Visa masuk sebagai turis selama 30 hari bisa didapatkan dengan membelinya online dengan syarat dan ketentuan yang mudah. Kemudian overstay (berada di Turki lebih dari visa 30 hari yang diberikan) tentu akan dikenakan denda, akan tetapi dendanya masih dalam kategori ringan dan murah. Seorang teman relawan yang overstay sampai 5 bulan hanya didenda sekitar 2.5 juta (dengan kurs Rupiah ). Kasus overstay adalah hal yang lumrah bagi turis di Turki, pihak imigrasi tidak akan bertanya: “ngapain aja ente 5 bulan overstay?” Yang penting anda siapkan uang denda dalam Lira Turki (mata uang Turki) sesuai dengan lama overstay anda. Dan jangan coba-coba untuk tidak membayar! Seorang teman relawan dari Eropa yang overstay 8 bulan, tapi karena dia bersikeras untuk tidak membayar denda, pihak imigrasi langsung membanned passport si relawan untuk tidak boleh masuk kembali ke Turki selama 5 tahun.
Inilah Turki pintu gerbang menuju Syam!
Semoga catatan ini memberikan manfaat kepada kaum muslimin dalam memahami bagian-bagian penting dari jihad Syam yang tak terpisahkan. Kami berharap catatan kami ini dapat menambah wawasan kaum muslimin dalam memahami dan melihat jihad Syam dengan kacamata ilmu yang lebih luas, strategi yang lebih matang, persiapan yang lebih sempurna dan ilmu yang sesuai dengan waqi’ (realita lapangan). Sehingga kita bisa menjadi umat yang dewasa dalam bersikap tidak mudah diprovokasi dan dipermainkan oleh mereka yang merusak dari dalam, yang arogan dan tidak mau mendengar nasehat para Ulama, yang merasa paling benar dan selain mereka adalah sesat, yang memaksakan pandangannya kepada orang lain, dan yang suka berdusta untuk membenarkan dirinya sehingga mereka tidak mampu lagi membedekan antara kebenaran dan pembenaran.
Semoga Allah a’zza wa jalla senantiasa menuntun kita dalam jalan hidayah dan kebenaran, menunjukkan kebenaran kepada kita dengan jelas dan menganugrahkan kita kemampuan dan keikhlasan untuk mengikuti dan membelanya. Dan semoga Allah subhanahu wa ta’ala menampakkan kebathilan dan kesesatan dengan jelas di mata dan bashirah tanpa ada kesamaran, dan menganugrahkan kita kemampuan untuk menjauhi dan menentangnya. Allhumma amin…
No comments:
Post a Comment